Berlatih Menahan Diri Supaya Bahagia



Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu hendaknya menikah, karena menikah lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah, hendaklah puasa karena puasa merupakan wijaa (pemutus syahwat) baginya." HR. Bukhori (4/106) dan Muslim (no. 1400) dari Ibnu Mas'ud
Pemuda yang bersyahwat perlu disalurkan atau dikendalikan. Penyaluran syahwat yang baik adalah menikah. Kadang seorang pemuda belum memungkinkan segera menikah dengan berbagai sebab. Maka puasa adalah pengendali syahwat yang baik. Karena puasa menguatkan ruh untuk menghadapi dorongan syahwat ke arah yang buruk. Puasa juga melemahkan gejolak syahwat dalam badan. Syahwat yang tidak disalurkan dan tidak dikendalikan akan membinasakan.
Surga adalah kenikmatan sempurna. Kenikmatan yang memenuhi segala kesenangan, abadi, dan tidak mengandung kekecewaan. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa surga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi. Sedangkan neraka diliputi dengan hal-hal yang amat diingini (syahwat).
Puasa mengajarkan mengendalikan diri dari syahwat. Hal itu berarti menjauhkan diri dari neraka dan mendekatkannya kepada surga. Maka menjalani puasa itu berarti menyediakan perisai bagi diri dari kesengsaraan yang mengerikan.
"Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka". (HR. Ahmad (3/241), (3/296) dari Jabir, Ahmad (4/22) dari Utsman bin Abil 'Ash. Ini adalah hadits yang shahih). "Barang siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka di antara dia dan neraka ada parit yang luasnya seperti antara langit dengan bumi". (Dikeluarkan oleh Tirmidzi (no. 1624) dari hadits Abi Umamah)
Abi Umamah radhiallahu 'anhu memohon petunjuk kepada Rasulullah, “Ya Rasulullahu Shalallahu 'alaihi wa sallam tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukanku ke surga. Beliau menjawab: "Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu."  (HR Nasa'I (4/165), Ibnu Hibban (hal. 232 Mawarid), Al-Hakim (1/421) sanadnya Shahih)  
Puasa adalah amalan yang memasukkan ke dalam surga. Dengan menjalani puasa, menahan diri dari makan dan minum hanya di siang hari, ternyata mengantarkan kita memperoleh kenikmatan makan minum yang lebih dan abadi.
 "Meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Aku, puasa itu untuk-Ku. dan Aku yang akan membalasnya. kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat." (HR. Bukhari (4/88). Puasa yang berguna di akhirat adalah puasa sebagai ibadah yang ikhlas. Bukan sekedar menyehatkan dan mengurangi berat badan.
"Semua amalan Ibnu Adam dilipat-gandakan, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali, sampai tujuh ratus kali lipat, Allah Ta'ala berfirman: Kecuali puasa, karena dia itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku, bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan : Gembira ketika berbuka puasa, dan gembira bertemu dengan Rabbnya, dan sungguh bau mulut orang yang puasa disisi Allah adalah lebih wangi dari pada baunya misk." (Muslim (no. 1151)
"Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat, puasa akan berkata : "Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat, berilah dia syafaat karenaku…., (Diriwayatkan oleh Ahmad (no.6626), Hakim (1/554), Abu Nu'aim (8/161).

R. Bagus Priyosembodo, Redaktur Ahli Majalah Fahma
foto : imammaliki.blogspot.com

Powered by Blogger.
close