Menangis



Menangis itu luapan emosi, dianya menggantikan luapan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata atau bahkan lisan tidak sanggup mengungkaannya. Siapasih yang tidak pernah menangis? Dari bayi sampai orang pikunpun pernah menangis.

Menangis adalah bahasa komunikasi. Tangisan bayi menandakan dia tidak nyaman, bisa jadi pipis atau lapar, atau buang air besar. Karena perutnya lapar, bayi memanggil orang tuanya dengan tangisan, karena merasa basah dan tidak nyaman bayi menyampaikan dengan tangisan. Itulah contoh komunikasi bayi.

Lalu, apakah ada komunikasi orang dewasa dengan menangis? Kita jumpai ada beberapa orang ketika menangis, pertama saat mereka merasakan kesedihan, misalnya kehilangan orang-orang yang disayang, kehilangan harta benda. Mereka bisa menangis sendu sedan, karena memang benar-benar sedih. Bisa kita bayangkan, kalau diri ini yang kehilangan orang tua terkasih, tidak usah meninggal dunia, pergi naik haji saja sudah menangis. Itulah luapan emosi, memang harus dikeluarkan. Jika tidak dikeluarkan pasti ada dampaknya.

Yang kedua ada juga yang menangis bahagia, misalnya seorang anak dan ibu yang sekian tahun lamanya tidak berjumpa. Saat berjumpa pasti akan meluapkannya dengan tangisan bersama, ini juga luapan emosi kebahagiaan.

Yang perlu diperhatikan, kadang orang menangis karena tidak kuat menanggung beban hidupnya. Sehingga luapannya akan jadi tangisan. Ada orang yang memohon sampai menangis untuk mendapat pekerjaan, tangisannya agar meluluhkan hati calon juragannya. Ada orang yang rela meneteskan air mata ketika meminta keringanan biaya pendidikan anak-anaknya, tujuannya juga agar pihak sekolah luluh dengan tetesan air matanya.

Apakah hal di atas dibolehkan? Bicara boleh tidak boleh, memanglah agama Islam tidak melarangnya. Namun, pernah berkata sahabat penulis, seorang kepala sekolah di SDIT Hidayatullah Yogyakarta, “Air mata itu mahal, jangan engkau mudah meneteskan air mata hanya demi sesuatu yang tidak penting.” Begitu kurang lebihnya.

Menangislah karena dosa-dosa, bukan karen beban hidup yang pasti ada banyak jalan keluarnya.

Wallahu a’lambishawab.

*) Tuswan Reksameja | Redaktur Majalah Fahma | Anggota Pleno Pimpinan Daerah Hidayatullah Kabupaten Sleman | Staff Administrasi SDIT Hidayatullah Sleman |
foto anak-anak TK Tawakal Plemburan Sleman
Powered by Blogger.
close