Dunia Sekolah : Material



Obrolan tentang input sekolah dengan Pak Ruslan rupanya benar-benar membuat Bu Ilham  penasaran. Hari Ahad itu, sesuai mengikuti pengajian Ahad Pagi di masjid, Bu Ilham langsung mengejar Pak Ruslan  dan Bu Ruslina.
“Tunggu sebentar, Pak …!” ujar Bu Ilham dengan nafas terengah-engah.
“Ya ALLah, pelan-pelan saja Bu …,”ujar Bu Ruslina.
Pak Ruslan mengajak Bu Ruslina untuk menghentikan langkah sebentar. “iya…. tampaknya ada yang penting, Bu?”
“Anu, Pak. Please, input-nya kan belum selesai …. Saya pengen dengar kelanjutannya…..” ujar Bu ilham masih dengan nafas sedikit tersengal. Keringat membasahi tubuhnya.”Tapi sambil jalan pelan-pelan saja, Pak….sekalian menguruskan badan….”
Bu Ruslina tersenyum geli. Tubuh Bu Ilham memang termasuk agak subur. Jadi, bila bu Ilham mengatakan ‘ menguruskan badan’ hanya dengan berlari-lari kecil, terdengar cukup lucu.
“Yah…badan saya agak gemuk karena kebanyakan input,ya Pak?”
Pak Ruslan tertawa. “Meski agak gemuk, tapi Bu Ilham ini lincah lho….”
Bu Ilham memonyongkan bibirnya.
“Sudah, Pak. please, terangkan lanjutan tentang input sekolah saja, Pak. Jangan ngomongin badan saya yang subur-makmur ini. Untuk yang satu ini Pak Ruslan  dan Bu Ruslina tidak boleh iri…….”
Bu Ruslina dan Pak Ruslan tersenyum. “Baiklah, Bu. Terakhir, seingat saya, kita membicarakan tentang input kedua:uang, Nah, input ketiga adalah MATERIAL…”
“Hah? Maksudnya, bahan fisik yang di perlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran di sekolah.”
“Bahan fisik itu maksudnya benda-benda atau barang-barang …”
“Maksud Abi, seperti bangku, kapur, papan tulis, meja …,” ujar Bu Ruslina.
“Please, apa termasuk juga almari, buku-buku, taplak meja, kipas angin, piring, gelas, sendok …?”
“Ya. Pendeknya semua barang dan bahan-bahan yang berkait dengan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Yang Umi dan Bu Ilham sebut tadi biasa kita sebut sebagai alat-alat perlengkapan. Bahasa asingnya equipment …”
“Betul juga ya, Pak. Kalau di sekolah tidak ada alat-alat dan perlengkapan seperti itu, bagaimana anak-anak dapat belajar. Ini input yang puuuenntiiiing sekali. Terutama piring, sendok, gelas, dan segala isinya …”
“Tentu, yang terpenting alat-alat dan bahan yang terkait langsung dengan proses belajar-mengajar, Bu.”
“Bi, apa yang dimaksud dengan material tadi Cuma alat-alat perlengkapan …?”
“Wah, saya juga mau bertanya seperti ini. Eh, malah keduluan Bu Ruslina. Maklum, bibir saya kan agak tebal, … jadi ngomongnya agak lambat. Kalah cepat dengan bibir Bu Ruslina yang tipis …”
Bu Ruslina kembali tersenyum. Ada-ada saja yang dikatakan Bu Ilham. Bibir tebal, membuat lambat berbicara … He .. he.. he .
“Bagaimana dengan bibir saya, Bu?” tanya Pak Ruslan sambil tertawa.
“Kalau bibir Pak Ruslan paling pas untuk segera menjawab pertanyaan kami berdua. Please …”
“Tentang material tadi, selain berbentuk perlengkapan atau equipment, ada pula yang berbentuk tanah atau site …”
“Tanah untuk menguruk?” tanya Bu Ilham sambil memonyongkan bibirnya.
“Maksudnya tanah atau lahan tempat sekolah berdiri. Lha kalau tidak ada tanah, masak anak-anak belajar di udara?” jawab Pak Ruslan.
Bu Ilham merengut.
“Tanah atau lahan sangat penting. Kalau lahaya terlalu sempit, sekolah sulit mengembangkan diri. Anak-anak juga butuh halaman untuk bermain, upacara, berkebun, berolah raga, dsb. Sekolah juga harus ada tanam-tanamannya supaya tidak gersang dan udaranya segar …”
Bu Ilham tampak manggut-manggut.
“Lalu, input material berikutnya adalah bangunan atau building ..”
“Wah kalau yang ini saya tahu, Pak. Contohnya ruang kelas, kantor, laboratorium dan yang paling penting … WC …!” seloroh Bu Ilham.
Bu Ruslina tertawa.
Tak terasa, meski berjalan pelan, perjalanan mereka sudah sampai di depan rumah Bu Ilham. “Please, obrolannya dipotong dulu, Pak. Saya ada janji dengan Abror mau sarapan di warung sate. Asalamu’alaikum ..”.
Bu Ilham berlalu begitu saja. Pak Ruslan dan Ibu Ruslina hanya bisa melongo ….

RUA Zainal Fanani, Ketua Yayasan SPA Yogyakarta
foto tassekolah.net
Powered by Blogger.
close