Allah Menghendaki Kemudahan Bagimu



Ketika ungkapan-ungkapan, “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu“; “Allah tidak membebani  seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya“, “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan“; “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah! Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum kafir“; “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa-apa yang terjadi pada suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka“, demikian berulangkali diperdengarkan dan ditekankan kepada anak-anak dan murid-murid kita, maka mereka akan mengembangkan keyakinan bahwa kesulitan tersebut mampu diatasi. Mereka akan meyakini dampak tersebut bersifat terbatas, sesaat, sementara dan akan cepat berlalu.   
Ketika ungkapan-ungkapan, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar“; “Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik“; “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu“; “Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan“; “Barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik“; “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberi pahala tanpa dihitung (tidak terbatas)“ demikian lazim diperdengarkan dan ditekankan kepada anak dan murid kita, maka mereka memiliki modal yang memungkinkan masuk ke dalam kesesuaian nilai, moral, dan harapan sosial yang terstandar di lingkungannya. Mereka akan terjaga dari penyimpangan nilai dan norma di masyarakat karena mampu menahan diri dari dorongan nafsu amarah, mampu menahan nafsu birahi sehingga kemaluannya terjaga dari berbagai perbuatan terkutuk, mampu menahan diri untuk tidak makan secara berlebihan, dan mampu menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.
Mereka tidak suka mencari kambing hitam karena mereka mampu menahan diri untuk tidak mengatakan apa yang seharusnya tidak dikatakan, tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain, dan tidak kabur dari masalah. Mereka akan lebih bahagia dalam kehidupannya karena mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya,—hanya mengambil sebagian kecil dari dunia untuk mencukupi kebutuhan—tidak pelit, tidak mengganggu orang lain, dan tidak berlaku malas.
Ketika ungkapan-ungkapan, ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal”; ”Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”;”Barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”;”Maka berpalinglah kamu dari mereka dan bertawakallah kepada Allah”;”Janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung”; ”Dan bertawakallah kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai pemelihara” demikian dibiasakan diperdengarkan dan ditekankan kepada anak dan murid kita, maka mereka akan mengembangkan kesadaran yang kokoh akan baiknya pilihan Allah, meyakini bahwa Allah tidak pernah menghendaki hamba-Nya menderita karena Allah Maha Penyayang kepada orang beriman dan Allah lebih menyayangi hamba-Nya yang beriman dibandingkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Rahmat Allah mengalahkan kemurkaan-Nya, ampunan-Nya mendahului hukuman-Nya, dan nikmat-Nya lebih dahulu daripada ujian-Nya. Allah Maha Penyayang dan Allah tidak melakukan sesuatu kecuali kebaikan.
Mereka percaya bahwa kesulitan yang diperjalankan Allah kepadanya demi karunia dan anugerah yang akan datang sesudahnya. Mereka yakin Allah menciptakan segala sesuatu yang menyakitkan bukan karena kezaliman. Namun Allah menciptakannya karena keadilan-Nya dan meletakkannya di tempat yang layak. Allah tidak menciptakan segala perkara yang menyakitkan  pada sesuatu yang ketiadaannya lebih baik daripada keberadaannya, dan jika tidak demikian maka akan menimbulkan keburukan.

Mereka meyakini sepenuhnya bahwa segala yang Allah ciptakan dan ingin Allah lakukan, maka penciptaan-Nya dan perbuatan-Nya itu akan lebih baik daripada jika Allah tidak menciptakan dan tidak melakukannya. Begitu pula sebaliknya. Apa pun yang ketiadaannya itu lebih baik daripada keberadaannya, maka keberadaannya adalah keburukan. Allah tidak menciptakan kecuali yang adil dan baik. Allah Maha Adil.||

Dr. Irwam Nuryana Kurniawan, M.Psi. Kepala Sekolah MI Darussalam Sleman Yogyakarta
Powered by Blogger.
close