Godaan Baru: TV Berlangganan untuk Anak
“Wah,
sejak ada “Junior TV”, anak saya jadi
tenang dan diam”, ujar seorang ibu muda dengan mata berbinar. Tak lupa ia
mengucapkan, “Alhamdulillah, ya...”
Kalau ingin agar anak menjadi diam, maka
tujuan si ibu tersebut tentu sudah tercapai. Namun, apakah kondisi diam
tersebut adalah hal yang paling baik untuk anak? Sayang, jawabannya adalah
tidak! Para ahli memercayai bahwa pada usia emas perkembangannya, anak sangat
memerlukan latihan motorik kasar maupun halus.
Anak-anak perlu bergerak, melompat-lompat,
berlarian dan melakukan gerakan lain. Pada saat itulah sel-sel di otak maupun fisiknya
mendapat stimulasi latihan yang diperlukan. Namun banyak orangtua yang keliru
memahami keaktifan anaknya dengan menyebut anak mereka nakal dan sulit diatur.
Seorang ibu sering kesal karena anaknya gemar memukul-mukul panci dengan sendok.
Ia tidak menyadari bahwa bagi anak, mainan tidak selalu berupa mobil-mobilan,
boneka dan yang sejenisnya. Apa pun bisa menjadi mainan, termasuk panci, ember
atau wajan.
Pada saat yang sama, keaktifan anak
sering “memaksa” orangtua lebih mengeluarkan energi ekstra untuk mengawasi anak.
Konsekuensinya, orangtua menjadi lebih lelah. Kalau begini, kapan bisa nyaman
beristirahat? Kapan bisa leyeh-leyeh sembari
mengutak-atik smartphone?
Orangtua lalu berpaling pada perangkat
yang dianggap bisa mengalihkan perhatian anak. Pilihan jatuh pada sebuah kotak
bernama televisi. Tetapi, kini para orangtua sudah mengetahui bahwa ada banyak
kritikan yang ditujukan pada media yang satu ini, seperti tayangan yang tidak
sesuai dengan usia anak-anak.
Nah, pada titik inilah kemudian para
pemodal hadir dengan televisi yang konon lebih aman untuk anak-anak. Berbeda
dengan televisi konvensional yang gratis atau free to air, tayangan ini berbayar. Dengan bekal penelitian
mengenai perilaku konsumen yang detil, mereka menggunakan gimmick pemasaran yang canggih untuk membujuk masyarakat agar
berlangganan. Label “TV for Baby”, “Kid” atau “Junior”, digunakan untuk mencitrakan
bahwa tayangan TV ini aman dan bersahabat bagi anak. Anda tinggal duduk santai,
maka anak-anak akan belajar sendiri dari televisi. Mungkin begitulah yang
dijanjikan oleh para vendor televisi berlangganan.
Untuk pemasaran, mereka tidak hanya
beroperasi di mall-mall, tetapi kini juga mulai merambah pasar-pasar
tradisional. Persaingan antarvendor membuat mereka tidak segan-segan
menggunakan sales promotion yang “jor-joran”. Bayangkan, konsumen bisa free trial televisi ini selama tiga bulan;
bebas biaya peralatan maupun pemasangan.
Harapan vendor, karena calon pelanggan sudah
menikmati tayangan ini selama tiga bulan—sekitar 90 hari—maka hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Akan ada
yang hilang bila pada bulan keempat konsumen memutuskan untuk tidak jadi
berlangganan. Oleh karena itu, tidak heran jika data menunjukkan bahwa pasar televisi
berlangganan di Indonesia tumbuh signifikan.
Namun, TV berlangganan sebenarnya tetap
bukan merupakan “sahabat” bagi orangtua dalam mendidik anak. Sebagian besar
kritik yang ditujukan pada TV konvensional juga masih berlaku untuk TV
berlangganan.
Yakinlah bahwa anak-anak tidak
memerlukan TV berlangganan karena bagi mereka ada yang jauh lebih menarik ketimbang
tayangan televisi. Apakah itu? Jangan kaget karena jawabannya adalah: Anda,
orangtuanya. Namun, harus segera saya tambahkan, yang disukai oleh anak-anak
bukanlah orangtua yang selalu bermuka masam karena sudah terlalu capai oleh
pekerjaan. Pun bukan orangtua yang merasa sudah menunaikan kewajiban dengan
membelikan mainan-mainan mahal.
Orangtua yang disukai oleh anak adalah
orangtua yang mau bermain bersama-sama anak dan bukan hanya menyuruh anak
bermain. Orangtua yang selalu ceria di muka anak kendati banyak persoalan sedang
menghimpit. Orangtua seperti ini tidak bisa dibandingkan dengan televisi
berlangganan yang semahal apa pun.
Akhirul kalam, marilah kita
mendidik anak dengan sederhana, karena, apa lagi yang lebih indah dari pada
kesederhanaan?
M Edy Susilo
Dosen FISIP UPN Veteran Yogyakarta
Foto artikelkesehatananak.wordpress.com
Post a Comment