Kolom Prof In : Strategi, Kerja Keras dan Istiqomah
Saat finishing
dokumen untuk akreditasi, kami pulang menjelang tengah malam. Dari kampus
kami melewati daerah pemondokan mahasiswa. Ada beberapa warung
makan yang masih buka, di depan dan di dalamnya penuh dengan mahasiswa. Sudah
selarut malam ini mereka masih ngobrol santai di warung.
Padahal saat itu bukan malam week-end, bukan
malam Sabtu atau Minggu. Dengan kebiasaan seperti inikah mereka akan menguasai
ilmu pengetahuan dan bersaing dengan bangsa lain?
Melihat situasi seperti ini saya lalu teringat pada
saat menjalankan tugas belajar di Perancis.
Kalau saat itu ritme belajar saya seperti mereka, maka selamanya saya tidak
akan bisa menyelesaikan program S2 dan S3. Kebetulan waktu itu saya didaftarkan
oleh CESMECA (lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah Perancis untuk mengurusi mahasiswa
asing bidang mekanikal) di sebuah perguruan tinggi yang termasuk papan atas di Lorraine - Perancis Timur, di École Nationale Supérieure d'Électricité et de Mécanique (ENSEM). Sampai saat itu belum pernah ada satupun orang Indonesia yang
berhasil menyelesaikan studi lanjut di tempat tersebut. Beberapa orang dari
Indonesia dikeluarkan karena melewati batas waktu. Hal ini bagi saya merupakan sebuah
tantangan, saya harus kerja keras untuk bisa lolos.
Saya coba mempelajari penyebab kegagalan mereka. Kalau
dilihat kapasitasnya, tidak meragukan, mereka dari perguruan tinggi berkualitas
di Indonesia. Ternyata kelemahan mereka adalah, meskipun mereka ada di Perancis,
namun gaya belajarnya belum seperti mahasiswa Perancis, kurang kerja keras,
banyak waktu terbuang sia-sia. Selesai makan malam mereka mengobrol,
membicarakan permasalahan Indonesia. Lagi
pula mereka menggunakan bahasa Indonesia sehingga
kemajuan berbahasa Perancisnya juga terhambat. Dengan keterbatasan ini saya
yakin materi pelajaran yang bisa mereka serap di ruang kuliah sangat terbatas. Bahasa
Perancis tidak sesederhana bahasa kita, bahkan bila dibanding dengan bahasa
Inggris sekalipun masih lebih sulit, karena ada pembedaan kata benda laki-laki
dan perempuan (meskipun belum sesulit bahasa Arab).
Melihat kenyataan ini, saya harus berstrategi, saya
tidak boleh mengulang kegagalan mereka. Kalau gagal, yang rugi bukan hanya saya
dan keluarga, negara juga akan ikut rugi. Saya sudah menderita karena berpisah
dengan keluarga yang masih di Indonesia. Saya harus kerja keras dan memanfaatkan
waktu sebaik mungkin. Untuk sementara saya harus menghindari berbahasa
Indonesia. Agar berhasil saya harus istiqomah dengan tujuan semula, yaitu tugas
belajar - menuntut ilmu.
Strategi pertama adalah mengupayakan agar bisa
menyerap materi saat kuliah sebanyak mungkin. Untuk itu, selain meningkatkan
kemampuan berbahasa Perancis, saya juga harus bisa mendapatkan catatan materi pelajaran
sebelum mengikuti kuliah. Saya meminjam catatan dari peserta kuliah tahun
sebelumnya, dari kakak angkatan, orang Perancis meskipun saya belum kenal
sebelumnya. Saya juga mencari buku pegangan dosen pengampu kuliah.
Saat itu, kuliah baru akan dimulai bulan Agustus,
setelah libur musim panas dua bulan. Selama liburan, kampus sepi sekali.
Namun justru situasi ini dapat saya
manfaatkan sebaik mungkin untuk mempelajari materi-materi kuliah agar saya
sudah mempunyai gambaran sebelumnya. Harapannya, saya
akan mampu menyerap dan memahami lebih baik ketika dosen memberi kuliah.
Strategi kedua, agar kemampuan berbahasa Perancis
tidak terlemahkan, maka pada hari Senin sampai Jumat,
saya berusaha menghindari bertemu dengan
teman dari Indonesia, termasuk tidak membaca koran dan majalah kiriman dari keluarga.
Namun pada saat week-end saya bersilaturahmi,
ngobrol seperti biasa dengan mereka.
Kebiasaan tersebut saya lakukan selama sepuluh bulan.
Alhamdulillah, karena Allah
Ta’ala pun mengizinkan
hambanya yang telah mencoba istiqomah dan berstrategi untuk
bisa menyelesaikan program master (DEA – Diplome Etude Approfondie) dalam
waktu kurang dari satu tahun. Pengalaman ini saya sampaikan pada anak-anak
sebagai contoh, bahwa Allah Ta’ala pasti
akan mengabulkan doa hambanya asal disertai dengan usaha sungguh-sungguh, kerja
keras dan istiqomah. Wallahu a’lam
bish-shawab.||
Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA, Pimpinan Umum Majalah Fahma
sumber gambar : angelwearsgucci.blogspot.com
Post a Comment