Menjadi Sahabat Teman Ayah Bunda
Irwan
Nuryana Kurniawan
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar radhiyallahuma: ”Sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,”Sesungguhnya
sebagus-bagus berbuat baik adalah memelihara hubungan persaudaraan dengan
keluarga sahabat karib ayahnya sepeninggal ayahnya.” (HR Muslim).
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Betapa sempurnanya syariat
Islam yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Hal-hal yang tampak
sederhana seperti tersurat dalam hadits tersebut di atas ternyata dianjurkan
kepada kita untuk bersungguh-sungguh melakukannya. Berusaha bersungguh-sungguh memelihara
hubungan persaudaraan dengan keluarga sahabat orangtua kita setelah
meninggalnya orangtua kita. Kenapa Allah Ta’ala melalui Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam menyatakan hal tersebut sebagai sebagus-bagus
berbuat kebaikan?
Dengan tetap bertumpu
mengharapkan kecintaan dan keridhaan Allah Ta’ala sebagai alasan utama
mengapa kita perlu bersungguh-sungguh berbuat baik kepada sahabat ayah bunda,
kerabat, istri, dan semua orang yang dianjurkan untuk dihormati, penulis
mencoba menjelaskan secara psikologis salah satu keuntungan “duniawi” yang akan
kita peroleh ketika kita mengamalkan keutamaan sunnah tersebut di atas.
Dalam kajian-kajian ilmiah
psikologi ditemukan bukti yang tidak terbantahkan bahwa hubungan sosial yang
dimiliki berpengaruh terhadap kesehatan dan kebahagiaan seseorang. Sebagai
contoh, Cohen dan Wills (1985), Heller dan Lakey (1985), Barera (1986), Dunkel-Schetter
dan Bennett (1990), Sarason, Sarason, dan Pierce (1990), Lakey dan Drew (1997)
menemukan bahwa persepsi tentang ketersediaan dukungan (penilaian tentang ada
tidaknya dukungan), bantuan nyata yang
diterima (informasi, nasihat, keuangan, tenaga, do’a), mencari dukungan, dan
karakteristik jaringan (besar kecilnya jaringan, menyatu tidaknya jaringan
secara sosial) berhubungan dengan stress dan kesehatan seseorang.
Ketika kita menilai ada sebuah
masalah, ada sesuatu yang mengancam, ada
sesuatu yang mengganggu, maka ini tidak otomatis menjadikan kita mengalami
stress. Stress baru kita alami ketika kita menilai bahwa diri kita tidak
memiliki sesuatu—bersifat pribadi maupun sosial—yang dapat diandalkan untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan baik. Jadi, ketika secara pribadi kita
tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi dengan baik ancaman dan gangguan yang
dialami, tetapi secara sosial kita mendapatkan dukungan hubungan baik yang
terpelihara dengan sahabat orangtua kita, maka dukungan sosial tersebut akan
berfungsi sebagai penyangga/pelindung diri kita dari dampak buruk stress yang
dialami. Misalkan ketika kita mengalami permasalahan terkait anak kita. Mengetahui
bahwa ada sahabat orangtua kita yang bisa membantu—walaupun itu sebatas
kesediaan mendengarkan masalah yang dialami—maka insyaallah kita akan lebih
mampu mensikapi permasalahan yang dialami dengan lebih jernih, sehingga bisa
terhindar dari dampak buruk stress yang bisa merusak kesehatan dan kebahagiaan
kita. Dukungan sosial melindungi seseorang dari dampak merusak stress karena
dukungan sosial membuat seseorang memaknai situasi-situasi yang penuh tekanan
menjadi tidak begitu negatif.
Terpeliharanya hubungan baik
dengan kerabat dan semua orang yang dianjurkan dalam agama untuk dihormati
memungkinkan seseorang memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
dan mengasah kualitas diri menjadi lebih berkarakter, berkarya, dan bermanfaat
bagi lebih banyak bagi umat. Bergaul dan bekerja bersama-sama kerabat yang memiliki
pengetahuan, keahlian, kepemimpinan, dan integritas yang baik akan membiasakan
seseorang memiliki kualitas pribadi yang serupa.
Maka ketika Allah Ta’ala
melalui Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam meminta kita
untuk memelihara persaudaraan dengan sahabat karib orangtua kita, apalagi yang
menghalangi kita untuk segera melakukannya?
sumber gambar dikutip.com
Post a Comment