Allah Maha Baik
Rabu 27
Oktober 2010, setelah satu malam
harinya Merapi erupsi yang pertama, saya membicarakan kejadian semalam dengan
murid-murid kelas satu SD. Mereka saya persilahkan
mengemukakan pendapat tentang kejadian yang mereka alami. Pernyataan Andi yang
mengejutkan saya dan menarik perhatian teman-temannya. “ Pak Allah itu jahat
ya..?” Kata Andi yang menyebabkan semua teman
menoleh kearahnya.
Saya sempat berfikir sejenak, kemudian segera melanjutkan perbincangan
dengan bertanya dan bercerita ringan. Dalam pikiran saya, pendapat yang “jujur”
ini harus segera dicairkan. Jangan sampai bermalam dan mengendap. Bahkan harus
bisa menjadi pintu masuk bagi konsep tauhid yang kuat dan lurus.
Pertama, saya tetap menghargai pendapat Andi yang jujur dan cerdas ini.
Memang, penghargaan saya kepada Andi sempat membuat berkernyitnya dahi beberapa
temannya. Saya tanyakan kepada Andi, apa alasan Andi menyatakan demikian. Andi
menjelaskan, “Karena Allah telah meletuskan gunung Merapi yang membuat
orang-orang pada takut dan banyak yang mati.” Sekali lagi, sebuah pendapat yang
jujur dan cerdas yang pantas dihargai.
Kita perhatikan pendapatnya yang jujur, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah yang menyebabkan
Merapi itu meletus. Bukan siapa-siapa dan tidak bisa dihalangi oleh
siapa-siapa. Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Benarkan Allah itu
jahat? Saya bercerita kepada anak-anak berikut.
Siapakah yang ada terlebih dahulu di Jogja? Gunung Merapi atau manusia?
Gunung Merapi tinggal di situ
karena banyak manusianya? Atau manusia banyak yang tinggal di situ karena ada gunung Merapi? Sebelum manusia datang,
gunung Merapi sudah ada di situ. Ia gunung berapi yang aktif, yang setiap saat
selalu memuntahkan lahar dan awan panas.
Manusia berdatangan tinggal di dekat gunung Merapi karena di sana banyak sumber mata air
yang jernih, tanahnya subur, hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan, banyak
material alam yang bisa dimanfaatkan. Semua menjadi daya tarik bagi manusia
untuk tinggal di
sekitarnya. Semua Allah lah yang telah
menyiapkan untuk manusia.
Seandainya gunung Merapi itu berada di tengah hutan, yang jauh dari
pemukiman manusia,
misalnya pemukiman terdekat
berjarak 50 km dari puncak, maka dengan leluasa
Merapi mengeluarkan lahar, awan panas, dan debu. Tidak ada manusia yang mati
jadi korban. Lahar berubah menjadi batu dan pasir, debu menyuburkan tanah di
lereng-lerengnya. Pohon-pohon tumbuh subur menyebabkan mata air mengalir jernih
di berbagai tempat. Semua menjadi kebutuhan
manusia. Semua Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menciptakan. Allah sungguh Maha Baik
kepada manusia.
Mari kita jaga gunung Merapi dari jauh. Merapi perlu dijaga. Tidak
ditunggu. Kita semua harus menjadi penjaga gunung Merapi, tidak harus menunggu.
Kita semua harus menjadi juru kunci Merapi. Bukan hanya mbah Maridjan atau
penggantinya.
Kita bisa mengambil batu dan pasirnya untuk pembangunan di mana-mana.
Kita bisa memanfaatkan air bersihnya untuk kebaikan apa saja. Kita bisa memetik
buah dan sayurnya untuk kesehatan manusia. Kita bisa memanfaatkan berbagai
satwanya. Sungguh Allah Maha Baik kepada manusia.
Kita sudah tahu sifat Merapi yang secara berkala mengalami erupsi. Kalau kita berada jauh dari ancaman
lahar, ya tidak akan ada bencana.
Misalnya ada sumur yang airnya bermanfaat bagi orang banyak, kemudian kita
bermain di dekat sumur dan jatuh masuk dalamnya. Bukan sumurnya yang jahat tetapi
kita yang harus hati-hati.
Drs. Slamet Waltoyo, Kepala Sekolah SD Islam Al Kautsar
sumber gambar : alquranclasses.com
Post a Comment