Belajar Memberi



Pak Herno berusaha meyakinkan istrinya agar tetap  mengeluarkan hewan kurban.  Karena secara materi  ia memang mampu. Tetapi Bu Herno tetap tidak setuju karena  anggota kelompok yang kurban sapi sudah cukup tujuh orang.  Ia hanya ingin kurban sapi, bukan kambing. Karena kalau kurban sapi ia akan mendapat bagian daging sapi yang lebih banyak, berbeda dengan kurban kambing, Bu Herno tidak suka daging kambing. Bu Herno merasa lebih pandai dalam berhitung. Berapa yang dikeluarkan dan berapa yang akan didapatkan.
Memberi atau menerima, mana yang lebih enak dilakukan? Jika dikaitkan dengan materi, orang akan berbeda pendapat. Ini karena perbedaan dalam menyikapi kepemilikan materi. Tetapi yang pasti sependapat bahwa memberi itu lebih mulia. Meskipun demikian banyak orang yang tidak pandai  memberi walaupun sebenarnya ia mampu melakukannya.
Orang akan cenderung berat untuk memberi atau bahil jika ia merasa bahwa harta yang ada di tangannya adalah miliknya 100% yang ia cari sendiri dengan susah payah. Sehingga pilihan untuk memberi atau tidak adalah menjadi haknya. Dan dari setiap pemberian yang ia keluarkan harus ada imbalan yang  ia terima.  Sedangkan orang yang ringan untuk memberi atau dermawan adalah orang yakin bahwa harta yang ada di tangannya merupakan amanah dari Allah ta’ala, ia mendapatkan harta itu karena ada campur tangan Allah ta’ala, dan di dalammya terdapat hak orang lain. Maka mengeluarkan sebagiannya untuk yang berhak adalah kewajiban dalam menjalankan amanah.  
Suka memberi adalah bentuk karakter yang disokong oleh keyakinan. Maka ia harus dibentuk melalui pembiasaan sejak dini dan pemahaman tentang konsep pemilikan harta. Sekolah mempunyai peran penting untuk membentuk karakter ini, di samping peran orangtua. Maka sekolah harus mengajarkannya secara terprogram melalui kurikulum yang tersembunyi ( hidden curriculum ).
Manfaatkan event-evant di sekolah sebagai sarana pembentukan karakter. Misalnya guru bisa merancang pembelajaran “Suka Memberi” ini melalui event Idul Adha. Dengan cara mengadakan pemotongan hewan kurban di sekolah. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam rancangan pembelajaran “Suka Memberi” melalui Idul adha adalah;
(a). Pemberian yang berharga. Hari itu atau hari sebelumnya ada kegiatan khusus di mana anak harus memberikan sesuatu miliknya yang masih ia manfaatkan. Sesuatu yang diberikan ini tidak minta kepada orangtua, tetapi memang miliknya meskipun berasal dari orangtua atau orang lain. Sesuatu ini diberikan kepada orang yang membutuhkan dan tidak boleh menjadi semacam kado silang.  Misalnya buku, mainan, atau alat tulis. Ini dimaksudkan agar dihari raya kurban ini anak ikut mengurbankan sesuatu yang bermanfaat agar memberi manfaat yang lebih. Karena anak belum mampu melakukan kurban seperti disyariatkan.
(b) Melibatkan anak saat penyembelihan kurban. Paling tidak anak ikut menyaksikan saat hewan dipotong, mendengarkan hewan kurban itu dari siapa (siapa yang berkurban), dan memegang daging kurban yang akan dibagikan. Ini dimaksud untuk menumbuhkan keberanian dan kedekatan anak pada bentuk ibadah kurban. Dan memahami bahwa hewan kurban itu berasal dari orang perorang yang mengeluarkan kurban.(c) Melibatkan anak saat memberi. Ajaklah anak membawa daging kurban ke tempat di mana daging itu akan dibagikan. Beri kesempatan anak menyerahkan daging langsung kepada masyarakat dengan didampingi guru. Ini dimaksud agar anak bisa merasakan bahwa memberi adalah saat yang menyenangkan.(d) Memberi pemahaman.  Berilah informasi yang memahamkan anak akan keharusan dan indahnya memberi. Tentang konsep harta dan pemilikannya berdasarkan syariah. Informasi tentang pengurbanan keluarga Ibrahim ‘alaihisalam.
Dengan dirancang sasaran dan bentuk kegiatannya, maka akan lebih efektif sebagai proses pembelajaran.
Ada sekolah yang semangat melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk kegiatan spiritual. Tetapi tidak dirancang dengan baik sebagai bentuk pembelajaran berkurban. Akhirnya kegiatan spiritual ini sasaranya berubah menjadi pembelajaran kuliner dan pesta makan daging. Konsentrasi anak adalah menyiapkan peralatan memasak di sekolah dan bersenang-senang makan olahan daging. Hewan yang dipotong pun berasal dari iuran orangtua murid melalui sekolah sehingga makna berkorban atau pemberian yang terbaik kurang dirasakan oleh anak.

Drs. Slamet Waltoyo, Kepala Sekolah SD Islam Al Kautsar Cebongan.
sumber gambar : catatan.iradewa.com
Powered by Blogger.
close