Mandiri dengan Berlatih




Anak merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai, buah hati dan nikmat yang agung. Karena itulah, dalam mendidik mereka, kita harus mencontoh sang teladan kita, Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah sosok yang sangat mencintai dan menyayangi anak.
Mencintai anak merupakan sikap yang baik, karena Allah Ta’ala pun juga akan mencintainya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi”. Pun demikian dengan para sahabat Rasul yang senantiasa berdoa kepada Allah Ta’ala agar dikaruniai keturunan yang shalih, yang mengagungkan agama dan bangsanya kelak.
Tanggungjawab mendidik pada orangtua, tidak sebatas mengasuh dan membimbingnya menuju keshalihan spiritual saja. Setahap demi setahap, orangtua juga harus membimbing anak agar tidak terlalu menggantungkan segala keperluan kepada orang lain. Banyak orangtua yang rela melakukan sesuatu hal yang sepele, yang sebenarnya bisa dilakukan si anak. Alasan kasih sayang kadang dijadikan tameng bagi para orangtua dalam melakukan hal itu, misalnya mengambilkan dan memakaikan sepatu, menyuruh anak memakai baju yang sesuai keinginan orangtua padahal anak ingin memakai baju yang lain, menyuapi anak ketika sebenarnya anak bisa makan sendiri, dan sebagainya. Banyak orangtua yang tidak paham jika hal ini akan membuat anak tidak bisa mandiri.
Ketika anak sudah berusia di atas balita, sudah selayaknya kita melatihnya untuk mandiri. Bahkan bisa kita ajak untuk membantu kita melaksanakan tugas harian yang ringan. Berikut ini ada beberapa cara untuk menumbuhkan kemandirian anak:  (1) Menyiapkan bekal sendiri. Biasanya, anak berumur tujuh atau delapan tahun sudah dapat menyiapkan bekal makanannya sendiri untuk dibawa ke sekolah. Sodorkan pilihan menu apa yang ingin dibawa lebih baik daripada menanyakan padanya apa yang dia mau atau menentukan sendiri menu yang hendak diberikan pada anak. (2) Menyiapkan sarapan sendiri. Anak usia tujuh tahun ke atas juga sudah selayaknya bisa menyiapkan makan siang sendiri. Siapkan di meja makan beberapa pilihan seperti susu, jus, sereal, dan sebagainya. Untuk anak yang lebih tua, dapat diajarkan cara menggunakan oven, kompor gas, atau microwave. Awasi tiap kali dia menggunakan alat tersebut sampai kita yakin dia mampu melakukannya.
(3) Menentukan kegiatan sendiri. Umumnya anak usia tujuh tahun dapat menentukan apa yang ingin dilakukannya sepulang sekolah. Entah itu mengerjakan PR lebih dulu, baru bermain, atau bermain dulu baru mengerjakan PR. Berikan keleluasaan pada anak untuk mengatur jadwalnya. (4) Mengerjakan PR sendiri. Idealnya, anak harus dapat mengerjakan PR sendiri. Tunjukkan pada anak bahwa kita bangga dia dapat mengerjakan PR sendiri. Sebelum memeriksa ulang PR anak, biasakan untuk memuji hasil usahanya dengan mengatakan, bagus sambil mengacungkan jempol. Jangan mengerjakan PR anak ketika anak sudah bilang tidak bisa mengerjakan.
(5) Memakai baju sendiri. Siapkan seragam yang hendak dipakai anak pada malam sebelumnya. Lakukan hal ini saat anak mulai masuk KB atau TK. Ajarkan pada anak agar mengetahui seragam apa saja yang harus dipakainya tiap hari. (6) Memilih kursus sendiri. Diskusikan dengan anak, kursus apa yang ingin diikutinya, apakah komputer, bahasa Inggris, karate, silat, dan lain-lain. Bicarakan hal ini pada awal tahun. Penting bagi orangtua untuk mengerti apa yang diminati anaknya. Jangan paksa anak mengikuti kursus yang diinginkan orangtua, namun tidak diminati anaknya. (7) Memilih sendiri buku-bukunya. Biarkan anak memilih sendiri buku yang ingin dibacanya karena hal itu akan membuat anak menganggap bahwa membaca adalah sesuatu yang menyenangkan.
(8) Mandi sendiri. Mulailah dengan membiarkan dia menyiram dan menyabuni dirinya. Semua itu tentunya dengan pengawasan orangtua. Langkah berikutnya, jika kita yakin dia sudah dapat mandi sendiri, biarkan dia melakukannya sendiri, dengan catatan, pintu kamar mandi jangan dikunci. (9) Bertanggungjawab atas isi tas sekolahnya. Mulailah dengan memberi contoh sejak usia anak masih dini dengan melakukannya bersama-sama. Orangtua membersihkan tasnya sendiri, anak pun diajak ikut membersihkan tasnya. Hal ini jika kita lakukan tiap minggu bisa melatih anak untuk mengingat dan bertanggungjawab terhadap isi tasnya. (10) Menulis dan mengucapkan ucapan terima kasih. Ajarkan anak mengucapkan terima kasih atau jazaakumullah khairan katsira setiap kali anak mendapat hadiah atau pemberian dari orang lain. Ada baiknya juga mengajak anak membuat ucapan terima kasih lewat kartu ucapan. Meski anak belum bisa membuat tanda tangan, biarkan saja mereka membuat gambar di kartu ucapannya. Jadikan hal itu kebiasaan tiap kali anak atau orangtua menerima hadiah.
Insya-Allah sekelumit cara di atas bisa membantu anak kita agar terlatih mandiri sejak dini. Agar kelak dia menjadi generasi Islam yang tangguh dan pantang menyerah dalam mencapai cita-citanya. Amin. || 

Yusuf Sabiq Zainuddin, Staff Pengajar SDIT Annida, Sokaraja Kulon, Purwokerto, Banyumas.

sumber gambar  noormuslima.com

Powered by Blogger.
close