Hari Yang Pasti Terjadi



"Hai! Adik-adik, ayo kita ke ruang belajar! Ini ada tugas dari Bunda." Seru Dzikri pada adik-adiknya, Nafisa, Fatih, dan Afi yang sedang berada di halaman depan rumah sore itu.
"Iya. Itu apa Kak?" tanya Nafisa seraya berjalan diikuti adik-adiknya menuju ruang belajar.
"Ini MP3. Untuk merekam. Ayo kita mau rekaman. Tidak boleh gaduh lo." Jawab Dzikri sambil meletakkan MP3 di meja.
"Asyik kita mau rekaman. Aku juga ikut." Sela Fatih
"Sekarang Kak Dzikri akan membaca Surat Az-Zilzal. Lalu setelah selesai aku baca, Nafisa yang membaca terjemahan surat Az-Zilzal. Sekarang dibuka dulu kitabnya. Fatih dan Afi tenang dulu. Ikut saja duduk nggak boleh ribut biar rekamannya jelas."
Setelah Dzikri selesai membaca surat Az-Zilzal ayat 1-8, Nafisa membaca terjemahannya,
"Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya, 'Apa yang terjadi pada bumi ini?' Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) padanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya."
"Selesai." Kata Dzikri
"Assalamu'alaikum. Assalaamu'alaikum." Ucap Fatih dan Afi seraya mendekatkan suaranya ke MP3, tak mau ketinggalan ikut rekaman. Kemudian Dzikri menyerahkan hasil rekaman kepada Bunda. Kemudian mereka pun melanjutkan bermain di halaman.     
Malam hari setelah shalat Isya mereka berkumpul di ruang belajar. Bu Hasna memperdengarkan hasil rekaman anak-anaknya. Setelah selesai Bu Hasna menerangkan secara ringkas makna surat Az-Zilzal.
"Ini salah satu surat dalam Alquran yang menerangkan tentang peristiwa terjadinya hari kiamat. Hari yang sangat menakutkan semua manusia. Jika bumi sudah diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, maka semua isi bumi dikeluarkan, juga semua manusia yang telah dikubur. Mereka dibangkitkan dan dihidupkan lagi oleh Allah. Lalu mereka berjalan dengan berkelompok. Ada yang kelompok orang yang beruntung atau selamat, ada kelompok orang yang celaka. Mereka berjalan menuju Padang Mahsyar untuk diadili semua amalnya pada waktu hidup di dunia dahulu. Semua amal mereka, baik maupun buruk, besar maupun keceil, akan diberi balasan oleh Allah."
"Walau orang mati itu sudah jadi tanah dan tinggal tulangnya saja Bunda? Allah bisa menghidupkan lagi?" tanya Fatih sangat penasaran.
"Iya. Allah Maha Kuasa menciptakan yang baru. Apalagi mengembalikannya seperti pada penciptaan pertama. Itu sangat mudah bagi Allah Nak."
"Kalau kita dulu merasakan gempa pada bulan Mei 2006 itu saja sudah ngeri apalagi bumi diguncangkan sangat dahsyat. Ngeri sekali. Sampai semua isi bumi  bisa keluar." Kata Dzikri.
"Kalau aku bayangkan, aku juga ketakutan. Tapi kata Bunda tadi ada kelompok yang selamat dan beruntung, juga ada kelompok yang celaka. Berarti kita harus berusaha agar termasuk kelompok yang selamat ya Bun." Tanya Nafisa.
"Betul Nak. Kesempatan untuk berusaha ya sekarang ini. Pada waktu kita masih hidup di dunia ini. Kerjakan perintah Allah. Perbanyak amal shalih. Semuanya nanti akan dibalas oleh Allah."
"Percaya dan yakin saja tidak cukup ya Bun."
"Iya Nak, kita harus membuktikan keyakinan kita dengan amal nyata. Jangan sampai menyesal di akhirat karena waktu hidup di dunia tidak mau beramal."
Mendiskusikan peristiwa hari kiamat dengan anak-anak bukan pantangan. Asal dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat pemikiran anak. Agar semenjak kecil anak-anak paham dan semakin siap menjalani hidup ini dengan petunjuk Allah. Agar mereka tidak termasuk orang yang terlambat berbuat kebaikan yang benar, bermanfaat dan lebih banyak. Anak-anak juga memiliki kemampuan dalam menyerap ilmu tentang hari kiamat.
Sungguh, sangat menggugah jiwa manusia yang mau ambil peringatan  surat An Naba' ayat 39-40. Artinya,
"Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya seandainya dahulu jadi tanah."
Penyesalan yang tak terperi akan dialami orang-orang yang mendustakan hari kiamat. Juga orang yang tidak mempersiapkan hidupnya dengan beramal shalih. "Alangkah baiknya jika seandainya dulu aku menjadi tanah saja. Bukan manusia." Begitulah penyesalan mereka. || 

Asnurul Hidayati, Kepala Sekolah MI Darussalam Selokerto Sleman Yogyakarta
Powered by Blogger.
close