Kisah Cerdas : Kayu Bakar Kecil
Assalaamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Ayah
bunda, pendidik dan pengasuh anak-anak di manapun Anda berada, selamat berjumpa
lagi dengan kisah Fahma. Semoga salam sejahtera menyertai kita semua dalam
mengemban amanah mengasuh dan mendidik anak. Semoga kisah Fahma edisi ini bisa
menjadi pilihan untuk membelajarkan tentang nilai mulia kepada putera puteri Anda
sekalian. Selamat menyimak.
Kayu Bakar Kecil
Abu Yazid al Bustami sedang menunaikan shalat
tahajud. Tiba-tiba putranya yang masih kecil menyusul berdiri shalat di
sampingnya. Memperhatikan kehadiran putranya yang ikut shalat malam, Abu Yazid
merasa kasihan. Pada umumnya anak
seusianya tidur pada malam yang larut. Apalagi malam itu udara terasa begitu
dingin. Bahkan orang dewasa pun merasa berat meninggalkan tempat tidurnya.
Abu Yazid berkata kepada putranya, “Tidurlah wahai
anakku! Malam masih panjang.”
Putranya menjawab, “Mengapa ayah shalat?”
Abu Yazid menjawab, “Anakku, aku memang dituntut
untuk shalat malam.”
Putra Abu Yazid mengucapkan bacaan hafalan Alquran yang dimilikinya,
sesungguhnya aku menghafal Alquran yang bunyinya, “Sesungguhnya Tuhanmu
mengetahui bahwa kamu berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam atau satu
perdua malam atau satu pertiga malam. Dan demikian pula segolongan orang-orang
yang bersama kamu (nabi).”
“Lalu siapa orang-orang yang berdiri shalat bersama
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam?”
kata putra Abu Yazid.
Abu Yazid menjawab, “Tentu saja para sahabat
beliau.”
Putra Abu Yazid mengatakan, “Jangan menghalangiku
untuk meraih kemuliaan menyertaimu dalam ketaatan kepada Allah.” Abu Yazid
diliputi rasa kagum dan mengatakan, “Anakku, kamu masih kecil dan belum
mencapai usia dewasa.”
Putranya menjawab, “Ayah, aku melihat ibu sewaktu
menyalakan api. Ibu memulai dengan potongan-potongan kecil untuk menyalakan kayu-kayu yang besar. Maka
aku merasa takut Allah akan memulai dengan kami para anak kecil sebelum orang
dewasa pada hari kiamat nanti. Jika kita lalai dari ketaatan kepada Allah.”
Abu Yazid pun tersentak dengan perkataan putranya
itu. Juga merasa kagum dengan rasa takutnya kepada Allah walaupun masih kecil. Abu
Yazid berkata, “Anakku berdirilah. Kamu lebih berhak dengan Allah daripada
ayahmu.”
Subhanallah. Putra Abu Yazid yang masih kecil itu memberikan pelajaran dalam ketaatan
kepada Allah semenjak kecil. Ia bisa mengambil pelajaran hikmah dari peristiwa
ibunya ketika membakar kayu. Peristiwa itu membimbingnya untuk menjadi anak
yang taat kepada Allah.
Sumber : Ensiklopadi Kisah Generasi Salaf.
Asnurul Hidayati,
Ibu Rumah Tangga, tinggal di Prambanan Sleman
foto menggapaijalanterindah.blogspot.com
Post a Comment