Mengajari Anak Terampil Berbicara
Sambil menunggui anaknya yang baru
masuk playgroup, ibu A berbagi cerita tentang anaknya pada ibu-ibu yang lain.
Beliau bercerita bahwa beberapa hari yang lalu ketika beliau tidak menunggui
anaknya, anaknya rewel terus seharian di kelas playgroupnya. Ternyata si anak
haus ingin minum tetapi gurunya tidak mengetahui keinginan anak. Seorang ibu
kemudian bertanya kepada ibu A mengapa si ibu guru sampai tidak tahu keinginan
anak padahal si anak sudah mampu berbicara. Ibu A kemudian menjawab bahwa di
rumah bila anaknya ingin minum biasanya berkata ”mag-mag”, itu adalah nama
gelas yang biasa digunakan si anak untuk minum.
Kisah di atas menunjukkan bahwa ketrampilan
berbicara sudah harus dimiliki oleh seorang anak untuk dapat berinteraksi
dengan orang lain. Seseorang dikatakan trampil berbicara bila dia mampu
menyampaikan pesan dengan baik sehingga orang yang diajak bicara mampu menerima
pesan dengan benar. Kasus di atas menunjukkan bahwa pesan yang ingin
disampaikan anak ke guru tidak dapat ditangkap oleh guru karena guru tidak
memahami pesan anak. Mengapa guru sampai tidak memahami keinginan anak tersebut
? Karena anak menggunakan kata yang tidak lazim, yaitu ”mag-mag” untuk menyatakan
keinginannya. Oleh karena itu orangtua sejak dini perlu mengajari ketrampilan berbicara
pada anak.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua dalam mengajarkan
ketrampilan berbicara pada anak. Yang pertama, orangtua atau pengasuh atau
orang dewasa di sekitar anak harus melatih anak untuk tidak menggunakan baby talk (bahasa bayi). Baby talk adalah kata-kata yang
digunakan oleh anak yang belum mampu mengekspresikan keinginannya dalam
kata-kata yang benar. Biasanya ini terjadi pada anak antara usia 1 tahun sampai
3 tahun. Contoh baby talk yang sering
digunakan oleh anak-anak di Indonesia adalah “pus” untuk menyebut kucing,
“mimi” untuk minum, “maem” untuk makan, “cucu” untuk susu, dan masih banyak
yang lain.
Setiap
anak seringkali mampu menciptakan sendiri kata-kata untuk mengekspresikan
keinginannya. Pada umumnya, orang-orang di sekitar anak, terutama orangtua atau
pengasuh mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Seperti contoh kasus di atas,
anak menciptakan kata “mag-mag” untuk mengekspresikan keinginannya untuk minum.
Orangtua anak tersebut juga mengerti maksud anak ketika anak berkata “mag-mag”.
Baby talk pada saat anak belum mampu berbicara
dengan tepat akan berguna bagi anak dalam berkomunikasi. Baby talk juga merupakan sesuatu yang wajar pada anak dan patut
dihargai sebagai bentuk peningkatan perkembangan bahasa anak. Meskipun
demikian, jika dibiarkan berlarut-larut ada pada diri anak, bahkan orangtua
juga ikut-ikutan anak menggunakan baby
talk ketika berbicara dengan anak, maka hal tersebut akan banyak merugikan
anak. Seperti kasus di atas, anak menjadi terabaikan kebutuhan minumnya karena
ia masih menggunakan baby talk ketika
menyampaikan keinginannya pada orang yang tidak biasa berinteraksi dengannya.
Agar
anak tidak berlarut-larut menggunakan baby
talk dalam berkomunikasi, orangtua atau pengasuh serta anggota keluarga
yang lain perlu melatih anak untuk berbicara dengan tepat. Cara melatih yang
efektif adalah mengulang kembali baby
talk/kata-kata anak yang belum tepat dengan kata-kata yang lebih tepat.
Misalnya anak mengatakan “ma mag-mag”, orangtua mengulang perkataan anak dengan
kata yang tepat “ oh, Sofwan mau minum”. Jadi, jangan biarkan anak
berlarut-larut menggunakan baby talk
karena akan merugikan anak dan menjadi hambatan bagi anak dalam berinteraksi
dengan orang lain.
Cara
yang kedua untuk mengajarkan ketrampilan bicara pada anak adalah dengan cara
banyak mengajak anak berbicara. Sejak dalam kandungan, seorang anak sudah mampu
mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Janin dalam kandungan sudah mampu
mendengar suara ibu dan suara-suara dari luar sejak usia kehamilan 20 minggu/5
bulan. Janin juga sudah mampu merespon stimulasi dari luar. Pada saat inilah
para ahli perkembangan menyarankan ibu, ayah, dan anggota keluarga yang lain
untuk sering mengajak janin berbicara. Ketika si bayi lahir, orang-orang di
sekitarnya juga disarankan untuk banyak mengajak bayi berbicara. Meskipun si
bayi belum mampu berbicara, tetapi sebenarnya dengan kemampuan pendengarannya
ia sedang belajar bahasa dan berbicara.
Biasanya
anak yang sudah diajak bicara sejak dalam kandungan akan menjadi anak yang
responsive. Pada akhirnya ketika nanti dia sudah mampu berbicara dia akan
memiliki banyak perbendaharaan kata yang membantunya untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Jangan biarkan anak duduk diam di depan TV berjam-jam, karena hasil
penelitian terhadap anak-anak yang sering menonton TV maupun VCD menunjukkan
anak-anak tersebut kurang memiliki perbendaharaan kata. Allahu’alam bi showwab.
Dr. Hepi Wahyuningsih, M.Psi.
Dosen Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Post a Comment