Dunia Sekolah : Pembelajaran Efektif (2)
Oleh
: RUA Zainal Fanani
Bu Mimin yang
kini sudah paham, mengapa model pembelajaran di sekolah putrinya kini berubah,
mulai ingat sesuatu. “Rasanya ini sama dengan yang sering aku dengar dulu.
CBSA!”
Bu Mimin tidak
terlalu salah. Sebenarnya para pakar pendidikan telah lama menyadari pentingnya
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa. Melalui klipping yang dimiliki Pak
Nandang, Bu Mimin tahu, pada tahun 1978 pernah ada program pemerintah yang
bernama Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) yang pada intinya menatarkan
teknik dan strategi pelaksanaan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) kepada 7000
pendidik. Setelah pada tahun 1979 dalam penelitiannya menemukan bahwa para guru
lebih banyak menggunakan model pembelajaran siswa pasif, pada tahun 1980
Balitbang Dikbud melaksanakan Sistem Pembinaan Profesional(SPP-CBSA) yang
diujicobakan di Cianjur. Model pembelajaran ini kemudian menyebar keseluruh Indonesia.
Hanya saja, sejak tahun 1991 gema wacana tentang CBSA mulai menyurut.
“Kalau begitu
pembelajaran aktif bukan hal yang baru ya Bi?”
“Betul Mi,
bahkan sejak jaman nabi Adam.”
Bu Mimin
terperangah. “Maksudnya …?”
Pak Nandang
tentu tidak mengada-ada. Sejak dulu manusia sudah belajar. Sampai sekarangpun,
manusia belajar tidak hanya di sekolah. Sebetulnya manusia lebih banyak belajar
melalui kegiatan-kegiatan langsung. Mengobrol tentang beberapa hal, merenung,
mencoba-coba, mengambil kesimpulan sendiri, dan sebagainya. Sekarang ini,
begitu banyak buku yang bisa dibaca untuk menambah pengetahuan. Perkembangan
teknologi juga semakin menolong manusia untuk memperoleh berbagai ragam
informasi secara lebih mudah dan cepat. Sekarang kuncinya adalah bagaimana
orangnya. Bila ia seorang pembelajar yang pasif, maka ia akan memperoleh ilmu
sangat terbatas. Sebaliknya bila ia seorang pembelajar yang aktif dan mandiri,
maka segala kemudahan itu akan memperkaya kualitas dirinya.
Dunia sekolah
mulai menyadari hal itu. Keliru besar apabila sekolah menanamkan kepada
siswa-siswinya bahwa sekolah, melalui mulut guru-guru mereka, adalah
satu-satunya pintu ilmu. Guru perlu mengubah kesan keliru seperti itu, dengan
melatih dan menyadarkan siswa-siswinya untuk dapat memanfaatkan sumber-sumber
ilmu pengetahuan yang tersedia di mana-mana. Ilmu pengetahuan terus berkembang
dan mengalami kemajuan pesat secara terus menerus. Nila guru berpikir semuanya
harus bisa diajarkan di sekolah melalui kegiatan mendengarkan keterangan guru,
maka lama kelamaan hal ini tidak mungkin lagi. Dibutuhkan waktu yang sangat
lama untuk menyampaikan semua itu. Akan lebih baik bila guru lebih menekankan
untuk menyampaikan prinsip-prinsip dan cara-cara yang kaya untuk mengembangkan
pengetahuan. Penetapan pembelajaran aktif antara lain bertujuan untuk
menanamkan kesadaran dan keterampilan ini. Para cerdik pandai menamainya learnig
how to learn.
Selain yang
bersifat keterampilan, pengembangan pengetahuan seseorang ternyata dipengaruhi
oleh hal-hal yang bersifat mental. Aspek-aspek mental ini seringkali justru
menjadi faktor penentu. Rasa ingin tahu misalnya, bila tumbuh dan menyala pada
seorang siswa, maka hal itu akan memacu dirinya menjadi pembelajar yang penuh
gairah. Tanpa diperintah oleh siapa-siapapun ia akan terus mengembangkan
kualitas dirinya dengan belajar dan belajar. Penerapan model pembelajaran aktif
yang tepat diharapkan mampu menumbuhsuburkan rasa ingin tahu tersebut.
Bila seorang
siswa telah memiliki rasa ingin tahu yang besar, antara lain dengan terus
mengembangkan strategi quistioning (bertanya), maka ia akan berusaha
keras mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bahkan, suatu saat kelak,
diharapkan sendirilah yang banyak memunculkan berbagai pertanyaan atas berbagai
gejala, baik gejala alam, gejala sosial, gejala kejiwaan ataupun gejala
ruhaniah. Misalnya, ketika bertemu dengan pengemis di jalan, ia bertanya-tanya
: Mengapa seseorang menjadi pengemis? Mengapa di dunia ini ada orang
kaya dan ada orang miskin? Mengapa banyak orang kaya tidak menyantuni
orang miskin? Bagaimana caranya menolong orang-orang miskin?Apakah berdosa bila
ia tidak mempedulikan pengemis itu? Dan sebagainya. Dari peristiwa itu saja,
banyak pertanyaan yang bisa ia munculkan. Ketika satu persatu jawabannya ia dapatkan,
ia pun akan memperoleh kepuasan tersendiri. Boleh jadi jawaban itu ia peroleh
melalui membaca, adakalanya dengan bertanya kepada seseorang, kadang ia berani
menyimpulkan sendiri setelah mendiskusikannya dengan beberapa teman inilah yang
desebut dengan inquiry, yaitu proses memperoleh pengetahuan melalui
pencarian dan penemuan sendiri.
Saat ini para
guru dituntut untuk merancang pembelajaran agar proses inquiry
berkembang di kelasnya. Karena itu ia harus mendorong siswa-siswi terlebih
dahulu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang topik pembelajaran
melalui kegiatan mandiri. Guru harus mendorong para siswa untuk memperoleh
jawaban dari sumber-sumber yang lain. Tentu saja para siswa boleh
memperbincangkannya dengan teman-temannya menduga-duga terlebih dahulu, dan
sebagainya. Bisa dibayangkan, suasana menjadi meriah ,sibuk dan mengasyikkan.
Bila ternyata
jawaban yang diperoleh kurang tepat, guru dapat kembali mengajukan pertanyaan,
yang menyadarkan siswa bahwa jawabannya kurang tepat, akhirnya guru dapat
memberikan klarifikasi, sehingga bila ternyata jawaban yang diperoleh dari
siswa benar, maka mereka akan mendapatkan kepuasan yang besar. Tentunya
kepuasan semacam ini akan sangat
bermakna bagi dirinya, sehingga akan membangkitkan motivasinya untuk belajar.
Membaca
berbagai tulisan di klipping Pak Nandang itu Bu Mimin tanpak mangut-mangut.
“Bagus juga maksudnya, ya Bi. Kita pun di rumah seharusnya melakukan hal yang
sama.”
“Maksud Ummi?”
“ Ya, kita
akan berinisiatif mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anak-anak kita. Lalu
kita minta mencari jawabanya. Kita belikan mereka buku-buku agar ia dapat
menemukan jawaban-jawabanya di situ.
Lalu, selain memperoleh jawaban dari kita, kita minta mereka membuat pertanyaan-pertanyaan
yang lain, dan sebagainya. Demikian pula, bila mereka bertemu dengan hal-hal
yang menarik, kita dorong mereka membuat pertanyaan pertanyaan dan mencari
jawabanya sendiri. Bila sudah ketemu,
kita suruh mereka untuk mendiskusikanya bersama kita. Kalau bisa kita terapkan,
wah … anak kita pasti akan tumbuh menjadi anak yang memiliki pengetahuan yang luas.” Kata Bu
Mimin panjang lebar.
Pak Nandang tersenyum. “Yang sudah pasti, saat
ini pengetahuan Ummi-lah yang tambah
luas. Dan Ummi telah membuktikan dengan membaca-baca kliping, lalu
mendiskusikanya dengan Abi, Ummi telah menemukan hikmahnya. Hebat, Ummi telah
menerapkan pembelajaran aktif untuk dirinya sendiri lho Seandainya semua
siswa secantik dan secerdas Ummi.” Sanjung Pak Nandang.
Bu Mimin nyengir.
Tersipu-sipu, tapi senang juga. [ilyas/thorief/fahma]
sumber gambar : iprasblog.com
Post a Comment