Ketika Anak Ngambek



Saya percaya pasti ada banyak simbol yang muncul ketika kita membaca atau menyebutkan kata ngambek. Itu karena kita dan ngambek saling mengenal, karena kita pun pernah mengalaminya. Bukankah di balik ngambek, ada ruang untuk pertumbuhan kompetensi anak, baik secara pengetahuan, sikap, keterampilan bahkan karakter dapat mulai tumbuh dari konteks ngambeknya anak-anak kita? Mari belajar untuk menjadi orangtua yang lebih bermakna, salah satunya melalui ngambeknya anak-anak kita.
Sebutlah, si kecil Dody yang sore itu bersama bundanya sedang jalan-jalan di pertokoan untuk membeli kebutuhan sekolah. Saat Dody melihat ada mainan yang sudah lama ia inginkan, ia mulai merengek dan selanjutnya memaksa Sang Bunda untuk membelikannya. Karena Sang Bunda keberatan dan menolak permintaannya, mulailah rengekan berubah menjadi tangisan, dan tangisan berlanjut menjadi jeritan dan lengkingan, teriakan atau bahkan unjuk rasa di pertokoan. Mulai dari berguling-guling, menendang dan bahkan ada yang sampai muntah atau ngompol. Kehebohan pun tak terelakkan. Ekspresi kemarahan yang hebat sebagi usaha  mencapai apa yang diinginkannya ini biasa disebut dengan istilah ‘Temper Tantrum’.
Gejala ini biasa dialami anak usia 3-4 tahun. Emosi sebagai peristiwa psikologis sangat berhubungan dengan peristiwa pengenalan panca indera, bersifat lebih subyektif dibandingkan dengan peristiwa psikologis lain seperti pengamatan dan berpikir, emosi juga bersifat fluktuatif atau tidak tetap. Mengingat ciri emosi yang sedemikian ini, alangkah istimewanya jika orangtua dapat memahami proses emosi anak, lebih empati dan memberikan ruang bagi ekspresi perasaan dan pikiran yang lebih sehat. Pada saat inilah, ngambek menjadi sarana belajar yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kesehatan psiko-sosial anak, bahkan moral-spiritual. Anak belajar mengelola harapan, keinginan, dan mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan cara yang sehat dan mengembangkan aspek-aspek kemanusiaannya. Sayangnya, di luar sana banyak kejadian di mana, saat anak ngambek, orangtua tidak kalah ngambeknya.
Ngambek dalam tingkat tertentu, tentu saja menjadi ciri emosi yang wajar dimiliki anak. Namun jika sudah berlebihan dan mengganggu kenyamanan serta aspek perkembangan anak yang lain, maka tentu saja membutuhkan perhatian lebih. Karena itu beberapa hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan dalam mendampingi anak saat ngambek.
 (1) Ambil waktu di luar waktu ngambek untuk memberikan nasihat yang baik pada anak. Disarankan waktu menjelang tidur. Menggunakan media cerita yang dialogis dan menyentuh hati anak menjadi lebih istimewa untuk mengajarkan pada anak bagimana menyikapi berbagai peristiwa yang kurang atau tidak menyenangkan. Anda dapat membingkainya dengan sentuhan nilai-nilai ukhrowi. (2) Jadilah teladan yang dapat ditiru anak dalam hal merespon peristiwa yang tidak menyenangkan. Ini guru terbaik. Jika Anda mudah ngambek jangan salahkan siapa-siapa, kecuali diri Anda. (3) Ciptakan lingkungan rumah yang positif untuk perkembangan emosi anak yang sehat. (4) Latihkan pada anak untuk mengekspresikan ide dan perasaannya melalui kata-kata yang dapat dipahami, dapat didialogkan. Ajarkan prinsip-prinsip musyawarah, saling mendengarkan dan menghargai.
(5) Biasakan menyepakati aturan dan batasan, sehingga saat anak ngambek, Anda dapat membantunya merujuk pada batasan dan aturan yang disepakati. (6) Beri anak aktifitas positif yang dapat menyalurkan ekspresi emosinya. Mungkin melalui kegiatan olahraga, seni atau sosial. (7) Saat anak ngambek, selamatkan diri emosi Anda terlebih dahulu. Tenangkan diri Anda dengan mengatur nafas, minum air putih atau melantunkan zikir-zikir yang menenangkan Anda. (8) Pahami peristiwa emosional yang dialami si kecil. Ungkapkan pemahaman Anda yang dapat memberikan jalan tol bagi anak untuk lebih mudah tenang karena merasa dipahami. Misalnya : Oh, adek pengen beli mainan robot-robotan yang sama kayak mas Rido?”, “Adek pengen punya tas yang sama persis dengan punya kakak ya?, adek suka tas yang seperti itu ya?”; “Kakak marah karena kita tidak jadi beli hamster sekarang?”;  ini disebut refleksi emosi dan dan refleksi pesan. Ini cara cepat untuk membangun kerjasama dengan si kecil.
(9) Setelah mengungkapkan pemahaman kita yang cukup tepat untuk menjuduli perasaannya, barulah kita dapat mengungkapkan kalimat-kalimat saran atau sugesti yang bersifat positif dan solutif berikutnya. (10) Sampaikan pesan secara jelas, tegas namun tetap lembut. Hindari bentakan, paksaan atau hardikan yang membuatnya tertekan dan dapat menimbulkan persoalan lain di kemudian hari. (11) Setelah ia berubah sedikit lebih tenang, berikan penghargaan dengan ungkapan terimakasih dan rengkuh ia. Pelukan Anda dapat membuat detak jantungnya kembali harmoni karena merasakan getaran rasa sayang Anda. Tentu Anda tidak disarankan memeluknya pada saat jantung anda sendiri berdegup tak karuan.
Penting untuk kita cermati, apa pun penyebab ngambek anak, itu merupakan pemicu-pemicu yang bersifat temporal dan singkat, bukan persoalan-persoalan yang lebih dalam. Jika ngambek menjadi pola yang relatif permanen dan berlangsung agak lama ada diri anak, bicarakanlah dengan pasangan Anda, mungkin ada wilayah lain yang membutuhkan perhatian lebih serius. Wallahu ‘alam bish showab. Semoga bermanfaat. || 

Pihasniwati, Direktur Lembaga Psikologi Terapan ‘Metamorfosa’ Yogyakarta, Dosen Prodi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Powered by Blogger.
close