Menebar Dengki Menuai Rugi
Sifat dengki sungguh tidak terpuji, bisa meracuni pikiran dan hati
bahkan membuat orang menjadi lupa diri. Dengki akan menjauhkan kita dari rezeki
dan kawan-kawan pun bisa pergi berlari.
Karena jeleknya sifat dengki, Allah Ta’ala mengajarkan kepada kita untuk berdoa agar
terlindung dari keburukan para pendengki. Dalam Alquran Surat Al-Falaq ayat 5
disebutkan, “Min syarri haasidin idzaa hasad” (dari keburukan
pendengki jika mereka melakukan kedengkian)”. Ingat, orang yang dengki bisa
saja melakukan berbagai perbuatan keji.
Apa yang dimaksud dengki atau hasad itu?
Dengki adalah perasaan seseorang yang menginginkan lenyapnya nikmat dari orang
yang didengki. Sifat ini sangat berkaitan dengan iri hati, orang pun sering
menyatukannya menjadi iri dengki.
Ketika kita mengikutkan anak-anak dalam suatu lomba, misalnya,
pastikan kita dan mereka jauh dari rasa dengki. Kita boleh
berlomba-lomba dalam kebaikan. Tapi mendengki orang lain yang mendapat
kesuksesan itu tidak dibenarkan. Silakan saja berlomba adu kepintaran, wawasan,
ketangkasan, keterampilan, pengalaman. Jika berhasil menjadi pemenang,
bersyukurlah, bergembiralah tapi jangan berlebihan.
Bagaimana jika ternyata anak-anak kita atau anak didik kita kalah?
Besarkan hati mereka dan jangan mendengki dengan mencari-cari kesalahan lawan.
Jangan sampai berkata,“Penampilannya jelek kok bisa menang. Pasti mereka
menyuap juri!”
Penyebab dan akibat sifat dengki punya kaitan yang erat. Sifat
sombong, berbangga diri, merasa lebih tinggi, kikir, dan sejenisnya bisa
menjadi penyebab lahirnya sifat dengki. Awas, hati-hati! Dengki pun bisa
melahirkan kesombongan, kikir, buruk sangka, fitnah, ghibah, dan
sebangsanya.
Orang yang tidak mau bersyukur biasanya mudah diserang penyakit
dengki dengan cepat. Kedengkiannya pun akan mengakibatkan dia menjadi orang
yang kufur nikmat. Pendengki sering tidak mau mengakui nikmat Allah yang
diberikan kepada para sahabat. Akhirnya, dia mudah dibujuk setan untuk berbuat
nekat, melakukan maksiat.
Saat dijemput dari sekolah, seorang anak SD berkata pada ayahnya,
“Pak, mbok beli motor baru kayak
Mas Fulan itu lho. Bisa cepat jalannya, jadi njemput aku tidak telat. Kalau dijemput pakai motor jelek begini
aku malu sama teman-teman. Jalannya pelan banget kayak siput.”
“Ya, nggak apa-apa pakai
motor jelek tapi hasil
beli sendiri. Kalau motor baru ayah temanmu itu bisa jadi dari hasil korupsi.
Pakai motor baru bisa bikin sombong, jalannya kencang menyalip orang
sembarangan,” sahut sang ayah spontan. Disadari atau tidak, sang ayah sudah
menanamkan benih kedengkian ke dalam jiwa si anak. Kelak, cepat atau lambat,
dia akan memetik kerugian.
Beda jika tanggapan si ayah begini: “Ya, kita bersyukur masih
punya motor meski motor lama. Bisa untuk antar-jemput sekolah, bisa untuk kerja
ayah. Biar pelan asal selamat. Besok kalau ayah sudah punya banyak rezeki bisa
ganti motor baru. Doakan agar ayah sehat dan sukses bekerja ya.” Sang anak pun
diajari untuk bersyukur dan menjauhi dengki.
Bagaimana kiat membersihkan diri dari sifat dengki. Pertama,
syukur nikmat.Kedua, bersabar sehingga terjauh dari sifat kasar. Ketiga,
berpikiran positif. Semua orang dikarunia kelebihan dan kekurangan. Kita tidak
perlu mendengki yang punya kelebihan atau mengejek yang dalam keterbatasan.
Kita berpikiran positif bahwa semua pasti ada hikmahnya (QS.
An-Nisa’: 32).
Keempat, jadilah orang kreatif. Punya banyak ide, gagasan, alternatif, solusi,
jalan keluar, pilihan, kiat, tips, dan strategi. Ada teman berprestasi, orang
kreatif tidak akan mendengki. Prestasi kawan justru dijadikan sarana memotivasi
diri untuk dapat berprestasi yang lebih tinggi.||
M. Sutrisno
Ketua Komite Sekolah SDIT Insan Utama, Kasihan Bantul
Aktivis Yayasan Pusat Dakwah & Pendidikan
“Silaturahim Pecinta Anak-anak” (SPA) Indonesia
|
Post a Comment