Karakteristik Pembelajaran Tematik


Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal (bawah) SD/MI sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Pelaksanaan pembelajaran tematik pada Kurikulum KTSP tidak cukup berhasil. Sayang sekali. Ini lebih karena kurangnya persiapan guru dalam pemahaman dan penguasaan pembelajaran tematik. Agar “kegagalan” tidak terulang lagi, yang perlu diantisipasi adalah kesiapan para guru dan perangkat yang mendukung berlangsungnya pembelajaran tematik.
Ada beberapa hal yang sangat penting untuk dipahami para guru dan orangtua, yaitu karakteristik pembelajaran tematik. Pertama, berpusat pada siswa (student centered). Menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Ini berimplikasi guru harus kreatif dan mau “repot” sebelum mengajar. Kedua, memberikan pengalaman langsung (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Ini berimplikasi pada tersedianya media dan sarana yang menunjang siswa untuk berpengalaman melakukan sesuatu yang kongkrit.
Ketiga, pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. Ini berimplikasi pada penentuan tema-tema. Ada tema-tema universal yang bisa sama setiap sekolah. Tetapi ada tema-tema yang harus berbeda sesuai dengan kondisi yang terdekat dengan siswa. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat. Ini harus disikapi oleh pihak pemerintah. Keempat, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kelima, bersifat fleksibel/luwes, di mana guru dapat mengaitkan bahan  ajar dari satu matapelajaran dengan matapelajaran lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan dan keadaan lingkungan  sekolah dan siswa berada. Keenam, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ketujuh, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan  Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa tidak semua mata pelajaran harus dipadukan dalam sebuah tema. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
Karena pembelajaran tematik diperuntukkan bagi kelas bawah SD/MI, maka kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. Keberhasilan pembelajaran tematik sangat ditentukan oleh peran guru. Guru harus kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya dalam suatu tema agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.

Dari sisi siswa, harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran untuk bekerja, baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

Drs. Slamet Waltoyo, Kepala Sekolah MI Al Kautsar Sleman
Powered by Blogger.
close