Dunia Sekolah : Uang
Sudah menjadi
kebiasaan Bu Ilhan, setiap kali ada kata-kata yang tadinya terasa asing,
kata-kata itu justru akan sering diucapkannya. Terkadang pas, kadang kurang
pas. Itulah Bu Ilham.
“Please Bu Ruslina, pagi ini perut saya
perlu input. Menggoreng pisang kan ?”
Bu Ruslina
mengernyitkan dahi. Pak Ruslan tersenyum lebar.
“Perut Bu
Ilham memerlukan input, maksudnya ada sesuatu yang harus dimasukkan ke situ
…,”terang Pak Ruslan kepad Bu Ruslina, istrinya.
“Please ya, Bu …,”rajuk Bu Ilham sambil
memonyongkan bibirnya.
Bu Ruslina
tersenyum. “Sekalian teh hangatnya kan
Bu?”
“Wah, itu juga
input yang baik. Terimakasih …”
Pak Ruslan tak
bisa menahangeli.
“Pagi-pagi
begini tidak ada acara Bu?”
“Pagi ini
acara saya ya kesini. Tadi saya suda siapkan sarapan untuk Abror. Sekarang
Abror sudah berangkat sekolah. Acara berikutnya memang mencari input
di sini. Tadi saya sudah minta input ke Bu Ruslina. Sekarang, please,
dari Pak Ruslan. Kalau hari Rabu, Pak Ruslan berangkat kesekolah jam 10.00 kan ? Berarti masih ada
waktu untuk memberi input …”
Diam-diam Pak
Ruslan agak terkejut juga. Ternyata Bu Ilham menghafal jadwal mengejarnya.
Sampai-sampai., Bu Ilham hafal bila hari Rabu Pak Ruslan berangkat ke sekolah
pukul 10.00.
“Input apa yang Bu Ilham butuhkan pagi
ini?”
“Please,
kelanjutan yang Pak Ruslan terangkan beberapa waktu yang lalu: tentang input sekolah …”
“Oh ya, kita
sudah mempelajari input sekolah yang
pertama: manusia. Yang kedua adalah uang …”
“Uang? Wah ini
menarik. Erat hubungannya dengan jabatan saya di komite sebagai bendahara
…Lanjutkan Pak, please.”
“Bagaimana
juga seluruh proses pendidikan disekolah membutuhkan biaya. Sesungguhnya untuk
terlaksananya pendidikan yang bermutu,
input uang ini tidak bisa dipungngkiri. Untuk membiayai semua program
sekolah memang diperlukan uang …”
“Tapi ini
sering adi sumber kecurigaan lho, Pak Sebagai bendahara sya juga sering takut
kalau dislah-salahkan …”
Tiba-tiba
wajah Bu Ilham tampak menegang.
“Tidak perlu
khawatir, Bu. Untuk menghindari fitnah
biasana disekolah sudah ada prosedur dan mekanisme yang disepakati bersama.
Pada tahap perencanaan pengumpulan dan penggunaan uang, kan ada RAPB S: Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah. RAPBS dibicarakan dan disepakati bersama antara pengelola
sekolah dengan pengurus Komite Sekolah. Bila perlu komite sekolah mendorong
pengelola sekolah untuk menyelenggarakan program-program peningkatan mutu.
Konsekuensinya …ya … biayanya diupayakan oleh komite …”
Bu Ilham
menghelanafas. “Tapi, tetap sja ada orang yang bawaannya curiga, Pak …,” ujar Bu Ilham sambil memonyongkan
bibirnya yang tebal.
“Bila sudah
soal uang memang begitu, Bu. Karena itu, kita harus mengupayakan agar dalam
mengelola uang semuanya dapat diupayakan secara jujur, terbuka, transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan. Agar tidak ada kecurigaan, ada mekanisme
pengawasan dan audit …”
“Wah apa itu,
Pak? Diterangkan sedikit please …”
“Diaudit
artinya diperiksa dan dicocokkan. Tapi Bu Ilham tidak perlu takut. Diperiksa
tidak berarti dicurigai ada kesalahan atau penyelewengan. Ini justru bagus
untuk kepercayaan orang lainnya. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara rutin
dan periodik. Insya-Allah terhindar dari fitnah …,”tandas Pak Ruslan.
Bu Ilham
tampak manggut-manggut.”Pak, apa sekolah yang bermutu itu selalu membutuhkan
uang yang banyak? Bayar sekolahnya mahal?” tanya Bu Ilham. Wajahnya tampak
serius.
Pak Ruslan
tersenyum. “Yang jelas, agar sekolah bermutu, banyak program harus dilakukan.
Peningkatan kualitas guru, agar mereka mendapat kualitas guru harus
diprogramkan. Kesejahteraan guru, agar mereka dapat mengajar dengan tenang,
juga penting. Sarana sekolah harus diupayakan memadai. Kegiatan untuk siswa
pun, baik yang kurikuler maupun yang ekstrakurikuler harus diperhatikan …..Nah, semua kan butuh uang, Bu. Hanya saja, Komite
Sekolah bersama-sama pengelola sekolah perlu berupaya agar tidak semuanya
dibebankan kepada orang tua siswa secara
pukul rata. Pengelola sekolah juga arus melakukan penghematan agar semua
program yang direncanakan benar-benar penting dan berdampak pada peningkatan
mutu. Bukan malah menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yaang kurang penting
..’
“Untuk uang
sekolah, mungkin bisa pakai sistem subsidi silang. Yang mampu ya bayar agak
besar untuk membantu yang kurang mampu Yang tidak mampu, apalagi yang
berprestasi, malah bisa mendapat keringanan atau beasiswa. Selain itu, Komite
sekolah dapat melibatkan pihak-pihak lain untuk membantu. Misalnya dunia usaha,
alumni yang sudah berhasil, dan usaha-usaha lain yang halal …”
“Duh…duh..duh…Berat
juga memajukan sekolah ya, Pak. Butuh uang banyak …!”
Pak Ruslan
tersenyum melihat ekspresi wajah Bu Ilham yang tampak serius, tapi malah
kelihatan …lucu.
Tiba-tiba Bu
Ruslina muncul membawa nampan berisi 3 gelas teh hangat dan sepiring pisang
goreng yang masih panas ….”Ini Bu, input-nya sudah jadi …Silahkan dinikmati …,” seloroh Bu
Ruslina dengan suara lembutnya.
Wajah Bu Ilham
sontak berubah berbinar-binar. “Wah, kalau mikir input uang capek saya, Bu. Kalau input yang ini, memang sudah dari tadi saya tunggu …..terima kasih
ya, Bu….”
Pak Ruslan dan
Bu Ruslina tersenyum menyaksikan tamu istimewa mereka yang satu ini lahap
menikmati pisang goreng. “Oh ya, sudah hampir jam sepuluh lho, Pak. Siap-siap
berangkat ke sekolah. Please …pisang gorengnya
biar saya bantu menghabiskannya …!”
Itulah Bu
Ilham ….
RUA Zainal Fanani, Ketua Yayasan SPA Yogyakarta
Foto beritaislamonline.blogdetik.com
Post a Comment