Peran Ayah dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Di
kompleks saya, terdapat seorang anak yang dihindari oleh kawanan anak yang
lain. anak itu adalah anak kecil berumur 3-4 tahun. Ibunya adalah seorang
pekerja negara yang sibuk dari pagi hingga petang sedangkan ayahnya adalah
lelaki tidak bekerja tetap.
Mengapa
dia dihindari oleh anak-anak yang lain? Sebabnya tidak lain karena dia seorang
anak yang menyenangi bermain namun tidak diajari oleh orangtuanya hak orang
lain. Bila dia suka dengan mainan anak-anak lainnya, dia cenderung merebutnya
dan kemudian membawa lari ke rumahnya. anak-anak yang mencoba melawan dan
merebut kembali tidak segan-segan dihardik bahkan dipukul oleh ayahnya yang
bertingkah laku bagai preman.
Sejak
saat itu, anaknya dikucilkan, bukan saja oleh teman-temannya, namun oleh
orangtua dari teman-temannya. Bila dia datang, maka mainan segera diungsikan ke
rumah, anak-anak dimasukkan ke dalam pintu dan dikunci dari dalam. Sejatinya
mereka melakukannya karena mereka tidak ingin anaknya berurusan dengan ayahnya
yang dianggap bodoh dan suka sekali dengan kekerasan. Dia mendapat hukuman
sosial, dikucilkan karena sesuatu yang dia sendiri belum memahami karena
keberingasan ayahnya.
Kisah
di atas ditulis oleh teman yang saya kenal dari jejaring sosial facebook.
Membaca kisah tersebut, terbersit pelajaran penting agar kita tidak pernah
menjadi seorang ayah yang hanya menganggap anaknya saja yang benar. Melindungi
memang kewajiban seorang ayah, namun melindungi seorang anak dari mengambil
mainan temannya lebih penting daripada melindungi anak yang berbuat dzalim. Anak
kecil memang tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar, namun seorang
ayah tentunya dapat membedakan mana yang harus diluruskan dan mana yang harus
dibela. Alih-alih anak merasa dibela, justru anak mendapat hukuman atas suat
hal yang dia sendiri belum mengetahuinya.
Peranan ayah sangat penting
dalam pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional antara ayah dan anak
ditentukan salah satunya oleh interaksi antara ayah dan anak itu sendiri.
Interaksi yang baik antara anak dan ayah ini mempengaruhi kecerdasan emosial
seorang anak yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil.
Disadari atau tidak, setiap
ayah menjadi panutan bagi anaknya. Seorang anak perempuan yang sering
menghabiskan waktu bersama ayah yang menyayanginya akan tumbuh dan mengetahui
bahwa dirinya berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan baik oleh lelaki, dan
figur serta nilai apa yang dicari pada suaminya nanti. Ayah dapat mengajarkan
anak laki-lakinya mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan dengan cara
mempraktekkan dan memperlihatkannya kepada mereka, seperti kejujuran,
kemanusiaan juga tanggungjawab. Seluruh dunia adalah sebuah panggung dan
ayah memainkan salah satu peran yang vital.
Bagaimana pun ayah punya peran
penting dalam pembentukan kepribadian si anak di masa depan. Kedua orangtua
diharapkan menunjukkan pada anaknya bahwa tanggungjawab keluarga itu memang
harus dipikul bersama-sama. Misalnya, mengasuh anak, bernyanyi, bermain dengan
anak-anak.
Kisah
di atas juga pelajaran penting bagi para wanita, agar mempelajari sifat calon suaminya
sebelum menerima lamaran. Bila tidak, siap-siaplah menanggung aib seumur hidup
akibat perangai suami yang kasar dan buruk. Karena di dalam masyarakat, sekaya,
dan sehebat apapun kita, bila tidak memiliki perangai beradab, alamat kita
hanya dipandang sebelah mata. Wallahu ‘alam bish shawab.||
Suhartono,
Pendidik, tinggal di Bantul
Post a Comment