Berbuat Baik Kepada Sahabat Orang yang Kita Cintai



Rasulullah bersabda, ”Sungguh, termasuk sebaik-baik kebaikan adalah seseorang menyambung hubungan dengan orang-orang yang dicintai ayahnya.”
Abdullah bin Umar menceritakan bahwa seorang orang dusun bertemu dengan dengannya di suatu jalan di Mekah. Lalu Abdullah memberi salam kepadanya. Orang arab dusun itu diboncengkan pula di hewan tunggangan yang ia kendarai. Sesudah itu Abdullah memberikan surban yang ia kenakan. Maka beberapa teman Abdullah berkata kepada Abdullah, “Semoga Allah memberi kebaikan kepada anda. Mereka itu hanyalah orang dusun. Mereka sudah bisa puas dengan pemberian yang sedikit. Abdullah pun menjawab, ”dia adalah orang yang disenangi Umar bin Khathab. Sedang aku mendengar Rasulullah bersabda, ” sungguh, termasuk sebaik-baik kebaikan adalah seseorang menyambung hubungan dengan orang-orang yang dicintai ayahnya
Abdullah bin Umar memang orang yang betul-betul berusaha keras meneladani Rasulullah dan memperhatikan sabda beliau. Rupanya, sikap bersemangat untuk melanjutkan kebaikan ini merata di kalangan sahabat Rasulullah.
Malik bin Rabi’ah berkisah. Ketika ia dan sahabatnya sedang duduk di sisi Rasulullah datanglah seseorang dari Bani Salamah. Ia bertanya kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah, adakah tersisa kebaikan yang bisa diperbuat untuk kedua orang tua sesudah keduanya meninggal.” maka Rasulullah menjawab, ” Ya, yaitu doa untuk mereka berdua, permohonan ampun, engkau menunaikan janjinya mereka. Juga engkau menyambung hubungan kerabat yang tidak tersambung kecuali dengan sebab mereka berdua. Dan engkau memuliakan sahabat kedua orang tua.”
      Malik mendapatkan pemuas kehausannya untuk terus berbuat baik kepada orang tua yang amat ia cintai. Dulu, ia telah berbuat dengan daya yang ia punya untuk berbuat kepada orang tuanya manakala mereka berdua masih hidup. Kini mereka telah meninggal. Ada keyakinan yang amat kuat, di samping kecintaan yang mendalam kepada orang tua, bahwa berbuat kebaikan kepada orang tua adalah termasuk sebesar-besar amalan yang mendatangkan keridloan Allah Ta’ala. Tentu saja amat ingin hatinya mendapatkan jawab agar kebaikan yang dulu bisa teperbuat tidak terputus dengan meninggalnya mereka berdua. Maka ia pun bertanya. Begitulah orang yang menyimpan kegelisahan  di hatinya. Tak merasa tenang hingga berjumpa dengan obatnya.
      Rasulullah mengajarkan kebaikan yang bisa dilakukan seorang anak terhadap kedua orang tua sesudah salah satu atau keduanya meninggal. Pertama, mendoakan kedua orang tua agar mereka mendapat kesejahteraan dan keselamatan di akherat. Kedua, memintakan ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang dipunyai kedua orang tua. Ketiga, menyambung hubungan kerabat yang berhubungan dengan orang tua. Semisal tetap berhubungan dengan sepupu orang tua, bibi orang tua, atau kerabat lain yang tersambung dengan orang tua. Keempat, melanjutkan hubungan baik yang sudah terjalin antara orang tua dengan orang-orang yang menjadi sahabat-sahabatnya. Tentu saja seorang anak mestilah mengetahui sahabat orang tuanya agar bisa melakukan tuntunan Rasulullah ini. Apabila hal ini dilakukan maka kebaikan yang sudah terjalin akan terus berlanjut.
Anas bin Malik mengisahkan, ” aku keluar bersama Jarir bin Abdillah al Bajaliy dalam sebuah perjalanan. Ia melayaniku dengan baik. Maka aku katakan kepadanya, ”Tak perlu anda perbuat hal seperti ini”. Maka Jarir pun menjawab, ”Aku telah melihat kaum anshar memperbuat hal ini terhadap Rasulullah. Maka aku berjanji dalam diriku bahwa tidaklah seorang pun sahabat Rasulullah kecuali aku akan melayaninya”
Jarir amat terkesan kepada teladan kaum anshar yang ia lihat. Mereka begitu bersemangat dan tulus dalam berbuat baik dan melayani Rasulullah. Kaum anshar rela berpayah-payah menolong beliau dengan segala rasa cinta dan tanpa mengharap balasan keuntungan kebendaan duniawi. Bahkan pelayanan yang mereka lakukan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan usaha meraih kejayaan akherat. Teladan itu betul-betul pengajaran sedikit kata-kata tapi amat dalam menghujam. Jarir pun berketetapan hati untuk memperbuat kebaikan semacam itu. Semangatnya yang besar untuk meraih kemuliaan mendapatkan petunjuk jalan. Ia ingin memperpanjang umur kebaikan itu. Ketika Rasulullah telah meninggal ia pun berketetapan hati untuk melakukan pelayanan yang  baik kepada orang-orang yang dulu mensahabati Rasulullah.

R. Bagus Priyosembodo, Redaktur Majalah Fahma
sumber gambar :  
Powered by Blogger.
close