PR Sarana Melatih IQ Anak
Suatu sore, saya mendapat SMS dari salah seorang
wali murid. ”Assalaamu’alaikum. Bu, hari ini tadi ada PR tidak ya? Kalau
ada, PR apa? Halaman berapa, bu?” Dengan cepat saya pun menjawab SMS tersebut, “Ada bu, bahasa Arab halaman 7, sesuai dengan
yang diajarkan dan dicontohkan di sekolah hari ini,”.
Di lain hari, saat pengumpulan PR, saya pun berkata
pada para murid, “Anak-anak, PR nya dikumpulkan di meja bu guru ya?”.”Ya…Ustadzah,”
jawab anak-anak. Tapi di pojok bangku kelas, ada anak yang mengangkat tangannya,“Maaf
Ustadzah, saya belum mengerjakan PR karena kemarin tidak belajar,” kata anak itu
sambil tertunduk.
PR anak sebenarnya sebuah pekerjaan yang ringan dan
sederhana.Tetapi kalau tak tahu rahasianya, ia bisa menjadi pekerjaan yang
berat dan sulit.Cerita di atas menggambarkan betapa PR membutuhkan semua kerjasama,
orangtua, anak, serta guru di sekolah. Tidak hanya sampai berhenti di sekolah
saja, tapi juga berlanjut di rumah untuk memastikan lagi PR tersebut.
Selama ini, PR memang seperti menjadi momok dalam
sejarah panjang pendidikan anak. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada kerjasama yang
harmonis antara rumah dan sekolah. Kemudian, bagaimana cara kita menciptakan
suasana yang renyah supaya PR itu menjadi sederhana dan ringan serta bisa
menjadi sarana mengasah IQ anak?
Pertama :Komunikasi dengan
guru. Membuka jendela komunikasi antara
orangtua dengan guru diperlukan guna mengetahui informasi pembelajaran yang ada
di sekolah.Orangtua harus tahu apakah anak akan mendapatkan PR setiap hari.
Orangtua juga harus tahu sejauh mana keterlibatan dalam membantu anak mengerjakan
PR sehingga orangtua bias menceritakan kebiasaan anak dalam mengerjakan PR
kepada guru.Misalnya anak suka menggambar, maka mungkin saja PR nya ada gambarnya.Hal
ini perlu kita tanyakan untuk melihat bagaimana penilaian guru terhadap PR anak.
Kedua, :Menumbuhkan motivasi
anak terhadap PR. Ada beragam sikap anak jika dia dapat PR. Ada yang sangat
senang jika ada PR sehingga dia bias mengasah kemampuannya. Ada juga yang itu menjadi
beban anak. Nah, sebagai pendidik di rumah dan di sekolah harus terus
menumbuhkan sikap motivasi yang positif terhadap PR. Bahwa PR itu hal yang
sangat mudah dan menyenangkan.
Ketiga :Tumbuhkan dan latih
sikap tanggungjawab. Ada orangtua yang cenderung tidak sabar melihat anaknya
mengerjakan PR karena anak tidak paham. Ada pula orangtua yang selalu ingin
instan dengan mengerjakan PR anaknya biar cepat selesai. Hal tersebut sama-sama
tidak baik karena tidak memberi contoh tentang tanggungjawab yang baik. Orangtua
harus selalu sabar, memberikan pengertian, menemani, menjawab pertanyaan anak, memotivasi,dan
memberi teladan tentang tanggungjawab dalam mengerjakan PR.
Keempat :Pahami gaya belajar
anak. Orangtua harus membicarakan dan menerima ide dari anak tentang kapan dia
mengerjakan PR (habis makan, selesai bermain, selesai shalat, atau waktu yang
lainnya), serta di mana mengerjakan PR (di kamar, di ruang tamu, atau di teras rumah).Orangtua
juga harus konsisten pada jam belajar anak. Anak tidak diperbolehkan menonton televisi
atau bermain sambil mengerjakan PR. Matikan televisi dan singkirkan alat
permainan saat anak sedang mengerjakan PR.
Kelima :Jadikan PR
sebagai sarana mengasah IQ anak. Manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan segala kesempurnaannya.Orangtua
harus memahami dan meyakini bahwa anak adalah anugerah yang paling indah yang diberikan
Rabb kepada hamba-Nya yang mempunyai kelebihan
dan kekurangan.Setiap anak mempunyai bakat dan kecerdasan. PR merupakan sarana mengasah
sejauh mana kemampuan anak dalam menyelesaikan materi yang telah diajarkan di
sekolah. Apakah dia sudah tuntas atau paham pada materi itu atau belum. Sehingga
nantinya orangtua dan sekolah bias menilai dan melakukan langkah-langkah
preventif untuk membimbing anak untuk lebih baik lagi.||
Iin Sulastri
Pendidik di SDIT Hidayatullah, Sleman, Yogyakarta
Post a Comment