Memotivasi Anak Menjadi Contoh dalam Kebaikan



Jam dua siang, Qowi bermain bersama tiga adiknya dan temannya, Afi, Afif, Rafiq, Aisyah dan Rahma di halaman rumah Pak Arif. Di tamannya yang asri. Bunganya warna-warni. Pohon rambutan sedang berbuah. Di tengah ada kolam ikan airnya mengalir gemericik. Halamannya luas ditumbuhi rumput hijau dan rapi. Awalnya mereka bermain jual beli atau pasar-pasaran. Lalu petak umpet dan bermain karate. Dua orang bertanding, yang lain menonton dan memberi semangat. Begitu asyik dan gembira mereka bermain.
Bu Hasna datang memanggil Qowi dan adiknya untuk pulang karena sudah jam 15.00. Saatnya mereka harus mandi, shalat Ashar, istirahat dan belajar di TPA. Rupanya tidak mudah untuk menghentikan permainan mereka. Adzan berkumandang dari masjid. Namun tak hendak beranjak juga mereka.
“Ayoo Nak, saatnya berhenti bermain dan pulang.” Kata bu Hasna
“Sebentar lagi Bunda. Teman yang lain belum juga mau pulang.” jawab Qowi.
“Nak, ingat kan sekarang waktunya untuk apa?”
“Iya Bunda. Aku tahu. Sebentaaarrr saja.”
“Cobalah engkau yang memulainya Nak. Contohilah mereka untuk berbuat yang baik. Katakan, ‘sekarang saatnya semua berhenti. Lain waktu bisa bermain lagi.’
Setelah Qowi menyampaikan kepada temannya, mereka berhenti bermain siap pulang.
“Hai! Sampahnya siapa tadi?” seru Qowi.
“Bukan aku. Aku nggak tahu.” Sahut Afif.
“Ayo kita bersihkan sebelum pulang!” kata Qowi. Tetapi temannya masih juga diam.
“Nak, mulailah engkau yang mengerjakannya” Kata bu Hasna. 
“Kita yang bermain bersama, semuanya bertanggung jawab membersihkan.” Kata Qowi  beraksi mengambili sampah dan membuangnya ke tempat sampah.
Yang terjadi kemudian adalah, akhirnya mereka semua pun membersihkan sampah di halaman rumah Pak Arif itu. Bahkan di antara anak-anak itu merasa malu jika tidak ikut membersihkan sampah.
“Yuk kita pulang, mandi lalu ke masjid! Kita lanjutkan untuk belajar di TPA ya.”
“Iya. Yuk cepat-cepatan!” Kemudian mereka pun pulang dengan perasaan tanpa terganggu.

Memotivasi anak untuk mengajak berbuat baik
Siapa yang mengerjakan sunnah yang baik dalam Islam, maka dia akan mendapatkan pahala dari perbuatannya itu dan mendapat tambahan pahala sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sama sekali dari pahala mereka sedikitpun. Termasuk sunnah yang baik adalah jika manusia itu menjadi orang yang pertama kali mengerjakan sunnah dengan segera. Dia memulai mengerjakan sunnah itu atau menghidupkannya kembali setelah mati. Atau setelah lama ditinggalkan atau dijauhi orang. Contohnya, orang yang pertama kali memulai bersedekah sehingga tindakannya itu diikuti orang banyak dan mereka menyetujui apa yang dikerjakannya.
Pada usia berapa kita bisa memotivasi anak agar mereka menjadi contoh dalam kebaikan? Pada usia balita, saat anak sudah bisa bersosialisasi. Orang tua dengan perlahan-lahan memasukkkan nilai, dengan pembiasaan melakukan perbuatan baik. Tanpa menjanjikan ‘pahala.’ Senang mendapatkan penghargaan adalah naluri manusia, khususnya anak. Maka menjadilah orang tua yang dermawan menghargai ‘prestasi’anak. Yaitu perstasi dalam berbuat kebaikan. Penghargaan itu bukan mesti berupa materi. Bisa berupa simbol penghargaan. Bisa berupa kata-kata positif, pujian, ekspresi wajah yang  ridho, dan kontak fisik misalnya dengan menjabat tangannya sebagai pemberian selamat terhadap perbuatan baiknya, dengan tepukan, belaian atau pelukan kasih sayang. Hal itu  menyenangkan hati anak. Keadaan ini akan mengantar pertumbuhan mental anak menjadi semakin positif dan terarah.
Percakapan bu Hasna dengan anak-anak di atas sudah menerapkan nilai mengajak temannya berbuat baik. Usia lima sampai enam tahun anak mulai diarahkan untuk melakukan mana yang boleh dan tidak boleh. Mana yang baik dan buruk. Usia tujuh tahun, umumnya anak telah siap memahami mana yang baik dan buruk. Saat itulah anak juga lebih siap ditarghib dengan pahala. Usia lebih muda juga ada yang siap dengan motivasi pahala. Anak Bu Hasna tipe Qowi merupakan contoh yang cepat termotivasi untuk bergegas berbuat kebaikan dan mencontohkan kebaikannya.
Semoga kita menjadi orang tua yang sangat memahami secara mendalam terhadap anak. Sehingga kita sangat terbantu dalam menanamkan nilai-nilai Islami semenjak dini. Semoga Allah menolong kita menjadi orangtua yang arif bijaksana mengasuh anak. | 

Asnurul Hidayati, Kepala Sekolah MI Darussalam Selokerto Ngaglik Sleman
Foto : Murid TK Tawakal Plemburan Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta

Powered by Blogger.
close