Dahsyatnya Motivasi Sang Bunda
Seorang bocah laki-laki datang ke ladang
menemui ayahnya untuk meminta didaftarkan ke SD. Dengan wajah sedih sekaligus
berbinar, Sang
Ayah
mendekati anak ini “Nak, hari ini Ayah belum punya
uang, tapi besok semoga kita bisa jual ayam agar kamu bisa sekolah”, ujar Sang
Ayah.
Esok paginya, Sang
Ayah
meminta Bunda
untuk menjual ayam kepada tetangga yang akan digunakan mendaftar sekolah. Waktu
itu, masih sekitar tahun 1990-an. Bisa lulus SD merupakan prestasi yang luar
biasa di desa anak ini, mengingat kebanyakan warga desa adalah orang yang tidak
berpendidikan.
Dengan baju seadanya, tanpa seragam,
dan sepatu, sang bocah ini bisa bersekolah. Masa kecil anak ini banyak
digunakan untuk membantu orang tua mengembala kambing dan sapi. Sementara
sore hari digunakan untuk belajar di
mushola. Untuk bisa menikmati bacaan, ia biasa membeli buku-buku
bekas di pasar. Tatkala duduk di jenjang SMP, Sang
Ayah
meninggal. Alhasil, anak ini pun ikut bekerja keras membantu Bundanya.
Sepulang sekolah, ia mengembalakan sapi milik
tetangga. Selama tiga tahun dijalaninya pekerjaan itu dengan upah satu ekor anak
sapi. Biarpun setelah SMP tidak bisa langsung sekolah, ia tetap belajar. Sambil
menggembala di hutan, anak ini tidak pernah lepas dari buku. Pernah suatu kali
sang kakak mengira dia telah gila karena kalau di hutan, anak ini sering bicara
sendiri. Padahal sebenarnya dia sedang menghafal bacaan. Baru setahun setelah
lulus SMP, dia bisa masuk SMA dengan biaya sendiri melalui menggembala.
Singkat cerita, selepas SMA, anak ini
bercita-cita bisa kuliah. Semenjak itu ia memutuskan untuk hijrah ke kota, bekerja
di tempat orang China. Namun tidak lama kemudian, dia keluar karena tidak cocok
dengan pola hidup mereka yang suka bermain, mabuk-mabukan,
dan kesehariannya makan daging babi. Setiap kali pulang ke desa, Sang
Bunda
menangis terharu melihat begitu beratnya beban Sang
Anak
untuk dapat mewujudkan cita-citanya.
Di sepertiga malam terakhir, Sang
Bunda
bercucuran air mata, melihat sambil memijat-mijat Sang
Anak
ketika tidur. Kata mutiara yang menghujam sanubari Sang
Anak
adalah pesan bunda “Nak, raihlah cita-citamu. Ibu hanya membantu doa. Ibu tidak
meminta apa-apa, ibu yakin kamu pasti berhasil, Nak,” Sepertiga malam terakhir menjadi
hujan tangis antara Sang Anak
dengan Sang
Bunda.
Entah berapa kali kata-kata itu diucapkan, mungkin puluhan kali bahkan terasa
ratusan setiap kali Sang Anak
pulang dari kota. Bahkan, sampai detik ini, kata-kata itu selalu terngiang di
telinganya. Di saat sedang bersedih, kata-kata itu selalu mengingatkan untuk
pantang menyerah. Bahkan ketika kondisi lemah, banyak ujian dan cobaan,
kata-kata itu seperti mengingatkan untuk tetap tegar dan terus berjuang dalam
hidup ini.
Dengan menyambi jadi guru SD swasta dengan
honor Rp 5.000,- perbulan dan menjadi guru les ngaji, dia berhasil meraih gelar
sarjana. Bahkan atas izin Allah, ia juga berhasil menyelesaikan pendidikan
pascasarjana dan kini sedang bersiap-siap untuk mengambil program Doktor.
Kisah nyata ini hendaknya menjadi
inspirasi bagi para orang tua, khususnya ibu, untuk menanamkan kata-kata motivasi
kepada Sang
Anak
yang kelak akan menjadi bekal menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Menjelang
detik-detik ujian sekolah, setiap sekolah memberikan bekal atau motivasi kepada
para murid agar memiliki sikap mental pantang menyerah.
Hubungan emosional antara anak dengan bunda
akan mampu membangkitkan semangat juang anak. Anak yang memiliki kelekatan hati
dengan sang bunda akan lebih mudah dibangkitkan motivasinya daripada anak yang
memiliki pengalaman hubungan emosional negatif dengan ibunya.
Karena itu, para bunda jangan remehkan
kata-kata mutiara untuk sang buah hati karena kata-kata itu mampu menundukkan
gunung yang tinggi dan samudera yang sangat luas. Kata-kata yang menggugah
semangat anak bukanlah kata-kata yang disusun bagaikan menyusun sebuah syair,
akan tetapi kata yang keluar dari hati sanubari dengan penuh keikhlasan.[]
Usman Wakimin,
Ketua Yayasan An-Nashr, Jepara, Jateng
sumber gambar : proudtobeamuslimah.wordpress.com
Post a Comment