Prinsip Dasar Kemitraan
Hari Raya
Idhul Fitri disambut dengan suka cita oleh segenap umat Islam. Setelah
menjenguk orang tua masing-masing. Pak Rusan dan Bu Ruslina, tentu bersama
Angga putri mereka, kembali lagi ke rumah. Mereka harus bersiap-siap menyambut
banyak tamu. Pak Ruslan dan Bu Ruslina pun telah merencanakan bersilaturahmi ke
beberapa sahabat mereka. Salah satunya, tentu saja Bu Ilham.
Sore harinya,
mereka pun bersialturahmi ke rumah Bu Ilham. Kebetulan di rumah Bu Ilham sudah
ada Pak Haji Ilyas yang disertai istrinya ….
“Ini berkah
jadi bendahara Komite Sekolah, Pak. Saya nggak mimpi lho didatangi temantin
baru pengusaha krupuk yang sukses.” Seloroh Bu Ilham. Bu Ratmi, istri Pak Haji
Ilyas, tersenyum agak malu. “Lha, sekarang malah yang datang mitra lama ..
Silahkan Pak Ruslan, Bu Ruslina …”
Suasana akrab
langsung terasa. “Mari .. silakan dimakan kuenya. Saya dan Abror yang
membuatnya. Cuma ini adanya. Kalau mau krupuk super gurih, nanti di rumah Pak
Haji Ilyas. Kalau pengin pisang goreng paling lezat di dunia, ya di rumah Bu
Ruslina …”
Di tengah
obrolan yang penuh canda, sekali waktu muncul juga diskusi tentang Komite
Sekolah. “Saya senang sekali bisa berkenalan dengan Pak Ruslan ..”
“Jangan lupa
profesornya, Pak Ilyas,” sergah Bu Ilham sambil memonyongkan bibirnya.
Pak Haji
Ilyas, Pak Ruslan dan Bu Ruslina tertawa. Hanya Bu Ratmi yang terlihat kurang
begitu mengerti.
“Penjelasan
Bapak tentang sifat dasar kemitraan tempo hari terus saya renungkan. Kadang
saya berpikir, bagaimana ya caranya agar kemitraan itu bisa terus berjalan
dengan lancar? Apa yang harus kami lakukan?
“Betul, Pak.
Saya kadang juga khawatir, jangan-jangan kemitraan dengan sekolah yang awalnya
tampak menyenangkan, lama-lama jadi tidak harmonis ….”
“Nah, dalam hal
ini masing-masing pihak yang bermitra harus mengikuti prinsip-prinsip kemitraan
….,” ujar Pak Ruslan.
“Ada beberapa prinsip,
Pak?” tanya Bu Ilham. Kali ini tampak serius. Tapi mimik wajahnya malah tampak
lucu.
“Dalam teori
disebut ada 5 prinsip. Dikenal dengan singkatan PACTS. Sebenarnya “pacts” sendiri dalam bahasa Inggris
juga punya arti kesepakatan ….”
“Wah, harus
diterangkan satu persatu, Pak. Ini enting buat saya. Bukan hanya untuk
menjalankan amanah sebagai pengurus Komite Sekolah, tapi juga berbisnis krupuk
…”Pak Haji Ilyas terlihat begitu semangat. Kacamata minusnya yang melorot
langsung dinaikkan kembali. Bu Ratmi tersenyum-senyum melihat tingkah suaminya
yang tampak melotot tak berkedip.
“Aduh, Pak
Ruslan mulai pakai istilah yang sulit-sulit ya …”Bu Ilham merengut.
“P…A…C…T…S…
Yang pertama huruf P, kepanjangannya participation
atau partisipasi. Kemitraan hanya dapat terjadi bila masing-masing bersedia dan
berkesempatan untuk berpatisipasi secara aktif dan iklas …”
“Benar sekali,
Pak. Ini prinsip. Kalau tidak saling berpatisipasi pasti kemitraan tak akan
berjalan,” timpal Pak Haji Ilyas dan antusias. “Lalu, yang kedua?’
“A…..acceptable atau saling menerima.
Maksudnya, masing-masing pihak harus menerima kehadiran dan fungsi
masing-masing. Kehadiran pihak lain tak boleh dilihat sebagai penghalang atau
pengacau. Sebaliknya, tak boleh ada niat atau upaya untuk menghambat atau
mengacau fungsi pihak lain. Masing-masing harus mencari titik temu untuk
kemajuan bersama …”
“Wah, bagus
sekali itu, Pak,” celetuk Bu Ratmi. Pak Haji Ilyas tersenyum bangga.
“Ini justru
sulitnya. Untuk bisa terus saling menerima kan butuh saling berprasangka baik
…Istilahnya apa itu? Khusnul Khotimah
…?”Bu Ilham angkat bicara.
Pak Hji Ilyas
dan Pak Ruslan tertawa.”Khusnudzdzon,
Bu…”
Bu Ilham
kembali merengut. Bibirnya dimonyongkan. Panjang sekali …
“Lalu
berikunya huruf C, communication,
komunikasi. Ini prinsip yang penting. Banyak masalah didunia ini ternyata
adalah masalah kurang atau buruknya komunikasi. Kemitraan di komite sekolah
juga begitu. Masing-masing pihak harus aktif menjalin komunikasi. Caranay pun
harus baik dan saling menjaga martabat …”
“Nah ini,
martabat bendahara komite juga harus dijaga. Tidak boleh ditertawakan. Kalau
soal bibir, itulah kelebihan saya. Jangan dihina …”Bu Ilham tersenyum-senyum.
“Memang betul,
Pak. Kalau pengurus komite tidak aktif, komunikasi jadi kurang lancar.
Akibatnya, perannya jadi sedikit. Yang lebih buruk, kalau ada yang mudah
menyalahkan, lebih percaya dengan isu, atau menduga-duga tanpa dilandasi
pengetahuan akan keadaan yang sebenarnya. Di usaha krupuk saya, ini juga pernah
terjadi …”
Semua
menggut-manggut. “T-nya apa, Pak?”
“Nah ini
prinsip yang sangat penting: Trust,
artinya percaya. Selain itu, semua keputusan dan tindakan harus bisa dipercaya.
Kemitraan akan terganggu bila salah satu pihak atau masing-masing sudah
curiga-mencurigai, saling menjatuhkan, ada yang mengkhianati amanah, membuat
kubu-kubu untuk mencari kesalalan atau aib kubu lain …”
“Wah, kalau
sudah begini runyam, Pak. Bisa hancur bersama. Mana mugkin sekolah bisa maju
…”Pak Haji Ilyas tampak berapi-api.
“Contohnya
yang bagus, ya Pak Ruslan dan Bu
Ruslina. Karena saling percaya, jadi pasangan super-harmonis,
super-akur, dan super-kompak …”ujar Bu Ilham.
“Ah, Bu Ilham
bisa saja. Sampai pakai super-super segala …Bisa saya kan Cuma bikin pisang goreng, Bu …”Bu
Ruslina tampak tersipu-sipu.
“Nah ini yang
saya lupa: pisang goreng super…!
“Yang terakhir
S.S-nya “super” ya, Pak?” seloroh Pak Haji Ilyas.
Pak Ruslan
tersenyum. “S-nya adalah Share, artinya berbagi. Prinsipnya kemitraan harus
dibangun diatas kesediaan untuk berkorban, salingmemberi dan menerima. Termasuk
memberi masukan dan menerima kritik, demi kemajuan bersama. Yang penting
sama-sama harus tulus…,”tandas Pak Ruslan.
“Betul. Nah
ini kuenaya juga saya sediakan dengan niat tulus untuk berbagi. Lain hari saya
iklas menerima pisang gorengnya Bu Ruslina …”.
Pak Ilyas
tertawa. “Saya dengan istri saya juga selalu Sharing. Saling memberi dan
menerima masukan. Makanya kami kelihatan selalu mesra …”
Bbu Ratmi pun
mencubit lengan Pak Haji Ilyas dengan manja.
RUA Zainal Fanani, Ketua Yayasan SPA Yogyakarta
Post a Comment