Memilih Saat yang Tepat Memberi Nasihat



Di suatu malam yang larut, pintu rumah Harun al Baghdadi diketuk orang. Harun pun bertanya, “Siapa?” Suara di luar menjawab,”Ahmad,” Harun pun menyelidik,”Ahmad yang mana?” Nyaris berbisik, pemilik suara itu menjawab,”Ibnu Hanbal,” Harun tercekat.
Dia pun membukakan pintu. Imam Ahmad masuk dengan langkah berjingkat. Harun mempersilakan sang guru duduk. Beliau pun duduk pelan-pelan, menggeser kursi perlahan agar tidak berderit.
“Ada urusan sangat pentingkah hingga engkau duhai guruku berkenan mengunjungiku di malam selarut ini?” tanya Harun
Sang guru tersenyum. “Maafkan aku duhai Harun,” ujar beliau lembut dan pelan,”aku teringat bahwa kau biasa terjaga meneliti hadits di waktu semacam ini. Kuberanikan untuk datang karena ada yang mengganjal di dalam hatiku sejak siang tadi,”
Harun terperangah. “Apakah hal itu tentang diriku?” Imam Ahmad mengangguk. “Jangan ragu,” ujar Harun,” sampaikanlah wahai guru. Ini aku mendengarkanmu,”
“Maaf, ya Harun,” ujar beliau,”tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kau bacakan hadits untuk mereka catat. Kala itu mereka sangat tersengat terik matahari, sedangkan dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan. Lain kali jangan begitu duhai Harun. Duduklah dalam keadaan sama, sebagaimana mereka duduk,”
Harun kembali tercekat, tak sanggup rasanya menjawab. Imam Ahmad pun berbisik lagi, pamit undur diri. Kembali beliau melangkah dengan berjingkat, menutup pintu dengan hati-hati.
Inilah guru yang sangat mulia. Ahmad bin Hanbal. Akhlak indahnya sangat terjaga dalam memberi nasihat dan meluruskan khilaf. Beliau bisa saja menegur Harun di depan murid-muridnya, sebab beliau adalah guru Harun yang berhak untuk melakukannya. Tetapi hal itu urung dilakukannya demi menjaga wibawa dan harga diri Harun. Beliau bisa saja datang sore, usai Maghrib atau Isya’, waktu yang tentu mudah baginya. Namun juga diurungkan demi menjaga rahasia nasihatnya.
Kisah di atas memberi pelajaran pada kita bahwa dalam memberi nasihat, kita harus pintar dalam memilih waktu yang tepat. Pun demikian dengan menasihati anak. Pemilihan waktu yang tepat memiliki peran yang signifikan dalam mengarahkan anak dan dalam mengajarinya sesuatu yang disukainya. Hal ini akan membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan oleh orangtua. Jika orangtua memilih waktu yang tepat dan mengesankan bagi anak, ia akan mendapat kemudahan jalan dan penghematan tenaga dalam proses pendidikan.
Ada 3 waktu utama dalam mengarahkan anak yang diterapkan Rasulullah: Pertama, saat rekreasi, dalam perjalanan, atau dalam kendaraan.Nasehat sebaiknya tidak hanya dilakukan di ruang yang terbatas, melainkan juga di udara terbuka saat jiwa si anak memiliki kesiapan yang lebih kuat untuk menerimanya. Jadi, dapat dikatakan bahwa perjalanan adalah kesempatan yang baik untuk memberikan arahan dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, saat makan. Pada saat makan, anak akan memperlihatkan watak aslinya dan tidak berdaya menghadapi keinginannya untuk makan. Oleh sebab itu, kadang-kadang ia berperilaku buruk dan merusak tata krama. Jika saat makan, orangtua tidak duduk bersama mereka dan meluruskan kesalahan-kesalahan mereka secara terus-menerus, si anak akan tetap membawa bibit-bibit kebiasaan buruk itu.
Ketiga, Waktu Sakit. Sakit akan melunakkan orang dewasa yang keras, apalagi hati anak-anak yang memang masih penuh kelembutan dan memiliki kesiapan untuk merespon. Saat sakit, anak memiliki dua sifat besar. Kedua sifat itu sekaligus menjadi bekal untuk meluruskan kesalahan-kesalahan perilaku dan keyakinannya. Sifat pertama adalah fitrah masa kanak-kanak. Sifat kedua adalah sifat kelembutan hati dan jiwa.||

Zakya Nur Azizah, Ibu rumah tangga, tinggal di Yogya
sumber gambar : tarbiyahiium.wordpress.com

Powered by Blogger.
close