Memahami Perkembangan Emosi Bayi (Usia 0 – 1 tahun)
Pada waktu
bayi lahir, kehidupan emosional bayi belum terlihat jelas. Bayi yang baru lahir
hanya baru dapat menunjukkan ketertarikan pada stimulasi yang menarik (misalnya
mencari-cari suara ibu) atau menarik diri dari stimulus yang tidak menyenangkan
(misalnya menangis ketika mendengar suara keras). Beberapa bulan setelah lahir,
kehidupan emosional bayi mulai terlihat jelas. Emosi bayi ini terlihat jelas
dari ekspresi wajah bayi. Emosi yang terlihat pada beberapa bulan setelah bayi
lahir sering disebut emosi dasar. Ada empat emosi dasar yang mulai terlihat
pada bayi, yaitu: gembira/senang, marah, sedih, dan takut.
Emosi kegembiraan mulai terlihat ketika bayi
berusia sekitar 2 bulan. Bayi mulai
melakukan apa yang disebut dengan social smile, yaitu tersenyum ketika bayi
melihat wajah manusia. Emosi ini sangat berguna untuk mempererat hubungan bayi
dengan pengasuh. Ketika bayi tersenyum pada pengasuh, pengasuh akan membalas
dengan senyuman. Setelah membalas senyuman bayi, pengasuh biasanya kemudian
akan mengajak bicara bayi, bayi membalas dengan ocehan. Hubungan timbal balik
inilah yang mempererat hubungan bayi dengan pengasuh. Pada usia sekitar 3 atau
4 bulan, bayi mulai tertawa bahkan mungkin sampai terbahak-bahak. Kurang lebih
umur satu tahun bayi sudah memiliki beberapa jenis senyuman. Emosi gembira bayi
selain berfungsi untuk mempererat hubungan bayi dengan pengasuh, juga berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan bayi. Ketika bayi sedang senang/gembira, adalah
waktu yang tepat untuk memberikan stimulasi/mengajari bayi.
Emosi dasar yang terlihat kemudian adalah emosi
marah, emosi ini mulai terlihat jelas saat bayi berumur kurang lebih 4 bulan.
Emosi marah ini muncul seiring dengan bertambahnya kemampuan motorik dan
kemampuan berpikir anak. Jadi bersyukurlah orangtua ketika bayinya mulai
menunjukkan emosi marah karena ini pertanda kemampuan berpikirnya bertambah. Emosi
marah ini memiliki fungsi untuk melindungi diri dan menghadapi rintangan. Emosi marah yang muncul menunjukkan kondisi
bayi sedang dalam keadaan tertekan. Oleh karena itu, emosi marah pada bayi
perlu dikelola/direspon oleh orangtua untuk menghilangkan rasa tertekan bayi
dan sekaligus mengajari bayi untuk mengelola emosi marahnya.
Emosi sedih mulai muncul pada
usia kurang lebih 6 bulan. Emosi sedih merupakan respon bayi trehadap rasa
sakit, respon terhadap hilangnya sebuah obyek, dan respon terhadap perpisahan
dengan pengasuh. Umumnya terjadi ketika hubungan bayi dengan pengasuh terputus.
Misalnya bayi menangis meski hanya ditinggal sebentar oleh ibunya. Kesedihan
yang terlalu lama pada bayi dapat menimbulkan depresi pada bayi. Misalnya bayi
yang ditinggal ibunya pergi merantau dalam waktu yang lama atau seperti kasus
anaknya ibu Prita yang terpaksa harus terpisah dari Bu Prita karena Bu Prita di
penjara.
Emosi takut merupakan emosi dasar yang muncul
belakangan. Emosi takut pada bayi berfungsi untuk melindungi bayi dari bahaya,
misal bahaya karena merangkak ataupun berjalan. Bersamaan dengan munculnya
emosi takut ini, pada bayi muncul kecemasan terhadap orang asing yang sering
disebut stranger anxiety. Anak mulai menunjukkan rasa takut pada orang
yang tidak dikenalnya. Rasa takut pada orang yang tidak dikenal juga melindungi
bayi dari bahaya. Intensitas ketakutan ini bervariasi tergantung dari
temperamen bayi. Bayi yang memiliki temperamen mudah akan menunjukkan sedikit
rasa takut pada orang asing, sedangkan bayi yang memiliki temperamen sulit akan
menunjukkan rasa takut yang besar pada orang asing. Intensitas takut pada orang
asing juga dipengaruhi oleh pengalaman pertama bayi dengan orang asing. Jika
pengalaman pertama bertemu orang asing menyenangkan, biasanya intensitas
ketakutan pada orang asing menjadi rendah.
Ketika bayi berusia antara 7 – 10 bulan ia juga
mulai mampu mengenali emosi orang lain. Bayi mampu memasangkan antara suara
dengan ekspresi wajah. Kemampuan ini kemudian digunakan oleh bayi untuk
merespon suatu situasi. Bayi mengandalkan reaksi emosional orang yang dipercaya
untuk memutuskan bagaimana merespon dalam suatu situasi. Oleh karena itu, bagaimana
pengasuh bereaksi terhadap suatu situasi akan sangat berpengaruh pada bagaimana
bayi bereaksi terhadap suatu peristiwa. Jika pengasuh adalah seorang yang
pencemas, dia akan mengajari bayi untuk menjadi pencemas juga. Sebaliknya, jika
pengasuh adalah orang yang tenang dalam bereaksi terhadap suatu peristiwa, maka
bayi juga belajar untuk tenang dalam mereaksi sesuatu. Allohu’alam bi showab.
Post a Comment