Lagi-lagi tentang Shalat Anak


"Kak Mira, tadi pagi shalat Subuh tidak?" tanya Ayah pada suatu sore di sela-sela aktivitas berkebun. Mira terdiam sejenak, lalu tersenyum malu. "Hehehe…., tidak, Yah," jawabnya. Namun tiba-tiba ia meralat. "Eh…, shalat, Yah. Kan Ayah tadi pagi yang mengingatkan aku," kata Mira dengan wajah berubah cerah. “Alhamdulillah,” seru sang ayah mendengar jawaban terakhir putrinya tersebut.
Sambil menyirami bunga, Mira melanjutkan pembicaraannya. "Aku sedih sekali lho Yah kalau shalatku bolong-bolong," kata Mira kemudian. "Kak Mira tahu tidak, bagaimana cara kita melawan setan yang mau menghalangi kita shalat?" tanya sang ayah menyela.
"Gimana tu, Yah?" Mira bertanya dengan sangat antusias. Sang ayah sendiri sedang berpikir bagaimana menjelaskan dengan gampang dan sesuai maqom putrinya. "Jangan tunda-tunda untuk shalat. Segera berdiri, ambil air wudlu, terus shalat. Jangan beri waktu sedetik pun setan menggoda kita. Sebab, setan akan berbisik: Ah, nanti saja shalatnya, makan dulu, nanti keburu lapar lho!"
"Nah!" sontak Mira sambil mengacungkan jarinya. "Benar banget itu, Yah. Sama persis dengan yang kualami,” Sang ayah tersenyum, “Tentu saja, lha wong contohnya sengaja diambilkan sesuai kebiasaanmu sehari-hari,” ucap sang ayah dalam hati.
"Kalau aku mau shalat nih, Yah, ada saja bisikan, seperti, hai Mira, shalatnya nanti saja. Makan saja dulu, atau kerjain PR dulu saja Mira, nanti ndak keburu ngantuk, begitu Yah," ucap Mira melanjutkan komentarnya  sambil tertawa.
Perkara shalat adalah perkara yang kita khawatirkan bersama. Anak-anak boleh menjadi apapun yang mereka cita-citakan. Tentu asal tetap berada dalam kebermanfaatan. Akan tetapi, jadi apapun mereka, semestinya shalat tidak pernah dilupakan. Saat anak-anak masih kecil dan shalat belum menjadi kewajiban bagi mereka, semangat untuk menegakkannya harus mulai ditanamkan. Segenap arahan dan pembiasaan dapat dilakukan. Tidak cukup hanya pembiasaan di sekolah, namun juga harus diimbangi di rumah. Hal inilah yang terkadang diremehkan orangtua. Karena menganggap anak masih belum baligh, pembiasaan shalat di lingkungan rumah acapkali diabaikan.
Ada berbagai cara untuk membiasakan shalat sejak usia dini. Pertama, dengan memberikan contoh. Orangtua yang ketika mendengarkan adzan, kemudian langsung shalat, maka anak akan turut serta shalat. Jika sang ayah sibuk membaca koran sambil mengatakan kepada anaknya. "Ayo... shalat..!" Jangan heran jika tidak ada satupun anaknya yang beranjak shalat. Berbeda jika ajakan itu disertai sang ayah dengan segera berwudlu, maka anak pun akan segera ikut melaksanakan shalat.
Kedua, lakukan dengan riang. Di usia dini, anak tidak bisa membaca doa di dalam shalat bukanlah masalah. Sebab saat itu proses pembelajaran sedang terjadi. Pada rentang usia ini, anak berada pada tahap belajar doa dan memahami makna dari bacaan doa setiap shalat.
Ketiga, membiasakan berulang-ulang. Mengajak anak shalat tidaklah cukup sehari, dua hari. Lakukanlah secara berulang-ulang setiap hari dan arahkan anak untuk shalat dengan benar sesuai cara Rasulullah.
Keempat, lakukan shalat berjamaah. Membiasakan shalat pada anak akan lebih baik jika berjamaah di masjid. Sebab shalat berjamaah membuat anak merasa nyaman di tengah keluarga, ayah, ibu, saudara, dan jamaah muslim lainnya.
Kelima, lakukanlah dengan kasih sayang. Biasanya shalat bersama anak-anak mengganggu kekhusyukan. Bila itu terjadi berilah pengertian dengan kasih sayang pada putra-putri Anda sebaik mungkin. Gunakan kata-kata yang lembut dan hindari memarahi anak.

Perlu diingat, jangan mengandalkan pada ikhtiar. Doa pada Allah harus tiada henti kita panjatkan. Selayaknya Ibrahim yang selalu berdoa, "Rabbij'alnii muqiimash-shalaati wa min dzurriyatii -- Rabbi, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat." (Qs. Ibrahim [14]: 40).||

Muhammad Abdurrahman
Pemerhati pendidikan, tinggal di Yogya
Foto : Murid SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta menjelang shalat
Powered by Blogger.
close