Mengelola Pertanyaan
Menjelang
terjadinya perang Badar, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya kepada dua pemuda penyedia air minum pasukan Quraisy tentang lokasi
perkemahan pasukan Quraisy. Jawab kedua pemuda itu, “Mereka berada di balik
bukit pasir ini, di bibir lembah paling ujung.” Lantas Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bertanya tentang kekuatan pasukan Quraisy. Mendapat
pertanyaan itu, kedua pemuda itu kebingungan dan menjawab tidak tahu.
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun mengubah pertanyaannya, “Berapa banyak
unta dan kambing yang mereka sembelih tiap hari?” Mereka menjawab bahwa pasukan
Quraisy tiap hari menyembelih sekitar 9 – 10 ekor unta dan kambing. Dari
informasi itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dapat
memperkirakan besarnya kekuatan pasukan Quraisy, yaitu sekitar sembilan ratus
sampai seribu orang.
Kisah
di atas menunjukkan bagaimana secara cerdas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam memformulasi pertanyaan sehingga dapat menggali informasi penting
dari kedua pemuda tersebut. Kisah ini dapat menjadi pelajaran penting bagi guru
tentang bagaimana mengelola pertanyaan sehingga lebih memadai untuk menggali
informasi penting tetang kemampuan anak.
Terdapat
beragam tujuan bertanya, di antaranya
untuk memotivasi, memicu dan membimbing
proses diskusi dan berpikir, mengarahkan perhatian, dan mengevaluasi kemampuan
murid. Dari beragam tujuan tersebut, memicu dan membimbing proses berpikir
merupakan tujuan yang paling penting.
Bertanya
tidak hanya penting diajukan dan dikelola oleh guru, melainkan juga penting
diajukan oleh murid. Bertanya dapat mengindikasikan aktivitas berpikir.
Sayangnya, hal demikian tidak mudah ditemukan di kelas. Apabila mereka
bertanya, tak jarang mereka mengajukan pertanyaan yang kurang berkualitas,
seperti, “Apakah ini akan keluar di ujian?” Pertanyaan demikian perlu
diwaspadai karena dapat mengindikasikan ketidakseriusan berpikir. Tidak
berlebihan jika dikatakan hanya anak-anak yang bertanya yang benar-benar
berpikir dan belajar. Tidak bertanya identik dengan tidak ada pemahaman dan
pertanyaan yang baik identik dengan pemahaman yang baik.
Secara
berkelanjutan, guru perlu mengkondisikan agar murid aktif bertanya. Namun,
murid hanya akan bertanya dengan baik bila guru memberikan teladan dalam
bertanya. Misal, guru memberikan teladan untuk mengajukan pertanyaan tingkat
tinggi yang dapat mendorong proses berpikir, bukan pertanyaan tingkat rendah
yang hanya dimaksudkan untuk mengingat fakta-fakta. Pertanyaan seperti, “Apakah
kalian mendengarkan?” untuk memastikan murid memperhatikan atau pertanyaan,
“Apakah kalian dapat mengikuti pelajaran?”, dipandang kurang efektif. Sebab
murid pasti akan menjawab, “Ya, saya mendengarkan” atau “Ya, saya paham”.
Jawaban ini kurang memberi informasi mengenai pemahaman murid. Tentu lebih baik
mengajukan pertanyaan yang lebih bersifat terbuka, seperti, “Bagaimana kamu
memahami seperti itu?”.
Mengajukan
dan mengelola pertanyaan juga berkait dengan waktu dan kejelasan pertanyaan. Menjawab pertanyaan
memerlukan waktu untuk berpikir. Karena itu, perlu memberikan waktu tunggu yang
mencukupi kepada murid untuk menjawab. Jika murid tidak mampu menjawab, guru
perlu memeriksa kembali apakah pertanyaan cukup jelas. Guru mungkin perlu
mengkalimatkan ulang pertanyaan. Jika pertanyaan terlalu sulit karena belum
cukupnya pengetahuan awal murid, guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan
faktual yang mengarah pada diperolehnya informasi atau jawaban yang
dikehendaki.
Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah memberikan pertanyaan kepada seluruh murid
terlebih dahulu sebelum menunjuk salah satu murid untuk menjawab, memberikan
respon sesegera mungkin terhadap jawabannya, dan membimbing mereka sampai
menemukan sendiri jawabannya. Beberapa kriteria tersebut perlu diperhatikan
agar pertanyaan dapat dikelola dengan baik sehingga tercipta situasi
pembelajaran yang lebih hidup.|
Tips Mengelola
dan Mengajukan Pertanyaan pada Murid
-Berikan teladan
kepada para murid untuk aktif bertanya
-Pahami kondisi
psikologis murid sehingga bisa menyesuaikan pertanyaan dengan tingkat pemahaman
mereka
-Jika murid
tidak bisa menjawab pertanyaan, jangan marah, sebab boleh jadi murid tidak
paham maksud kita sehingga kita perlu menata kalimat lagi.
-Berikan pujian
pada murid yang bertanya.
DR Ali Mahmudi,
Dosen Pendidikan Matematika Univesitas Negeri
Yogyakarta.
Post a Comment