Dunia Sekolah : Manusia


Sejak menjadi pengurus Komite Sekolah, Bu Ilham tampak semakin bersemangat untuk memahami seluk-beluk pengelolaan sekolah. Meski harus mengeryitkan dahi karena harus sering mendengar istilah-istilah yang terasa asing, Bu Ilham dengan PD ikut ‘nimbrung’ dalam diskusi para pengurus Komite dan yang lebih sering dengan Pak Ruslan. Seperti siang ini, di beranda rumah Pak Ruslan …
“Pak Ruslan, tolong saya, Pak. Saya diberi penjelasan, supaya tidak kelihatan seperti nenek bisu ketika ‘ngumpul-ngumpul’ dengan pengurus komite yang lain …Please…” rajuknya. Kata terakhir ini kini sering diucapkannya, karena sering didengar dari Pak Farhan Santosa.
Pak Ruslan tersenyum lebar.
“Wah, saya kan sudah bilang ‘please’ kok tidak langsung dijawab to. Kalau saya bilang ‘please’ artinya kan harus..” Bu Ilham cemberut sambil memonyongkan bibirnya.”Please, ya Pak…”
“Ya deh, kan tidak baik menolak permintaan yang sudah  di-please. Bu Ilham mau minta penjelasan tentang apa? Kalau saya tahu saya jawab…”
“Please, Pak,  berkali-kali Pak Farhan itu ngomong tentang input inpat-input terus ngomongnya. Saya ngngguk-angguk saja, tapi saya ngerti. Maksudnya sebenarnya apa ya, Pak? Please, jelaskan Pak…”
“Oh itu. Memang, kalau sudah berbicara tentang proses pengelolaan suatu lembaga, termasuk sekolah, kita akan selalu bertemu dengan istilah ini. Input, bahasa Indonesianya: masukan, adalah segala bahan-bahan yang diperlukan agar dapat diproses dan dikelola, sehingga dapat menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan. Jadi pertama MASUK lalu DIPROSES, akhirnya KELUAR  ahirnya. Yang  masuk itu disebut masukan, dan setelah diproses keluarnya  disebut keluaran. Istilah asing keluaran adalah output …”
Bu Ilham mengangguk-angguk kepala. “Misalnya Bu Ruslina bikin pisang goreng, inputnya berarti pisang, tepung, bubu, minyak goreng. Prosesnya adalah digoreng. Outputnya adalah pisang goreng terlezat didunia yang biasa disajikan kalau saya kesini … Please, begitu ya, Pak?”
“Subhanallah, Bu Ilham memang cerdas. Seandainya saya pakai perumpaan pisang goreng tadi, terasa lebih mudah dipahami ya …”
“Please, Pak, ada pertanyaan lagi. Pak Farhan sering menyebut-nyebut input sekolah. Pisang dan tepung yang ada disekolah itu apa, Pak?”
“Input sekolah? Maksudnya hal-hal yang diperlukan agar bisa terjadi proses pendidikandisekolah. Kira-kira menurut Bu Ilham yang harus yang harus ada dan paling penting apa?”
Bu Ilham memonyongkan bibirnya. “Jangan begitu, Pak. Please! Saya datang kesini kan untuk bertanya, kok malah ditanya…Lha, menurur Pak Ruslan yang harus ada dan paling penting apa? Yang jelas, kalau disekola gak ada muridnya ya guru mau memberi pelajaran pada siapa…”
Tiba-tiba Pak Ruslan bertepuk tangan dan tertawa. “Bu Ilham malah sudah menjawab sendiri. Input penting pertama, tadi Bu Ilham menyebut murid dan guru, kita sebut saja MANUSIA..!”
“Ah, apa tidak sebaiknya disebut murid dan guru saja. Kalau disebut manusia, rasanya malah gak jelas, Pak.”
“Penjelasannya begini, Bu. Input sekolah yang saya sebut manusia itu sebenarnya tidak hanya murid dan guru. Banyak. Untuk memudahkannya kita sebut saja manusia… Khusus untuk input murid kita menyebutnya sebagai raw input, atau bahan mentah. Disekolah, yang akan kita didik kan memang murid. Mereka ibaratnya manusia yang ketika masuk masih mentah, belum matang.”
“Kok pakai istilah manusia mentah sih, Pak. Kaya’ buah mangga saja…Please, pakai istilah yang lain…”
“He..he..he…Makudnya, meski masih mentah, tapi punya kesiapan untuk dididik, dibimbing, dilatih dan dikembangkan poteninya. Oleh karena itu, disekolah selalu ada persyaratan-persyaratan untuk diterima sebagai murid. Misalnya persyaratan usia. Untuk  SLTP dan SLTA harus berijazah jenjang sebelumnya. Ada pula syarat mental dan fisik tertentu. Ada anak-anak tertentu yang tidak bisa diterima disekolah umum biasa. Karena keterbatasannya mungkin harus bersekolah di Sekolah Luar Biasa..”
Bu Ilham menghela nafas. Kepalanya digoyang kiri-kanan sambil memonyongkan bibirnya. Matanya terbelalak. “Oke, paham saya sekarang. Itu tadi murid sebagai raw input. Please, katanya masih ada yang lain, selain murid?”
Melihat gaya dan pilihan kata Bu Ilham, pak Ruslan tak bisa menhangeli. Meski berusaha disembunyikan, akhirnay tertawa juga. “ubhanallah, Bu Ilham memang punya semangat belajar yang luar biasa. Bu Ilham sekarang bukan  Bu Ilham yang dulu lagi…”
“Maksudnya, dulu saya muda dan cantik? Sekarang saya tua dan agak gemuk?” tanya Bu Ilham dengan mata terbelalak dan nada tinggi.

RUA Zainal Fanani, Ketua Yayasan SPA Yogyakarta
“Oh bukan begitu…Karena pandai memilih teman pergaulan, Bu Ilham sekarang tampak semakin cerdaas…,”puji Pak Ruslan.
“Please, Pak Ruslan jangan muji-muji saya seperti itu. Please, lebih baik menjelaskan input yang lain…”
“Oh maaf ya, Bu. Input manusia yang lain ya tentu saja guru. Para guru adalah tim yang diberi amanah untuk mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan potensi murid. Kualitas guru sangat menetukan pula hasil pendidikan disebuah sekolah. Oleh karena itu, Komite Sekolah, jangan sampai lupa, harus memprogramkan usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru. Sebagian ahli maklah mengatakan, kualitas sekoah 70% ditentukan oleh kualitas gurunya…,”urai Pak Ruslan dengan bersemangat.
“Itu gurunya. Lha kepala sekolahnya, Pak? Termasuk input juga?”
“Benar…1 Kepala sekolah sesungguhnya uga guru. Hanya, dia diberi tugas khusus untuk mengelola dan memimpin sekolah. Ibarat kapal, kepala sekolah adalah nahkodanay. Dia diberi amanh untuk membuat kebijakan, mengambil keputusan, mengawasi, memimpin upaya-upaya dan proses pendidikan agar dapat terkoordinasikan dengan baik, sehingga hasilnya pun bagus…”
Bu Ilham kembali menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri-kanan.
Ada pula komponen input manusia lain yang penting. Misalnya: pustakawan, laboran, tenaga administrasi, guru BP, pelatih olah raga dan kesenian, bahkan juga penjaga sekolah. Semuanya penting. Akhir-akhir ini kita malah juga sering mendengar istilah stakeholder, yaitu orang-orang yang berkepentingan terhadap sekolah: orangtua/wali murid, tokoh-tokoh masyarakt, pejabat pemerintah setempat, dsb…dan…”
“Please, Pak. Saya, bagian dari stakeholder sekolahnya Abror, sudah mulai pusing dan agak bingung. Saya pulang dulu…Salm untuk Bu Ruslina ya, Pak. Please…!”
Setelah mengucapkan salam, Bu Ilham pun pulang dengan gaya terhuyung-huyung…//

RUA Zainal Fanani, Ketua Yayasan SPA Yogyakarta
Foto m.dakwatuna.com
Powered by Blogger.
close