Belajarnya Anak, Ya Bermain
Bu Nani, salah seorang guru Play Group dalam rapat harian
melapor pada kepala sekolah, “Bu, tolong dalam pertemuan wali murid besok,
dibahas tentang hakikat pendidikan pra sekolah ya, terutama dipahamkan pada
ibu-ibunya. Saya sering melihat ibu yang memaksa, bahkan mencubit anaknya
karena tidak mau terlibat dalam pembelajaran dan asyik bermain balok,”
Bu Ida, guru lain menambahkan,”Iya Bu, sepertinya harus
segera dijelaskan. Ada kasus lain. Ketika saya menanyakan pada mama Aldi kenapa
Aldi tidak bisa ikut tamasya minggu depan, alasannya, karena Arif ikut les
privat membaca dan matematika.”
Tidak bisa dipungkiri,
cerita di atas, walau fiktif, namun merupakan realita yang kerap terjadi di
sekitar kita. Di saat para pendidik berusaha menanamkan pembelajaran pada anak
melalui bermain, justru banyak orangtua yang terlalu memaksakan anaknya untuk
”belajar” sesuatu dengan metode konvensional yang diterapkan untuk orang dewasa
saja sudah tidak efektif lagi.
Berbagai teori
menyatakan bahwa anak-anak diibaratkan seperti kertas kosong yang bisa diisi
apapun. Ya, memang benar, demikian luar biasanya anak-anak, sampai-sampai
mereka bisa menghafal banyak hal di luar kepala. Pada masa inilah, anak berada
dalam fase golden age (usia emas). Karena itu, kemampuan
dan keterampilan anak harus segera ditumbuhkan sejak dini. berbagai les dan
kursus pun diujicobakan pada anak. Pada akhirnya, anak-anak pun tumbuh seperti
kertas berisi berbagai ilmu yang kumpulannya bisa membentuk sebuah buku. Orangtua outsourcing, istilah inilah
yang digunakan Muhammad Edy Susilo dalam tulisannya di Majalah Fahma beberapa
edisi yang lalu untuk menyebut tipe orangtua seperti ini.
Anak bukanlah
pembelajar pasif. Tapi mereka pembelajar aktif. Tahukah wahai para orangtua,
banyak teori belajar lain yang lebih modern telah dilahirkan. Teori
konstruktivisme menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif. Mereka
senantiasa merekam apa yang mereka lihat, dengar, sentuh dan rasakan. Mereka juga
sudah mampu menganalisis setiap interaksi mereka dengan lingkungannya. Tapi
sayang, kehebatan itu kita sia-siakan. Kita patahkan dengan teknik belajar yang
tidak sesuai. Mereka kita bentuk, bukan kita arahkan. Mereka kita isi, bukan
kita fasilitasi. Strategi belajar terbaik bagi mereka adalah apa yang kita
namakan dengan bermain. Bukan
duduk, diam, dengarkan, dan hafalkan.
Memang, sebagai
orangtua, kita pasti bangga ketika anaknya yang masih usia TK sudah bisa
membaca dan berhitung. Orangtua pasti semakin bangga ketika anaknya yang masih
kecil itu bisa menghafal berbagai kosakata dalam bahasa Inggris. Orangtua pasti
lebih bangga lagi jika memiliki anak yang selalu menurut ketika disuruh duduk
di meja belajar menghafalkan segala sesuatu yang dianggap perlu. Mengikuti
berbagai les yang melelahkan. Tapi tahukah kita, bahwa kebanggaan kita, bahwa
kebahagiaan kita sungguh membuat
anak-anak kita menderita!
Mungkin banyak orangtua yang jengkel ketika anaknya
sangat aktif bergerak, menaiki meja, memegangi benda yang menarik dan baru
dilihatnya, menggigit dan mengulumnya atau membongkar mainan yang baru dibeli.
Ada pula orangtua yang jengkel ketika ada anaknya yang menggambar tidak sesuai
dengan perintah ibu gurunya. Pun demikian ketika ada anaknya yang terus menerus
bertanya tentang sesuatu yang dia lihat. “Itu apa, Ma…?”, “Ini namanya apa,
Ayah…?”. Sampai ada orangtua yang menghardik, “Sudah diam…, jangan banyak
bertanya…!” Astaghfirullah….
Ada lagi
kejengkelan orangtua ketika melihat rumah berantakan setelah anaknya dan
teman-temannya bermain dokter-dokteran. Orangtua pasti sangat lebih jengkel
lagi ketika anaknya lebih asyik bermain galah di lapangan atau sekedar bermain
sepak bola dari pada duduk di meja belajar dan membaca.Tapi tahukah Anda, wahai para orangtua, bahwa seharusnya kita
berbahagia karena anak bahagia
karena kelak dia akan tumbuh menjadi individu yang kreatif dan cerdas. Karena sesungguhnya
ketika dia sedang membuat Anda jengkel, dia sedang belajar. Sebenar-benarnya
makna belajar bagi dia.||
Nur Muthmainnah,
Pendidik, tinggal di Yogya
foto lubi4stock.blogspot.com
Post a Comment