Kisah : Masih Sempat-sempatnya Beramal
Ayah
Bunda, pendidik,
dan pengasuh anak yang semoga dirahmati Allah. Kita berjumpa lagi dalam kisah
Fahma. Terkadang, kita sering menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak
atau menunda suatu amal kebaikan. Nah, kali ini kita akan belajar pada sosok
Abu Bakar Ash Shidiq yang begitu efektif memaksimalkan waktunya untuk beramal,
meski dia jauh lebih sibuk dari kita. Selamat menyimak. Semoga kita bisa
mengajarkannya kepada anak-anak kita.
Suatu
kali, usai shalat Subuh, Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam menghadap ke arah para sahabat dengan penuh senyum. Binar
matanya menyejukkan. Disapukannya pandangan pada wajah mereka satu per satu
hingga semua merasakan hangatnya pandangan mata beliau.
“Siapa
yang pagi ini dalam keadaan puasa?” tanya beliau.
“Ya
Rasulullah, semalam aku tidak berniat puasa, maka hari ini aku tidak shaum,” jawab Umar bin Khathab.
Rasulullah
pun mengangguk pada Umar, kemudian berpaling ke arah Abu Bakar dengan senyum
makin lebar. Yang ditatap pun tertunduk malu.
“Semalam
aku juga tidak berniat puasa. Tapi pagi ini aku puasa, insyaAllah,” sahut Abu Bakar.
“Alhamdulillah, siapa
yang pagi ini sudah menjenguk orang sakit?” lanjut beliau.
“Duh,
Rasulullah. Kita belum juga keluar sejak shalat tadi. Bagaimana mungkin ada
yang telah menjenguk orang sakit!” Celetuk Umar. Sahabat
yang lain pun mengangguk membenarkan pendapatnya.
Dengan
tersipu malu, Abu Bakar pun menjawab,
“Ada
saudara kita, ‘Abdurrahman bin ‘Auf sakit, ya Rasul. Maka dalam perjalanan ke
masjid tadi, aku mampir sejenak untuk menjenguknya,”
Rasulullah
kembali bertahmid dan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dan siapa yang pagi ini
telah memberi makan fakir miskin?” Kembali beliau
bertanya.
“Kami
semua berada di sini sejak shalat berjama’ah tadi. Kami belum sempat melakukan
derma dan sedekah, ya Rasulullah,” Kali ini Umar menjawab sambil melirik ke
arah Abu Bakar. Lelaki kurus tersebut tampak melengkungkan tubuhnya hingga
wajahnya nyaris tidak terlihat. Harap-harap cemas, Umar menanti Abu Bakar
bicara. Namun agaknya, kali ini Abu Bakar bungkam.
“Bicaralah,
wahai Abu Bakar!” ucap sang Nabi memecah keheningan.
Abu
Bakar tetap menunduk. “Aku malu, ya Rasulullah,” ujar Abu Bakar celingukan
seperti seorang tertuduh yang tak bisa mengelak dari dakwaan. “Memang tadi di
luar masjid kulihat ada seorang fakir sedang duduk menggigil. Di genggaman
putraku, ‘Abdurrahman, ada sepotong roti. Maka kuambil
roti tersebut dan kusedekahkan pada lelaki kelaparan itu,”
“Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah,” kata sang Rasul takjub. Beliau tampak
gembira dan bangga dengan efektifitas amal Abu Bakar.
Subhanallah, bagaimana efektifnya
Abu Bakar dalam beramal. Bahkan dalam waktu-waktu yang sangat sempit dan tidak
diduga. Semoga kita dapat mengajarkan teladan pada anak-anak kita, meski kita
saat itu sedang berada di tengah kesibukan yang sangat padat, seperti halnya
Abu Bakar, yang sibuk pun masih sempat-sempatnya beramal. Amin……
Wassalaamu ‘alaikum
wa rohmatullahi wa barokaatuh
Sumber:
‘Abdurrahman Asy Syarqowi dalam kitab Al Khalifatul Ula
Khusnul Hamidah,
Ibu rumah tangga, tinggal di Yogya
Post a Comment