Mengajarkan Ketrampilan “Mendengar Yang Baik”
Akhyar, berusia 4 tahun. Ibunya
kadangkala kesal karena ia kadang tidak mendengarkan ibunya ketika ibunya
memintanya melakukan sesuatu. Ia juga kadang tidak mendengarkan ayahnya ketika
memanggil, seolah-olah Akhyar “tuli”. Kadang-kadang ia mendengarkan dengan
baik, tetapi ibunya kadang juga berteriak untuk memanggilnya.
Akhyar kemungkinan tidak mengalami
gangguan pendengaran karena pada saat-saat tertentu ia dapat mendengar dengan
baik. Sebenarnya apa yang dialami oleh Akhyar adalah hal yang wajar/normal untuk
anak seusianya. Anak usia prasekolah (2 – 6 tahun) mempunyai kesulitan untuk
memperhatikan dan mendengarkan karena otak dan system syaraf mereka masih
berkembang. Hal ini biasanya terjadi ketika anak sedang asyik memperhatikan
sesuatu, karena otaknya fokus pada apa yang sedang ia perhatikan, otaknya tidak
dapat memproses panggilan/kata-kata. Jika hal ini yang terjadi, kemungkinan
anak secara tidak sengaja mengabaikan permintaan/panggilan orangtua. Meskipun
demikian, anak kadang-kadang memang dengan sengaja tidak memenuhi panggilan
atau permintaan orangtua.
Perilaku anak yang tidak mendengarkan
orangtua baik disengaja maupun tidak disengaja merupakan perbuatan yang kurang
terpuji sehingga orangtua perlu mengarahkan perilaku anak. Menurut Severe,
dalam bukunya “How to Behave So Your Preschooler Will, Tool”, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orangtua untuk mengajarkan anak
mendengar yang baik, yaitu:
1. Memberi
contoh sikap mendengar yang baik
Memberi
contoh adalah cara mengajar yang paling efektif bagi anak-anak usia prasekolah.
Oleh karena itu, orangtua perlu menunjukkan bagaimana menjadi pendengar yang
baik pada anak. Ketika anak berbicara kepada orangtua, hendaklah orangtua
memberikan perhatian pada anak, hentikan kegiatan yang sedang dilakukan orangtua,
kemudian hadapkan badan orangtua kepada anak, lakukanlah kontak mata dengan
anak, kemudian mulailah mendengarkan anak dengan sepenuh hati. Ulangi apa yang
dikatakan anak untuk memastikan pada anak bahwa orangtua benar-benar
memperhatikannya. Sikap orangtua yang demikian akan berdampak sangat positif
pada anak. Anak akan memiliki contoh kongkrit bagaimana seharusnya menjadi
pendengar yang baik. Selain itu, anak juga merasa bahwa dirinya dihargai oleh
orangtua yang pada akhirnya nanti membentuk harga diri anak yang positif. Anak
juga sekaligus belajar bagaimana menghargai orang lain.
2. Berbicara
dalam situasi yang tepat
Ketika
akan berbicara dengan anak, orangtua harus memperhatikan kondisi anak. Anak
yang lelah dan lapar akan kesulitan untuk memberikan perhatian pada
panggilan/pembicaraan orangtua. Demikian juga pada anak yang sedang asyik
bermain. Anak yang sedang sedih, kesal, atau menangis juga akan sulit untuk
diajak mendengarkan perkataan orangtua. Orangtua perlu menenangkan anak
terlebih dahulu sebelum meminta anak untuk mendengarkan orangtua.
3. Menggunakan
isyarat untuk mendapatkan perhatian anak
Banyak
orangtua yang kemudian berteriak atau meninggikan suara ketika anaknya tidak
mendengarkan. Bahkan boleh jadi orangtua kemudian marah pada anak.
Teriakan/kemarahan orangtua tidak akan menjadikan anak pendengar yang baik.
Yang perlu dilakukan orangtua ketika ingin berbicara dengan anak adalah
mendekati anak. Setelah mendekati anak, orangtua dapat menyentuh tubuh anak
(menyentuh bahu atau bahkan jika perlu memeluk). Kemudian mulailah pembicaraan
dengan menyebut nama anak. Beritahu anak bahwa orangtua ingin berbicara dengan
anak, mintalah anak untuk menghentikan kegitan yang dilakukannya untuk
sementara waktu. Orangtua duduk sejajar dengan anak dan melakukan kontak mata.
Hal ini akan membuat orangtua lebih diperhatikan anak, sehingga apa yang akan
disampaikan oleh orangtua lebih mampu dipahami oleh anak.
4. Orangtua
tidak terlalu banyak perintah/permintaan sekaligus
Tahap
perkembangan otak yang belum sempurna menyebabkan anak tidak mampu memproses
perintah/permintaan orangtua yang terlalu banyak sekaligus. Perintah/permintaan
orangtua yang terlalu banyak dalam satu waktu akan menimbulkan frustrasi pada
anak. Rasa frustrasi anak ini malah dapat menyebabkan anak tidak mengikuti
permintaan orangtua, bahkan anak dapat menjadi rewel karena bingung. Orangtua
juga perlu meminta anak untuk mengulang permintaan/pembicaraan orangtua untuk
memastikan anak memahami pembicaraan/permintaan orangtua.
5. Memberikan
pujian/hadiah pada anak
Ketika
anak mampu mendengar yang baik, beri anak pujian/hadiah. Pujian/hadiah sangat
diperlukan untuk menguatkan perilaku anak. Pujian akan efektif membentuk
perilaku anak ketika langsung diberikan pada anak setelah anak melakukan perilaku
yang diinginkan orangtua.
Kelima hal
tersebut di atas akan efektif bila orangtua melakukannya dengan konsisten.
Kekonsistenan orangtua dalam menerapkan kelima hal tersebut akan memperjelas
apa yang diinginkan oleh orangtua terhadap anak.
Dr. Hepi Wahyuningsih, Dosen Psikologi UII
Post a Comment