Kekuatan Visual
imam bukhori meriwayatkan
bahwa nabi menggambar segiempat dan sebuah garis lurus yang menembus keluar
sisi segiempat itu. nabi juga menggambar garis-garis pendek yang memotong garis
lurus itu. selanjutnya, kepada para sahabat, nabi menjelaskan bahwa segiempat
itu menggambarkan batas usia atau ajal manusia, sedangkan garis yang menembus
batas itu adalah cita-citanya. adapun garis-garis pendek yang memotong itu
adalah rintangan-rintangan yang selalu menghadang manusia. apabila manusia
lolos dari satu rintangan, ia akan menghadapi rintangan berikutnya, begitu
seterusnya.
Penulis
tak hendak mengurai substansi hadits di atas, melainkan lebih memfokuskan pada
bagaimana Nabi, yang juga sebagai guru, memberikan penjelasan yang sangat baik
kepada para sahabat, murid-murid beliau. Nabi menggunakan skema sederhana untuk
memvisualisasi konsep abstrak agar lebih mudah dipahami. Dalam konteks
pembelajaran, citra visual, seperti skema, gambar, bagan, tabel, atau diagram,
memang berperan sangat penting, terlebih pada anak usia dini, mengingat
kemampuan berpikir abstrak mereka belum berkembang sempurna. Secara visual,
konsep atau pengetahuan yang bersifat abstrak dan kompleks dapat
dikomunikasikan secara lebih sederhana.
Salah
satu cara untuk memvisualisasi konsep yang bersifat abstrak adalah dengan skema
konsep. Skema konsep, atau bisa juga disebut peta konsep, adalah skema yang
menyajikan konsep-konsep penting beserta keterkaitannya. Keterkaitan tersebut
dapat berwujud hubungan sebab-akibat, siklus, atau hubungan prasyarat. Dengan
skema konsep, suatu pembelajaran akan lebih bermakna karena memberikan
pemahaman kepada anak bahwa pengetahuan-pengetahuan yang mereka pelajari tidak
saling terpisah, melainkan saling bertalian dan membentuk jalinan pengetahuan
yang utuh. Lagi pula, proses berpikir akan lebih mudah dilakukan terhadap
informasi yang disajikan dalam beragam representasi yang melibatkan banyak
indera.
Penggunaan
skema konsep semakin sesuai bagi anak bertipe belajar visual spasial (visual spatial learner). Anak demikian
akan lebih mudah memahami informasi atau pengetahuan yang disajikan secara
visual dan simultan, tidak terpisah-pisah. Sebaliknya, anak demikian pada
umumnya akan mengalami kesulitan untuk memahami informasi yang disajikan secara
sekuensial, terlebih bila disajikan secara verbal.
Penggunaan
skema konsep berpotensi mempermudah anak memahami sekaligus mengingat
konsep-konsep yang mereka pelajari. Bila diibaratkan, skema konsep seperti
perpustakaan yang memiliki ribuan buku yang diklasifikasikan dengan baik.
Menemukan sebuah buku berkarakteristik jelas di perpustakaan tersebut lebih
mudah dilakukan daripada menemukan buku serupa dari setumpuk buku tak beraturan
meski tak seberapa. Demikian pula, mengingat suatu konsep juga lebih mudah
dilakukan bila konsep tersebut disajikan secara skematis bersama konsep-konsep
lain yang terkait. Memang, mengingat sesuatu informasi akan lebih mudah bila
yang diingat tersebut dikaitkan dengan informasi lain yang telah dikenal.
Dalam
praktik pembelajaran, anak perlu dilibatkan secara aktif dalam pembuatan skema
konsep. Guru dapat mengawali dengan menuliskan nama suatu konsep di papan
tulis. Selanjutnya anak-anak diminta untuk mengidentifikasi konsep-konsep lain
yang terkait beserta jenis keterkaitannya. Untuk lebih memperkaya, dapat
digunakan berbagai warna, simbol, atau penanda lain untuk memberikan penekanan
pada konsep atau pola hubungan tertentu.
Anak
perlu diberikan kesempatan untuk membuat skema konsep mereka sendiri. Anak-anak
secara mandiri mengidentifikasi konsep-konsep penting dan selanjutnya menemukan
keterkaitannya. Dalam hal ini perhatian tidak difokuskan pada aspek artistik,
melainkan lebih pada kelengkapan dan kesinambungan antarkonsep. Bagi guru,
aktivitas siswa membuat skema konsep merupakan cara yang baik untuk
mengidentifikasi ketidakpahaman anak. Selain itu, pembuatan skema konsep juga
merupakan salah satu bentuk penilaian kinerja anak dalam mendemonstrasikan
pemahamannya secara visual dan simultan.
Penggunaan
skema konsep dapat dibudayakan, setidaknya untuk memberikan variasi, sehingga
pembelajaran menjadi lebih kaya, tidak membosankan.
Dr. Ali
Mahmudi, Dosen Ilmu Matematika Universitas Negeri Yogyakarta
sumber gambar : anneahira.com
Post a Comment