Dunia Sekolah : Hakikat Belajar
RUA Zainal Fanani
Sore itu Bu
Ilham tampak begitu gembira. Senyumnya yang khas terus mengembang.
“Wah …wah
…wah, bahagianya Bu Ilham hari ini…. Dapat anugrah besar dari Allah ya, Bu?”
tanya Bu Ruslina, melihat wajah Bu Ilham yang berbinar-binar. “Kalau mendapat
nikmat dari Allah, bagus lho kalau dikabar-kabarkan…. Itu kata Nabi …”
“Iya… iya,
saya datang kerumah Bu Ruslina memang mau menyampaikan kabar bahagia tentang
anak saya Abror.”
“Abror?”
“Iya… Abror.
Dia naik kelas dengan nilai yang bagus-bagus. Memang, saya perhatikan
bulan-bulan terakhir ini Abror mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Nilai-nilainya makin bagus. Boleh kan
bu kalau saya membanggakannya. Soalnya dia benar-benar mirip almarhum
ayahnya…”ada kebahagian diwajah Bu Ilham, namun juga tersembul sedikit
kesedihan .”Kalau ayahnya masih hidup, pastilah dia bangga..”
“Pak Ilham
pasti juga bangga punya istri seperti Bu Ilham yang bisa membimbing Abror
dengan baik. Punya istri yang tegar dan begitu menyanyangi Abror…,” ujar Bu Ruslina
sambil terseyum.
Mata Bu Ilham
tampak berkaca-kaca. “Ini juga berkat bimbingan almarhum suami saya. Allah
memang tidak mengaruniai usia yang panjang kepadanya. Tapi berkat dia, saya
banyak berubah. Sebenarnya saya bukan wanita yang penyabar, Bu. Bawaan saya
marah-marah melulu. Tapi suami saya selalu mengingatkan, pikiran anak yang
buntu tak akan tertolong dengan dimarah-marahi. Kata suami saya, kalau anak
terlalu sering dimarah-marahi ketika belajar, dia akan malas belajar. Bahkan
dia bis benci dengan belajar. Yag lebih buruk lagi, katanya, bila Abror merasa
dirinya lemah, dan akhirnya dia tumbuh jadi anak yang minder…na’udzubillah…”
Mendengar
kisah Bu Ilham, Bu Ruslina diam-diam banyak belajar. Bu Ruslina menjadi semakin
paham mengapa Pak Ruslina selalu mengingatkan untuk bersabar ketika mendampingi
Angga belajar. Bila Angga tampak mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal-soal atau pekerjaan rumah, kita harus menahan, kita harus menahan diri
dari sikap jengkel. Malah dengan tegas Pak Ruslan mengatakan, “Sabar itu
letaknya disitu. Ketika anak kita menghadapi kesulitan, meskipun itu bagi kita
mudah saja, itulah saatnya kita membimbing dengan sabar. Jangan sampai anak
kita yang tidak tepat. Marah-marah atau kasar, itu jelas sikap yang tidak
tepat. Itu malah akan memadamka semangat belajar…”
“Lho…Bu
Ruslina kok malah melamun…Tidak suka kalau saya kesini ya, Bu?”
“Oh…
astagfirullah… tidak, saya senang Bu Ilham kesini kok bu…”Bu Ruslina tersadar
dari lamunannya. Wajahnya memerah. Tersipu-sipu.
Tiba-tiba
terdengar suara motor memasuki pekarangan .
“Alhamdulillah,
kelihatannya Pak Ruslan sudah pulang, Bu?”
Bu Ruslina
terseyum lebar. Dugaan Bu Ilham tidak salah, itu memang suara motor butut Pak
Ruslan. Bu Ruslina segera berdiri, siap menyambut suami tercinta. “Sebentar ya
Bu…Maaf…”
Tak lama
kemudian Pak Ruslan masuk ke rumah, setela mengucapkan salam. “Wah, ada tamu
istimewa rupanya ….”
“Pak Ruslan
bisa saja … Menyindir ni ye … Saya memang tetangga yang paling bawel dan paling
sering main ke sini …”
“Lho kok marah
begitu … Justru Bu Ilham itu teladan bagi kami. Rajin bersilaturahmi. Kata
Nabi, usianya akan bertambah dan rejekinya akan melimpah …! Ujar Pak Ruslan.
Bu Ilham
tersenyum lebar. “Amien …!”
“Ini lho, Bi.
Bu Ilham tadi cerita, Abror, putranya nilainya sekarang bagus-bagus …”
“Alhamdulillah.
Dulu kan Bu
Ilham pernah mengeluh, katanya nilai Abror kurang begitu bagus. Sekarang sudah
banyak berubah rupanya …”
“Saya takut
sekali dengan guru-guru Abror di sekolah. Anak saya sekarang banyak sekali
mengalami perubahan. Di rumah saya merasakan sekali. Semangat belajarnya
meningkat, disiplin sekolahnya juga bagus. Saya senang sekali melihat
perkembangannya …” Bu Ilham tampak tak dapat menyembunyikan rasa bangganya.
“Kalau Abror
mengalami banyak perubahan bagus, itu namanya Abror benar-benar belajar.
Hakekat Belajar memang perubahan …,” komentar Pak Ruslan.
Bu Ilham dan
Bu Ruslina mengernyitkan dahi. “Maksudnya, orang dikatakan belajar bila dirinya
terjadi perubahan. Paling tidak, yang tadinya tidak tahu menahu, yang kurang
terampil menjadi mahir, yang tidak bisa menjadi bisa. Itu kan perubahan namanya. Itulah hakekat
belajar. Tapi bukan hanya itu, belajar juga berarti yang dulunya kurang teratur
menjadi teratur, yang tidak disiplin menjadi disiplin, yang kurang bersemangat
menjadi bersemangat, yang tidak shalat menjadi rajin shalat, yang kurang rapi
menjadi rapi, dan sebagainya. Kalau mendengar cerita Bu Ilham, berarti Abror
belajar begitu banyak di sekolah dan di rumah ..”
“Alhamdulillah
Pak Ruslan. Saya salut pada guru-guru di sekolah …”
“Saya juga
salut pada guru besarnya di rumah : Bu Ilham!” ujar Pak Ruslan sambil
mengacungkan jempolnya.
Bu Ilham
memonyongkan mulut sambil memejamkan matanya. Kedua telapak tangannya
ditutupkannya ditelinga. Lucu dan ekspresif sekali …
“Begitulah
tugas guru dimana-mana. Setiap guru harus tahu perkembanganya murid-muridnya.
Ia harus merencanakan perubahan-perubahan apa yang harus dilalui ole
murid-muridnya, memikirkan langkah-langkahnya, bagaimana membimbingnya,
bagaimana mengukur keberhasilannya, dan sebagainya. Yang jelas, perubahan yang
dimaksud adalah perubahan yang disengaja, disadari atau diprogram. Dalam
istilah pendidikan hal itu disebut perubahan yang internasional…”
“Istilahnya
kok sulit diingat sih, Pak.”
“Istilahnya
saja ang kelihatan keren.Tapi maksudnya ya seperti saya jelaskan tadi. Selain
itu, perubahan yang terjadi harus positif, harus baik.Kalau berubah menjadi
lebih buruk, itu bukan belajar yang kita maksudkan. Perubahan juga harus
diusahakan terjadi atas usaha murid sendiri, yang disebut perubahan aktif …”
“Lalu?”
“Perubahan itu
harus efektif, membawa manfaat yang bermakna bagi murid. Kalau tidak
bermanfaat, buat apa susah-susah belajar. Dan yang lebih penting perubahan itu
harus fungsional. Maksudnya, perubahan itu bersifat menetap pada diri murid sehingga
sewaktu-waktu dibutuhkan dapat digunakan. Apalagi bila perubahan baik itu
lantas menjadi kepribadiannya. Itu benar-benar hebat …! Seperti Abror. Ya kan , Bu?”
“Iya, itu
betul Pak. Tapi Pak Ruslan jangan pakai istilah yang sulit-sulit dong …”
“Tapi
maksudnya Bu Ilham mengerti kan ?”
“Oh mengerti,
Pak. Istilahnya memang agak sulit. Tapi maksudnya jelas sekali …!”
“Nah itu
berarti Bu Ilham sudah belajar dengan baik. Tadinya tidak paham sekarang merasa
jelas sekali. Hebat ,,,!!!”ujar Pak Ruslan sambil ngeloyor masuk ke kamar.
Bu Ilham dan
Bu Ruslina tampak bengong.
sumber gambar : nadhirroh.tumblr.com
Post a Comment