Tips Cerdas : Bersabar Terhadap Anak
Seorang ibu muda bersungut-sungut menghadapi
tingkah anaknya yang sepertinya tidak mau diam walau semenitpun.Ada saja
tingkahnya yang membuatnya senewen.
Taplak meja baru saja dipasang, eh tak lama
sudah berada di kolong kursi.Mainan yang sudah capek-capek dirapikan begitu ia
lengah jadi berantakan lagi.
“Andi, bagaimana kamu ini, ibu sudah capek bersih-bersih
rumah tapi kamu bikin berantakan lagi!”
“Ibu, Andi kan mau bikin kemah-kemahan mengapa
tidak boleh?”
“Andi, sekarang tidak boleh karena ada tamu
sebentar lagi datang, tolong bantu ibu ya!”
“Andi kan mau main, biasanya ibu tidak melarang
Andi untuk buat kemah?”
“Ibu kan sudah bilang sebentar lagi ada tamu datang!”
Jelas ibu dengan nada suara tinggi karena jengkel.
Mendengar suara ibu yang emosi, Andi juga tidak
mau kalah, “Mengapa jika ada tamu Andi tidak boleh bikin kemah? Ibu bilang sama tamunya hari ini jangan datang ke
rumah karena Andi mau bikin kemah!”
Mendengar komentar Andi ibu bertambah sewot, “Kamu
ini memang suka membantah, ayo cepat diberesi mainannya!”
Mendapat cap anak suka membantah, Andi bertambah
tidak memperhatikan permintaan ibunya. Ia justru menambah tumpukan kain di atas
kemah imajinasinya.
Melihat sikap tak acuh Andi, ibu bertambah berang
apalagi tamu sudah telepon sebentar lagi mau tiba, sedang rumahnya jadi tambah
berantakan. Akhirnya katup emosinya meletup, sang ibu kehilangan kesabaran. Dengan
main paksa sang ibu membongkar dan memberesi kemah imajinasi anaknya. Walau
Andi menangis histeris sang ibu tak menghiraukannya. Akhirnya Minggu pagi yang
tadinya ceria menjadi pagi yang sangat meyedihkan bagi keluarga ini.
Kendali emosi orangtua
Dalam keseharian,
terkadang kita dihadapan dalam kondisi yang diluar dugaan. Sebagaimana yang
dialami keluarga di atas. Aktivitas anak yang biasanya kita anggap sebagai hal
yang wajar menjadi berubah ketika orangtua di hadapkan di kondisi yang tidak
mengguntungkan.
Ketika dalam kondisi emosi yang stabil akan
menganggap anak bermain kemah-kemahan sebagai bentuk kreativitas dan kita
memberi kebebasan anak bereksplorasi, bahkan kita terkadang ikut aktif di dalamnya.
Tapi begitu emosi tidak stabil karena berbagai sebab, maka kegiatan membuat
kemah dalam rumah tersebut hanya akan menjadi pengganggu pandangan mata karena
rumah jadi berantakan.
Begitupun ketika anak membuat berantakan perkakas
dapur, ketika emosi stabil, kita anggap anak belajar membantu kita, begitu kita
diburu untuk cepat menyelesaikan tugas memasak, maka aktivitas anak kita anggap
hanya mengganggu tugas kita.
Ketika kita dikuasai emosi, terkadang tidak bisa
menggontrol emosi. Sehingga tidak jarang mengeluarkan ungkapan yang tidak
seharusnya dilontarkan kepada anak, misal anak tidak menurut, anak suka
membantah, kamu anak nakal, dan banyak ungkapan negatif lainnya.
Kita terlupa akan sebuah hadits Rasulullah bahwa
anak terlahir fitrah orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau
Nasrani. Dalam kaitannya memberi lebel negatif pada anak, anak akan cenderung
mengidentifikasi dirinya sesuai dengan apa yang kita berikan pada mereka.
Pendidikan atau perlakuan orangtua terhadap anak
akan membentuk cara pandang anak terhadap dirinya. Apabila ia memandang dirinya
baik, maka ia akan berusaha senantiasa berbuat baik, bila anak menganggap
dirinya buruk atau seperti ungkapan negatif yang sering kita lontarkan maka ia
akan berbuat seperti itu.
Untuk itu kita sebagai orangtua atau pendidik,
harus hati-hati dalam memberi lebel pada anak. .Mungkin ketika terlanjur
memberi lebel buruk pada anak karena kita kehilangan kendali diri, maka cepat cepatlah
minta maaf dan istighfar. Tapi bila ini kita biarkan terus akan menjadi suatu
kebiasaan yang akan berakibat buruk pada anak. Karena ucapan kita bagaikan doa
maka harus hati-hati dalam berucap. ||
Tips Mengontrol Emosi Diri
-
Selalu mengingat bahwa setiap anak terlahir
fitrah/baik tergantung kita bagaimana mendidik mereka.
-
Selalu mengingat bahwa anak adalah amanah dari
Allah yang harus kita didik dengan baik.
-
Bila terlanjur mengucapkan lebel negatif, cepat-cepat
minta maaf pada anak dan katakan bahwa Anda sangat menyayanginya dan tidak
bermaksud untuk mengatakan hal tersebut.
-
Ketika rasa jengkel\marah datang, bila Anda dalam
posisi berdiri, maka duduklah, bila belum hilang maka berbaringlah, jika belum
hilang berwudlulah karena setan tercipta dari api jadi padamkan dengan air
wudlu. Kalau belum reda juga shalatlah minta pertolongan kepada Allah. Itu yang
diajurkan Rasulullah.
-
Perbanyak mengingat Allah.
-
Selalu mencari sisi kebaikan anak.
Sri Lestari, Ibu Rumah Tangga, tinggal di Yogyakarta.
sumber gambar : almizanpublishing.com
Post a Comment