Istiqomah di Atas Pilihan
“Ah,
akhirnya tidur juga mereka,” desah ibu Ani, seorang ibu rumah tangga tulen saat
malam hari. Saat ketiga putranya terlelap mengukir mimpi-mimpi mereka. Kini dia
dihadapkan dengan pekerjaan baru, menyeterika pakaian sang suami dan ketiga anaknya.
Ya,
pekerjaan mengurus keluarga memang tidak ada tanggal merah apalagi cuti bersama.
Konon pekerjaan ini ada dan akan selalu ada dari sebelum matahari terbit sampai
terbenamnya mata sang suami. Lho kok bisa?
Ya, karena seorang istri akan mengurus semua urusan keluarganya, mulai dari cuci
mencuci, memandikan anak-anak, menyiapkan makan, membersihkan rumah, dan tentunya
melayani sang suami. Walaupun pekerjaan itu juga bukan kewajiban istri saja,
sang suami sah-sah saja mengambil alih pekerjaan tersebut. Pekerjaan ibu rumah tangga
ini dituntut keuletan dan kesabaran yang tinggi. Jika tidak sabar, yang keluar dari
lisan sang ibu rumah tangga bukan kata-kata yang memotivasi, bukan kata-kata
lembut yang mengandung kasih sayang, tapi bisa berubah menjadi kata-kata yang
penuh dengan emosi, kata-kata keluh kesah, atau bahkan kata-kata keputusasaan karena
banyaknya pekerjaan yang tiada habisnya.
Sangat
tidak pantas memang, seorang ibu rumah tangga menghabiskan waktunya untuk melihat
sinetron televisi sementara dia mengharap putra-putrinya rajin mengaji, rajin belajar.
Sangat tidak layak pula ibu rumah tangga menghamburkan waktunya bersama tetangga
hanya untuk membicarakan sinetron yang sama-sama mereka lihat dan pahami bersama
atau bahkan yang lebih mengerikan mereka membicarakan keburukan orang lain dengan
berghibah. Sementara ia berharap putra-putrinya akan menjadi anak-anak shalih.
Sangat tidak pantas.
Tapi
itulah kenyataannya, rutinitas yang menjemukan bagi seorang ibu rumah tangga akan
membawa dia mencari hal-hal baru bersama tetangganya untuk dijadikan bahan berita
dan cerita. Dia akan rela berjam-jam duduk bersama tetangganya agar tidak suntuk
berada di rumah. Maka, menjadi ibu rumah tangga yang kreatiflah jalan keluarnya.
Banyak kita jumpai ibu rumah tangga jaman sekarang yang kadang penghasilannya lebih
banyak dari suaminya yang kerja ke kantor tiap pagi dan pulang menjelang malam.
Tapi hal ini perlu diwaspadai, jangan sampai ketika penghasilan sang istri
lebih besar dari sang suami, lantas sang istri memperlakukan suaminya dengan
semena-mena. Dalam biduk keluarga, sang suami tetap menjadi pemimpin keluarga,
sudah kewajiban bagi penghuni keluarga untuk selalu patuh kepada sang nahkoda,
selagi dalam hal kebaikan.
Ibu rumah
tangga kreatif akan selalu dicari setiap suami. Sang suami akan merasa bangga ketika
mendapati sang istri bisa meracik kegiatan keluarganya menjadi hidup. Sehingga kadang
pula sang suami harus berani repot dengan program-program sang istri. Dukungan suami,
baik tenaga, ide kreatif, bahkan biaya dibutuhkan oleh istri. Jadikan momen liburan
menjadi pengalaman yang berharga bagi sang buah hati. Ajak mereka ke tempat-tempat
wisata edukasi, misal ke toko buku, ke pasar tradisional bagaimana mereka membeli-menawar
barang dagangan, dan tempat-tempat lainnya.Wisata edukasi ini hendaknya menjadi
kejutan-kejutan bagi putra-putrinya, sehingga tidak terlalu sering dilakukan dan
tidak pula sangat jarang dilakukan.
Mengurus
rumah tangga memang sebuah pilihan, bagaimana tidak, ketika sang istri, mungkin
dengan pendidikan yang telah dicapainya setinggi mungkin, tapi dia harus
memilih untuk menjadi ibu rumah tangga padahal banyak peluang-peluang mengejar
karir pada dirinya. Sebagai guru misalnya, sebagai pegawai kantoran misalnya,
atau bahkan menjadi pegawai negeri sekalipun. Sah-sah saja jika seorang ibu
memilih mencari pekerjaan di luar rumah, apalagi jika dia masih mampu memegang
kendali keluarganya, melayani suaminya dan mendidik putra putrinya. Tapi ketika
pekerjaan di luar rumah sudah membuat bahtera keluarganya oleng, itulah yang
harus dipikir ulang. Apakah dia masih mempertahankan karirnya, atau lainnya. Di
jaman sekarang kalau hanya sekedar mencuci, menyeterika, mengepel, dan
pekerjaan-pekerjaan fisik lainnya masih bisa ditangani, misal dengan mengangkat
orang untuk membantu mengurus pekerjaan rumah tangganya, yang menjadi problem
adalah saat seorang ibu harus menyerahkan semua pekerjaan kepada pembantu rumah
tangganya, mulai dari mendidik anak-anak, mengurus suaminya, sampai pekerjaan
fisik lainnya. Karena belum tentu pembantu tersebut bisa menyelesaikan
semuanya. Mungkin untuk urusan pekerjaan fisik mampu dengan baik, nah untuk
pekerjaan lainnya seperti memberi kasih sayang pada anak-anak? Memberi
pendidikan pertama di rumah? Bersabar dengan tingkah polah anak-anak? Belum
tentu mereka mampu. Mereka belum tentu bisa memberikan kasih sayang setulus
yang kita berikan pada anak-anak.
Menjadi
ibu rumah tangga memang pilihan. Maka yang sudah memilih untuk menjadi ibu
rumah tangga, bangga dan istiqomahlah, karena di tangan Anda kendali negeri ini
akan lahir. Bagi yang memilih untuk berkarir, tetaplah selalu istiqomah untuk
menjalankan dua pekerjaan Anda, berkarir dan mengurus rumah tangga. Wallahu a’lam bishawab. || Mahmud Thorif,
Ayah 3 anak, tinggal di Sleman.*) Sumber gambar tipsmu-tipsku.com
Post a Comment