Niscaya Mereka Menjauh Darimu…



Bila seseorang bergaul dengan saudaranya dengan wajah berseri dan perkataan yang baik niscaya ia akan meraih kebaikan yang banyak. Ia akan dapatkan pahala dari penciptanya jika perbuatan itu dilakukan sebagai salah satu usaha mendekatkan diri kepada-Nya. Ia memperoleh rasa cinta. Baik rasa cinta tuhannya, rasa cinta Rasulullah, juga rasa cinta teman-temannya. Juga, niscaya ia akan merasakan kelembutan tingkah laku dari segenap manusia yang berhubungan dengannya. Ia juga jauh dari sikap takabur dan membanggakan diri di hadapan para hamba Allah.
Allah memberi ganjaran kepada orang yang berbuat baik dengan jalan berwajah berseri dan berkata baik  itu karena telah menunaikan perintah-Nya dan mengikuti (ittiba’) kepada Rasul-Nya.
  Dari kenyataan yang sering kita temui maupun dari segenap penelitian yang kita telaah, kita dapati keyakinan bahwa seseorang lebih menyukai dan lebih merasa nyaman bila ia berkomunikasi dengan orang yang berwajah berseri. Keramahan dan kecerahan itu memancarkan energi positif. Hal itu membuat orang yang dekat dan melihatnya merasa senang. Demikian juga sebaliknya, kita merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan orang yang berwajah masam.
Perkataan yang manisnya menambah kelezatan komunikasi kita dengan orang berwajah berseri itu. Kita akan bersedia berlama-lama untuk bertukar kata dengannya.  Sebaliknya, kita dapati segenap orang tidak merasa betah dan berhati senang manakala berkomunikasi dengan orang yang bertutur jelek. Ada keinginan yang kuat untuk segera mengakhiri percakapan yang sedang berlangsung dan segera angkat kaki dari hadapan orang itu. Bahkan kita sering berusaha menghindar dari orang itu supaya kita tidak perlu menahan sesak nafas karena harus berhubungan dengannya.
Bila kita bermanis kata dan berseri wajah, kita akan mendapat balasan manis dan lembut pula. Bagaikan bola yang kita lempar. Bola itu memantul sesuai dengan tingkat kekerasan yang mendorongnya. Orang yang berhubungan dengan kita akan memberikan respon positif dan menyenangkan bila mendapat stimulus yang positif dan menyenangkan pula. Tentu saja, tetap akan ada orang yang sudah disikapi baik padanya tetapi membalas dengan pahit dan menjengkelkan. Hal itu disebabkan tidak sehatnya akhlak yang ia miliki.
Allah mengingatkan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan orang-orang beriman atas karunia-Nya. Yakni Dia telah menjadikan beliau lembut kepada umatnya yang mengikuti perintahnya dan meninggalkan larangan serta menganugerahi beliau tutur kata yang baik kepada mereka. Siapakah gerangan yang menjadikan Rasulullah bersikap lemah lembut kepada mukminin kalau bukan karena rahmat Allah atas diri beliau dan  diri mukminin. Sikap lemah lembut ini merupakan akhlak Muhammad shalallahu alaihi wa salam yang dengannya Allah mengutus beliau untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia. Beliau datang kepada manusia dengan membawa sifat merasa berat atas penderitaan mukminin ini. Beliau sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi segenap manusia serta amat belas kasihan lagi penyayang terhadap mukminin ini.
Sekiranya Muhammad berkata kasar lagi berhati keras tentulah mukminin menjauhkan diri dari sekeliling beliau. Tapi, sungguh, Allah yang Maha pengasih menjadikan beliau senantiasa bersikap lembut kepada manusia ini untuk menarik hati mereka. Sebagaimana Abdullah bin Amr mengatakan pula bahwa ia mendapati sifat Rasulullah  dalam kitab-kitab terdahulu bahwa beliau tidak bertutur kata kasar dan tidak pula berhati keras. Tidak gemar berteriak-teriak di pasar, juga tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, beliau selalu memaafkan.
Rasulullah selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam memutuskan masalah yang terjadi diantara mereka. Hal ini bertujuan agar hati mereka senang dan lebih bersemangat dalam melakukannya. Nabi mengajak mereka bermusyawah dalam urusan perang, menentukan tempat berkemah, membuat perjanjian dengan pihak lain, masalah yang menimpa istri beliau, dan berbagai masalah lain.
Inilah adalah teladan yang amat bagus. Alangkah indah hubungan kita dengan anak-anak bila kita bisa bersikap bijak begitu. Tidak hanya sekedar mengedepankan kekuasaan dan kewenangan yang kasar. Sehingga anak-anak itu akan suka ria membantu orang tua dan gurunya, dan bukan sekedar terpaksa menuruti dengan menyimpan niatan yang  kuat untuk bisa membangkang jika merasa sudah punya kekuatan.

R. Bagus Priyosembodo, Redaktur Majalah Fahma 
sumber gambar : muslimdaily.net
Powered by Blogger.
close