Hidup Itu Pilihan




Hidup memang pilihan, manusia memilih untuk hidup sehingga kelak akan memenuhi dunia ini. Bukan sekadar memenuhi dunia, tapi berusahalah memenuhi dengan kebaikan.

Saat terpuruk, kadang sebagai manusia ‘bodoh’ kita menyalahkan Allah Yangmahapandai, saat diri ini kecewa kita mencari ‘kambing hitam’ agar terhindar dari kesalahan. Hidup memang pilihan, kita memilihnya untuk menang atau kita mundur teratur dan menyimpan sepatu kita lalu tidur.

Saat kenyataan ini begitu pahit, bisa jadi karena polah dan tingkah kita sendiri, hanya penyesalan yang ada. Hidup memang pilihan, kita sudah memilihnya seharusnya kita siap juga menanggung semua resikonya.

Saat orang yang kita sayangi kecewa dengan diri kita yang terlalu ‘bodoh’ untuk menyakitinya, hanya janji yang bisa diobral bahwa diri ini akan berubah dan berubah. Nyatanya apa? Hidup adalah pilihan, kita pernah memilih untuk berubah tapi kita juga memilih untuk tidak melakukan pilihan untuk berubah, maka sudah sepantasnya kecewa dan mengecewakan.

Semua belum berakhir. Masih banyak waktu untuk bisa memecahkan masalah, masih ada tempat untuk menyandarkan bahu lelah kita, masih banyak celah untuk menarus kekecewaan yang pernah kita perbuat, masih terbentang sungai-sungai untuk mengalirkan amarah kita, masih sangat luas danau-danau untuk merendam kesalahan kita, masih seluas samudra hindia untuk meleburkan dosa-dosa kita.

Tinggal, bagaimana pilihan hidup kita sekarang, karena hidup adalah pilihan.

*) Tuswan Reksameja, Redaktur Majalah Fahma, Cerdas di Sekolah. Cerdas di Rumah

Powered by Blogger.
close