Membiasakan Anak Memuliakan Tamu Sejak Dini
Sore itu kami sekeluarga sedang duduk santai di sofa. Anak-anak kami tampak
antusias mau mendengarkan ibunya mendongeng. ”Ayo dong Bu, kapan ceritanya
dimulai?” tanya Hasany. “Oke, siapa takut! Kalau semua sudah siap, ibu akan
bercerita sekarang.”Jawab ibunya anak-anak penuh semangat.
Dikisahkan dalam sejarah bahwa Nabi Sulaeman ‘Alaihissalam pernah ditegur
oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Pada saat Nabi Sulaeman ‘Alaihissalam didatangi
tamu dari kaum kafir, beliau tidak sepenuh hati memuliakan tamunya itu. Nabi
Sulaeman ‘Alaihissalam merasa tidak perlu memuliakan dan menghargai tamunya itu
seperti beliau memuliakan dan menghargai tamunya dari sesama muslim. Toh dia
bukan ummatku yang beriman, begitu yang ada dalam pikiran beliau. Nabi Sulaeman
‘Alaihissalam hanya memberinya minum dan berkata seadanya.
Setelah tamu itu pulang, datanglah malaikat Jibril menyampaikan teguran
Allah. "Wahai Nabiullah, Allah
menegurmu mengapa engkau perlakukan tamu seperti itu" "Bukankah dia
(tamu itu) dari golongan kafir?" Nabi Sulaeman menjawab. "Wahai, Nabiullah.
Siapakah yang menciptakan Langit dan Bumi ini?" Malaikan Jibril bertanya.
"Allah!" Jawab Nabi Sulaeman yakin. "Siapakah yang menciptakan
malaikat, jin dan manusia?"
"Allah!" "Siapakah yang menciptakan tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan?" "Allah!" "Siapakah yang menciptakan orang
kafir itu?" "Allah!" "Lalu, berhakkah engkau berlaku tidak
adil terhadap ciptaan Allah? Sementara Allah adalah zat Yang Maha Adil?"
Nabi Sulaeman ‘Alaihissalam terdiam dan langsung bersujud. "Ya, Allah!
Ampunilah hambaMu yang sudah berbuat zalim ini" "Wahai nabiullah,
datangilah dan minta maaflah pada orang itu. Ampunan Allah tergantung
maafnya" ujar Malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah.
Maka, bergegaslah Nabi Sulaeman ‘Alaihissalam mencari tamunya tadi. Setelah
bertanya-tanya dan mencari-cari, ternyata, tamunya tadi sudah jauh berjalan
meninggalkan kota. Nabi Sulaeman ‘Alaihissalam dengan bergegas mengejar tamunya
tadi. Setelah bertemu, masih dengan nafas yang terengah-engah, beliau berkata:
"Saudara, tunggu...!"Tamunya tadi menoleh dan heran melihat Nabi Sulaeman.
"Ada apa?" "Saudara...sudikah engkau memaafkan perlakuan saya, saat saudara menjadi tamu di rumahku?"
"Saudara, tunggu...!"Tamunya tadi menoleh dan heran melihat Nabi Sulaeman.
"Ada apa?" "Saudara...sudikah engkau memaafkan perlakuan saya, saat saudara menjadi tamu di rumahku?"
Orang itu diam. Dalam hatinya, sebenarnya dia merasa pantas diberlakukan seperti
itu, karena dia memang bukan masuk dalam golongan Nabi Sulaeman. Dia tidak
masuk ke dalam ajaran Tauhid yang dibawa Nabi Sulaeman. Dia dari golongan lain.
Tapi dia bertanya: "Kenapa, wahai Sulaeman?" "Allah menegurku, setelah engkau pulang
dari kediamanku." "Allah? Siapakah dia?" orang itu masih
bertanya. "Allah adalah Tuhan, Tuhan Kami dan Tuhan Engkau, Yang
menciptakan langit dan bumi, dan semua isinya. Dia yang menciptakan malaikat,
jin dan manusia. Dia Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya." "Lalu,
kenapa Dia menegurmu?" "Allah menegurku, karena aku sudah tidak
berlaku adil terhadapmu. Aku tidak memuliakanmu. Allah yang Maha Kuasa selalu
bersifat adil terhadap semua hamba dan ciptaanNya, mengapa aku berlaku tidak
adil terhadapmu?" "Sebegitukah Tuhanmu wahai Sulaeman, memperlakukan
aku, walaupun aku bukan dari golonganmu?" Orang itu bertanya meyakinkan. "Iya...!
Maafkan sikapku tadi wahai Saudara, ampunan Allah tergantung maafmu" Nabi
Sulaeman meminta. "Saksikanlah, wahai Sulaeman! Ashaduallah ila ha
illallah, Wa anta Rasulullah!" Orang itu memeluk nabi Sulaeman AS. Nabi
Sulaeman pun memeluk dengan haru saudara barunya itu...
”Nah, begitu cerita yang minggu kemarin Ibu janjikan untuk kalian.” Ujar
ibunya anak-anak menutup dongengannya. ”Bu, jadi kita harus memuliakan tamu yang
datang ke rumah kita, ya? Meskipun mereka datang tiba-tiba ke rumah dan tidak
kita undang?” tanya Aulia penasaran. ”Seperti pengemis yang suka datang ke
rumah, ya, Kak?” Ucap Hasany menegaskan pertanyaan kakaknya. ”Alhamdulillaahi
rabbil’aalamiin, anak ibu semuanya memang shaleh dan pintar. Pengemis itu
datang ke rumah kita itu diutus oleh Allah Ta’ala untuk mengambil hak mereka
yang ada pada harta yang diamanahkan Allah Ta’ala kepada kita. Mungkin selama ini kita tidak bersegera
membersihkan harta yang diamanahkan ke kita. Jadi, ya salah satu jalanya Allah
Ta’ala mendatangkan pengemis ke rumah kita.”
”Bu, bu, aku juga pernah diberitahu Bapak Ibu guru di sekolah bahwa
memuliakan tamu itu bukti keimanan kita Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Benar, Bu?”
Tanya anak kami yang paling besar. ” Benar, sayang. Beriman tidaknya kita
kepada Allah Ta’ala dapat dilihat apakah kita memuliakan tamu kita atau tidak.
Sebagaimana hadits Bukhari Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu, Rasulullah SAW telah bersabda,”Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau
diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah
ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”
”Nah, Hasany kan ini disayang sama Allah Ta’ala dengan jalan memuliakan
tamu, Bu. Bagaimana caranya ya, Bu, kita memuliakan tamu? ” Hasany bertanya
dengan penuh semangat. ”Banyak sekali caranya, nak. Kira-kira, apa yang perlu
kita lakukan kalau tiba-tiba ada tamu datang ke rumah kita? Membiarkannya
menunggu sampai urusan kita selesai atau bagaimana?” Segera menyambutnya, Bu”
jawab Aulia, Hasany, dan Rasikh kompak.” Kan kasihan ya Bu, kalau tamu
dibiarkan menunggu, membuat tamu kita cemas karena tidak ada jawaban dari kita.
Siapa tahu juga tamu tersebut juga punya kepentingan lain yang sama-sama
mendesak. Apalagi kalau tamunya mengucapkan salam, kita kan wajib menjawabnya
segera, ya Bu.” Jawab Aulia. ”Alhamdulillaahi rabbil’aalamiin, anak-anak ibu
shalih dan pintar semuanya. Selain itu, kita layani tamu kita dengan perkataan
yang baik dan wajah yang cerah. Terus Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh
membantu ibu menyajikan makanan dan minuman untuk tamu kita. Jika tamu tersebut
bermaksud menginap di tempat kita, kita sediakan tempat istirahat yang baik
untuk tamu kita.”Jawab Ibu menutup perbincangan sore yang menyenangkan ini.
Dr. Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi. Dosen Universitas Islam Indonesia. Redaktur Majalah Fahma
sumber gambar : radiodaqu.com
Post a Comment