Kekuatan Guru dalam Mengajar
Seorang guru adakalanya seperti pengrajin, dan juga seniman, ia
mengukir, menatah, menorehkan nilai-nilai, keyakinan dan juga performa
kepribadiannya pada anak-anak yang tumbuh dan berkembang, bukan untuk
menjadi patung, tetapi agar mereka mandiri, menjadi makhluk pembelajar yang
siap merespon dan memberdayakan diri, merespon perubahan dan tantangan dunianya. Guru, pada dasarnya pertama-tama mengajar dengan
kepribadian dan keyakinannya dan baru kemudian dengan kepandaian atau keterampilannya.
(Aminudin
Nadjib, 2010).
Apakah ketika kita bersama anak-anak dalam sebuah kelompok ada
hal-hal yang kita lakukan seperti (1) Menggunakan teriakan sebagai kekuatan
menghimpun masa, teriakan untuk diam dengan berbagai cara seperti hitungan,
ancaman “Kalau tidak bentuk lingkaran bundar tidak kasih snack!” (2) Ketika berkumpul dengan anak-anak
dan berdiskusi bersama kita cenderung “pilih
kasih secara tidak sengaja”. Siapa anak
yang aktif akan kita beri kesempatan terus, siapa orangtuanya yang kenal baik
dengan kita akan kita beri kesempatan terus, siapa yang anaknya menurut kita
cantik, ganteng, bersih, tidak ingusan, dan wangi akan kita beri kesempatan
terus. (3) Sebaliknya
kita mencari situasi yang aman, ketika seorang bahkan beberapa anak memang amat
sangat sulit diatur, sulit diajak belajar, sulit menjalin kerjasama dengan
orangtua kita cari yang aman-aman saja. Kalau ditanya memang “udah dari
sononya” ndak bisa. Dan kita cari sasaran lain. (4) Memilih free play abis
ketika ada situasi yang tidak memungkinkan. (5) Sibuk dengan HP kita untuk ber-sms ria atau bahkan telpon-telpon
ketika ada situasi yang bisa digunakan mencari celah ketika sibuk mengurus
hiruk pikuknya anak. Atau ngobrol dengan sesama teman ketika anak-anak
istirahat atau duduk.
Wah kok terlihat ini itu tidak boleh ya? Sebenarnya tidak.
Hanya saja kekuatan seorang guru untuk mengajar sangat menentukan sukses
tidaknya program yang kita selenggarakan. Untuk menumbuhkan kekuatan dalam
mengajar setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita jadikan instropeksi diri
untuk lebih baik.
Pertama : Niat.
Innamal
a’malu bi niyat.
Apapun perbuatan yang kita lakukan dan sekecil apapun bersumber pada niat. niat
berhubungan dengan hati. Hati adalah posisi sempurna, karena berhubungan
lansung dengan sang pencipta. Dalam firmanNya dijanjikan kepada kita bahwa
ketika kita di akhirat, Allah Ta’ala akan membukakan semua
pikiran-pikiran, kata hati yang terselubung sekecil apapun bahkan “mbatin” yang pernah singgah di hati kita. Seluruh isi
hati kita akan dibuka
tanpa kita bisa melakukan perlawanan apapun. Setiap pagi, sebelum berangkat
apakah kita selalu mengatakan pada hati kita “Ya Allah hari ini aku bekerja
karena ibadahku kepada Mu, beningkanlah hatiku dalam situsi sesulit apapun
sebagaimana engkau membeningkan hati anak-anak didikku”. Insya-Allah bila setiap pagi kita sudah ada
niat akan lebih barokah dan tidak sia-sia. Kedua : Modal utama dalam mengajar yang
sangat ideal adalah kesabaran. Kesabaran memang sudah menjadi sifat dan
kepribdian bahkan genetik. Namun kesabaran bisa dilatih. Apabila dalam mengajar kita stress, anak-anak ribut
sulit diatur cobalah ikuti petunjuk berikut : Duduklah dan minum air putih
sebanyak-banyaknya di antara keributan anak-anak. Diam, tarik nafas dan berdoalah
“Laa khaulawalaquwata illabillah” di antara keributan anak-anak. Duduk amati, pandangi keributan
anak dan panggil kesadaran kita bahwa anak lucu, cerdas dan menyenangkan. Di antara keribtan anak-anak. Ingat : ketika melakukan diatas
jangan coba-coba untuk lari atau ke wc atau bahkan pergi keluar sebentar.
Karena semakin melatih kita utuk lari dari masalah.
Ketiga : Pulang sekolah siapkan semua rencana
pembelajaran untuk esok hari, seting kelas, media pembelajaran, bahkan yang
sekecil
apapun. Siapkan seperti layaknya dokter akan melakukan operasi dengan pasien. Keempat :
Pastikan kuasai
rencana pembelajaran dengan detail. Malam sebelum mengajar pelajarilah
terlebih dahulu. Kelima : Pasanglah atribut wajib bagi pendidik. Sebuah tas
kain kecil yang berisi blocknote dan bolpoint. Tulislah apa yang spesial
terjadi pada anak. Yang menonjol, yang menurun, yang tidak biasa dan yang
istimewa untuk hari itu. Keenam : Mulailah pembelajaran sesuai
rencana semaksimal mungkin. Ketujuh : Selesai mengajar, segera catat
yang sudah dilakukan, kekurangan yang belum dilakukan, dan catat evalusi yang harus dilakukan untuk
esok hari.
Ingatlah sesuatu yang sepele namun membahagiakan yaitu hari
istimewa anak, ucapkan atau bikin kartu ucapan daur ulang, sms ucapan selamat. Perbanyaklah sistem sentuhan,
perhatikan cara berpakaian, benahi hal-hal yang kecil anak akan merasa nyaman. Bangunlah komunikasi dengan
orangtua sebaik-baiknya dan komunikasi di papan
komunikasi jangan lupa untuk lebih diperhatikan. |
Oleh Septiyati Purwandari : Tim PAUD Kab.
Sleman.
Post a Comment