Kekuatan Tujuan



Betapapun sangat tajam dan terpasang pada busur yang kokoh, sebatang anak panah tidak akan menembus apapun tanpa sasaran yang jelas. Pengibaratan ini sangat tepat untuk menggambarkan pentingnya memiliki sasaran atau tujuan. Memiliki tujuan yang jelas merupakan karakter orang cerdas sebagaimana disabdakan Rasululloh SAW, “orang cerdas adalah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian” (HR. Tirmidzi). Bagi seorang mukmin, kebahagiaan akhirat adalah tujuan dari segala tujuan. Terkait pentingnya memiliki tujuan, Rasululloh SAW juga bersabda, “setiap amal bergantung pada niat atau tujuannya. Setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan atau menjadi tujuannya….” (HR. Bukhori).
Memiliki tujuan yang jelas merupakan prasyarat sukses bagi siapapun dalam menjalani menjalani profesi apapun, termasuk guru sebagai pendidik. Dalam menjalani profesinya, guru perlu menetapkan tujuan yang jelas. Tujuan ini mencakup tujuan yang bersifat filosofis atau pribadi dan tujuan yang bersifat teknis atau praktis. Tujuan yang bersifat filosofis terkait alasan mengapa seseorang memilih menekuni profesi pendidik. Tujuan yang berdimensi ibadah, seperti berperan serta membangun generasi mulia, kiranya akan tetap relevan bagi pendidik. Sedangkan tujuan yang bersifat teknis atau praktis terkait dengan praktik pembelajaran. Tujuan pembelajaran menggambarkan perilaku atau kemampuan yang harus dikuasai anak setelah melalui proses belajar dalam rentang waktu tertentu. Tujuan ini sangat penting karena memberikan arahan bagi guru tentang bagaimana suatu proses pembelajaran dilaksanakan.
Tujuan pembelajaran perlu disusun secara jelas, spesifik, dan operasional sehingga dapat diukur. Tujuan harus sesuai dengan jangkauan kemampuan anak. Tujuan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan siswa frustasi. Sebaliknya, tujuan yang terlalu rendah tidak akan memotivasi anak untuk mengoptimalkan potensinya. Hendaknya, tujuan pembelajaran tidak hanya mencakup aspek kognitif terkait penguasaan pengetahuan tertentu, melainkan juga mengakomodasi aspek afektif. Misalnya, pembelajaran juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berdiskusi, seperti menghargai perbedaan pendapat, mengungkapkan pendapat secara jelas, atau menghargai kesepakatan.
Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, selanjutnya perlu disusun rencana pembelajaran strategis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Rencana pembelajaran merupakan uraian tertulis tentang bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara spesifik, rencana pembelajaran memuat uraian tentang bagaimana melibatkan aktivitas konstruktif anak dalam membangun pengetahuannya, bagaimana menggunakan sumber atau media belajar, dan bagaimana mengukur keberhasilan anak. Secara lebih rinci, rencana pembelajaran dapat mencakup berbagai pertanyaan strategis untuk membimbing proses belajar anak. Rencana pembelajaran dapat pula mecakup respon antisipatif terhadap berbagai tindakan anak. Rencana pembelajaran semestinya bersifat individual bagi guru. Dua guru berbeda dapat memiliki rencana pembelajaran yang berbeda untuk suatu topik yang sama. Hal itu bergantung pada pada karakteristik anak, sumber atau media belajar, atau strategi pembelajaran yang digunakan.
Tujuan pembelajaran perlu dikomunikasikan secara jelas kepada anak, baik secara lisan maupun tertulis. Guru perlu pula mengkomunikasikan dan mendiskusikan dengan anak terkait proses belajar yang akan diikuti. Dengan cara demikian, anak akan merasa memiliki tujuan tersebut dan  ikut bertanggung jawab untuk mewujudkannya. Secara berkala, guru perlu melibatkan anak untuk mengevaluasi ketercapaian tujuan, misalnya dengan bertanya, “anak-anak, apakah tujuan yang kita tetapkan tercapai?”. Hal demikian bermanfaat untuk mengukur kemajuan belajar anak.
Rencana pembelajaran yang tertulis secara spesifik akan mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam hal ini berlaku kaidah, guru menuliskan apa yang akan dilakukan dan melakukan apa yang telah dituliskan. Meski demikian, rencana pembelajaran tersebut hendaknya bersifat fleksibel. Praktik pembelajaran dimungkinkan tidak sesuai dengan rencana bila memang kondisi mengharuskan demikian, misalnya ketika siswa ternyata belum memiliki penguasaan yang memadai mengenai materi prasyarat atau sebaliknya siswa lebih cepat dari waktu yang dialokasikan dalam menguasai bahan ajar.
Pembelajaran yang bertujuan jelas dan dirancang dengan baik sebagaimana digambarkan di atas akan memberikan pengalaman berharga kepada anak. Pengalaman ini terkait tentang bagaimana menetapkan tujuan dan mengorganisasikan sumber daya untuk mencapai tujuan itu serta mengevaluasi ketercapaian tujuan itu. Tak diragukan lagi bahwa keterampilan demikian sangat diperlukan anak dalam kehidupan nyata kelak. || 

Ali Mahmudi, Dosen Ilmu Matematika Universitas Negeri Yogyakarta. 
sumber gambar : forget-hiro.blogspot.com
Powered by Blogger.
close