Menyisipkan Pesan Positif Ketika Anak Pergi Bermain
Sore hari Afi minta ijin Bundanya untuk pergi
bermain ke rumah Reza. Dua orang temannya sudah menunggunya di teras untuk
rencana bermain sepak bola di halaman depan rumah Reza.
”Bunda, aku
sudah shalat Asar. Sekarang, aku boleh ikut
bermain bola di depan Reza kan?”
kata Afi.
”Boleh Nak. Tapi ingat pesan Bunda ya. Batas
bermain jam 16.30, kamu segera pulang untuk mandi. Saat bermain bicara yang sopan. Gunakan
kata-kata yang baik. Kamu jaga kerukunan dengan teman-teman, main bersama dan
bergantian. Dan, berhati-hati saat menyeberang jalan, tengok kiri kanan dulu.
Kalau sudah sepi boleh menyeberang. Oke?”
”Oke.. aku berangkat dulu Bunda.
Assalaamu’alaikum.”
”Wa’alaikumussalaam.” Afi pun keluar dengan
gembira bersama temannya.
Bermain. Bagi anak adalah suatu aktivitas yang
sangat menyenangkan. Apalagi bersama teman-temannya. Bermain merupakan kegiatan
yang menjadi media untuk
menumbuhkembangkan berbagai perkembangan kejiwaan anak. Ada berbagai faktor
pendukung pembelajaran bagi anak ketika ia bermain bersama temannya. Dengan
bermain bersama temannya, anak akan belajar bagaimana hidup bersosialisasi. Ada nilai kebersamaan, berbagi,
antri, menolong, memaafkan, memberi, menerima, menunggu, menghibur, dan
sebagainya.
Orang tua memiliki amanah untuk
membimbing anak, agar mereka tumbuh dengan sehat saat bermain dengan temannya. Agar anak lebih terarah perkembangannya. Selami
dan pahami apa yang anak inginkan dengan bermain. Lebih tepat jika orang tua
memposisikan diri dengan dunia sosial anak sebagai pengendali mereka. Menjadi orang tua yang perhatian pada permainan anak, teman-teman
anak maupun kegiatan mereka. Memperhatikan pribadi teman-teman anak, keluarga
mereka atau akhlak mereka agar kita bisa bertindak lebih tepat untuk
mengarahkan atau mengendalikan anak.
Nasihat adalah satu bentuk pengarahan kepada anak
agar tumbuh kembang kepribadiaan anak lebih terarah. Nasihat bisa berupa
perintah, anjuran, saran, motivasi berbuat kebaikan ataupun berupa larangan.
Pengarahan positif pada umumnya akan lebih mudah diterima anak. Dan anak pun
menjadi tahu apa yang kita harapkan kepada mereka. Pengarahan positif
menanamkan gagasan kepada anak bahwa mereka tidak memiliki keraguan untuk
melakukan hal yang tepat. Anak menjadi mudah mengetahui tingkah laku mana yang
diijinkan mana yang tidak.
Orangtua yang bijak akan lebih bijak lagi, jika ia
mengkomunikasikan perilaku yang tepat kepada anak dengan meminta anak melakukan
sesuatu yang diinginkan. Bukan dengan memberitahukan apa yang tidak boleh
dilakukan. Jika memotivasi, utamakan dengan menyampaikan keutamaan yang akan
didapatnya jika melakukan tindakan yang diharapkan. Sisipkan pesan positif saat anak sedang
memperhatikan pembicaraan dengan orang tua.
Dari penggal percakapan paragraf di atas, salah
satu kebiasaan Bu Hasna kepada anaknya yang minta ijin untuk bermain dengan
temannya adalah menyisipkan pesan positif
untuk diterapkan saat bermain. Bu Hasna tidak membiasakan dengan mendahulukan menyampaikan perilaku yang
dilarang. Akan tetapi, memilih dengan mengatakan perilaku apa yang ingin
dilakukan anaknya. Sebelum Afi berangkat bermain dengan temannya, Bu hasna
sudah memperkirakan kira-kira perilaku apa yang tidak diinginkan dilakukan oleh
anaknya saat bermain. Misalnya
berkelahi. Biasanya sebelum terjadi peristiwa perkelahian, telah terjadi suatu
perilaku yang tidak menyamankan pihak tertentu. Bisa karena mengejek,
berebutan, berteriak, tidak mau antri dan sebagainya.
Bu Hasna mengarahkan anaknya dengan berusaha
menghindari kata-kata negatif, misalnya ’jangan!’, ’tidak boleh!’ atau
kata-kata hardikan. Bu Hasna memilih kata-kata positif, misalnya :
’Jam 16.30 kamu segera pulang untuk mandi.’ Bukan
dengan, ’Jangan lama-lama!’
’Gunakan kata-kata yang baik’. Bukan, ’Jangan
mengejek!’
’Jika menyeberang jalan hati-hati. Tengok....’,
bukan ’Jangan teledor di jalan’.
Sebagai renungan untuk orang tua, khususnya yang
telah dibesarkan dengan pengarahan ”kata-kata negatif”, semoga hal itu tidak
mewariskan pola asuh untuk anak generasi kita berikutnya. Semoga dengan
semangat ibadah dalam mendidik anak, kita diberi kekuatan untuk memilih dan
melakukan yang lebih baik dan tepat. Sehingga anak kita diberi kemudahan
melakukan kebaikan dan kebenaran karena Allah. ||
Asnurul Hidayati, ibu rumah
tangga tinggal di Sleman.
sumber gambar : benteng-id.blogspot.com
Post a Comment