Anak Cengeng? Jangan Panik
Nur Muthmainnah,
Ibu rumah tangga, tinggal di Yogya
Menangis merupakan hal yang sangat lumrah terjadi pada
anak-anak. Namun bukan berarti kita
lantas menganggap remeh tangisan anak. Jika seorang anak menangis hanya karena
hal-hal kecil, seperti tersenggol sedikit atau kaget, mungkin anak tersebut
termasuk kategori cengeng. Karena itu, hal yang perlu dilakukan oleh
orangtua adalah mencari penyebabnya dan memperbaikinya.
Biasanya anak menjadi cengeng karena tidak memiliki cara lain saat
ingin mengungkapkan perasaannya. Untuk itu, penting untuk mengajari anak
berbicara sejak dini. Mengajak anak mengobrol adalah salah satu cara untuk
memancing agar anak bisa bicara banyak.
Anak menjadi cengeng bisa juga karena ingin menarik perhatian
orangtua atau lingkungan sekitarnya. Jika orangtua terlalu memanjakan anak,
biasanya anak akan menjadi cengeng. Jika keinginannya tidak terturuti, maka anak akan menangis. Bila sudah
begini, orangtua yang memanjakan anaknya akan segera menuruti keinginan anak
agar anak berhenti merengek dan menangis. Imbasnya, anak akan menjadikan
rengekan dan tangisan sebagai senjata. Hanya dengan merengek atau menangis
kecil, ia tahu kalau keinginannya akan segera dituruti.
Mungkin orangtua akan kesal jika anaknya termasuk kategori cengeng. Sebagai
orangtua yang bijak, tentu kita tidak akan memukul atau mencubit si kecil. Sebab
hal itu justru akan membuat tangisannya semakin kencang. Selain itu, jika orangtua
sudah “main tangan”, dikhawatirkan anak akan menirunya, entah kepada teman,
guru atau bahkan pada orangtuanya sendiri.
Saat anak mulai menangis, lebih baik orangtua berbicara pada
anak. Bicara secara perlahan dan tanyakan apa yang menjadi keinginannya.
Orangtua bisa menasehatinya, jika menginginkan sesuatu ia harus mengatakannya,
bukan menangis.
Dengan begitu, anak akan mulai berbicara tentang keinginannya. Jika orangtua
memang tidak bisa memenuhinya, beri penjelasan dan alasan kuat mengapa
keinginannya tidak terpenuhi. Jika orangtua akan memenuhi keinginannya di lain
waktu, tentu harus berjanji pada anak. Tapi janji itu harus ditepati. Jika
tidak, anak tidak akan percaya lagi pada orangtua.
Saat anak mulai dengan tangisannya, cobalah sesekali untuk
pura-pura tidak mendengarnya. Saat tangisannya mulai mereda, dekati si kecil
dan tanyakan apa maunya. Dengan begitu, ia akan mengerti bahwa menangis tidak
akan membuat keinginannya terpenuhi.
Orangtua juga bisa mencoba untuk mengalihkan perhatian anak.
Misalnya saja dengan menunjukkan buku cerita yang bagus dan mengajaknya membaca
bersama. Atau mengeluarkan permainan yang seru seperti bermain ular tangga dan
lainnya.
Sifat anak cengeng memang tidak bisa hilang sendiri. Meski
demikian, anak harus dilatih untuk tidak cengeng. Jika orangtua membiarkannya,
ia bisa tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, tidak mandiri dan selalu
merasakan kecemasan.
Perlu diingat pula, jangan pernah orangtia memberi julukan atau label
anak cengeng padanya. Jika orang lain mendengar, otomatis dia pun akan memberi
julukan sama pada anak kita. Jika sudah begitu, karena merasa telah diberi cap
sebagai anak
cengeng, anak akan
menjadi lebih sulit untuk diubah perilakunya. Dia akan merasa bahwa dirinya
memang anak yang cengeng.
Meski anak cengeng, jangan pernah bosan untuk memberikan ia
pujian saat ia melakukan hal yang baik. Termasuk saat ia berusaha menyampaikan
keinginannya tanpa menangis. Dengan begitu ia akan belajar dan paham, bahwa
untuk menyampaikan keinginannya cukup dengan berbicara, bukan dengan menangis.
Berikan selalu perhatian kita terhadap apapun
yang dilakukan si kecil. Jangan hanya memberikan perhatian saat ia menangis.
Karena dengan begitu, anak cengeng akan menjadikan tangisan sebagai alat untuk
mencari perhatian. Mengatasi
anak cengeng
memang tidak mudah, kesabaran orangtua adalah kuncinya.||
Post a Comment