Menunda Kepuasan Sesaat untuk Kepuasan yang Lebih Besar lagi Kekal
Ramadhan
merupakan kesempatan emas bagi orangtua maupun pendidik untuk membiasakan
anak-anaknya atau murid-muridnya menunda kepuasan sesaat—dalam studi-studi psikologi
dikenal dengan nama delaying gratification—guna meraih kepuasan yang lebih besar lagi kekal.
Kemampuan seseorang menahan godaan sejak masa prasekolah terbukti secara nyata berperan
penting dalam kesuksesan hidup mereka di masa dewasa.
Pengendalian
diri memungkinkan seorang lebih mudah masuk ke dalam kesesuaian nilai, moral,
dan harapan sosial yang terstandar di lingkungannya. Ketika seorang tidak
memiliki pengendalian diri yang baik, akan terjadi penyimpangan nilai dan norma
di masyarakat karena tidak mampu mengatur dan mengendalikan perilaku.
Longshore, Chang, Hsieh, & Messina (2004) menemukan rendahnya pengendalian
diri berhubungan negatif dengan ikatan sosial (dalam penelitian tersebut ikatan
sosial ditunjukkan dengan 4 ukuran: kelekatan, keterlibatan, komitmen religius
dan keyakinan moral) dan berhubungan positif dengan penyalahgunaan Narkotika,
Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) bersama teman-teman sebaya.
Penelitian Liew,
McTigue, Barrois, & Hughes (2008) menunjukkan bahwa pengendalian diri siswa
saat kelas 1 SD berkontribusi terhadap keyakinan diri siswa bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk sukses menampilkan tugas-tugas akademik pada saat siswa
berada di kelas 2 dan prestasi membaca pada saat mereka kelas 3. Penelitian
Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki skor tinggi dalam
pengendalian diri memiliki indeks prestasi yang lebih tinggi, penyesuaian diri
yang lebih baik, rendahnya gangguan makan dan penyalahgunaan NAPZA, memiliki
hubungan dan keterampilan interpersonal (antarpribadi) yang lebih baik,
kelekatan aman, dan tanggapan emosi yang lebih optimal.
Mansfield,
Pinto, Parente, & Wortman (2004) menemukan bahwa tinggi rendahnya prestasi akademik
mahasiswa bisa dijelaskan dari variabel pengendalian diri. Kemampuan untuk menunda kepuasan berhubungan positif
dengan kesuksesan karir akademik. Walter Mischel, psikolog di Universitas
Columbia yang terkenal dengan eksperimen ’Marshmallow Test‘, bersama koleganya
(1989; 1999; 2004) menemukan bahwa remaja yang ketika masa prasekolah mampu
menunggu lebih lama untuk mendapat marshmallow
lebih banyak memiliki skor tes bakat (SAT) lebih tinggi. Orangtua mereka juga
menilai anaknya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam hal perencanaan,
penanganan stres, pengendalian diri dalam situasi frustasi dan konsentrasi
tanpa menjadi terganggu.
Penjelasan
di atas menunjukkan pentingnya kemampuan seseorang untuk mengubah dan
mengadaptasi diri sehingga menghasilkan kesesuaian diri dengan lingkungan yang
lebih baik. Kemampuan untuk mengesampingkan godaan kesenangan sesaat, kemampuan
untuk menahan diri dari menuruti kenderungan perilaku yang tidak dikehendaki
dan menahan diri dari bertindak menuruti kecenderungan perilaku yang menawar
kepuasan sesaat.
Tentu saja
pendidikan puasa Ramadhan menawarkan keuntungan yang lebih besar dan lebih
kekal dibanding apa yang mampu dipotret dalam penelitian-penelitian di atas. Puasa
Ramadhan memberi kesempatan terbaik untuk memiliki sebaik-baik bekal, mendapat
keberuntungan, kemenangan, dan petunjuk yaitu ketakwaan. Ketakwaan kepada Allah
menjadikan seseorang senantiasa dicintai, dibersamai, paling mulia, dan
dirahmati Allah Ta’ala. Allah Ta’ala memberinya jalan keluar,
kemudahan dalam urusannya, rezeki dari arah yang tiada disangka, dan menutupi
kesalahan-kesalahannya. Allah Ta‘ala
menyediakan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, di bawahnya mengalir
sungai-sungai. Mereka dikaruniai istri-istri yang disucikan, dan mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah Ta’ala
menyediakan satu pintu khusus di surga yang khusus diberikan hanya kepada
orang-orang berpuasa, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang disebut Arrayan.
Masuk dari pintu tersebut orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak
akan seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka.” Dikatakan,
“Dimanakah orang-orang yang puasa?” Lalu mereka berdiri dan tidak dapat masuk
kecuali mereka. Apabila mereka telah masuk, pintu tersebut ditutup, dan tidak
seorang pun masuk selain mereka.” (HR. Bukhari).||
Irwan Nuryana Kurniawan, Dosen Psikologi UII Yogyakarta
foto : mummycool.blogspot.com
Post a Comment