Memakmurkan Masjid dengan Ikhlas



Masjid itu termuliakan. Tinggi derajatnya dan agung kedudukannya. Sesungguhnya masjid itu hanyalah kepunyaan Allah. Sesiapa mendatanginya bagaikan tamu bagi Allah. Hendaklah ia berlaku amat sopan di dalamnya.
Janganlah seorangpun mengibadahi  siapapun selain Allah di dalam masjid.
Di masjid-masjid yang Allah perintahkan agar dibangun dan dimuliakan, serta banyak disebut nama-Nya di sana, lewat tasbih dan shalat di pagi maupun petang hari. Merekalah lelaki sejati yang tidak tersibukkan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah dan mendirikan shalat (An Nur: 36-37)
Membangun dan memuliakan masjid itu diperintahkan. Juga dijanjikan balasan sangat menguntungkan bagi yang melakukannya. Tidak hanya membangunnya dari tiada. Termasuk di dalamnya, menguatkan, membangun, membersihkan, memperbaiki dan menghindarkannya dari segala sesuatu yang bisa merusak masjid. Memuliakan dengan menghilangkan najis pengotor darinya. Meredam berbagai hiruk pikuk pengganggu ibadah di dalamnya. Menyingkirkan berbagai barang dan amalan yang mengotori keagungan masjid sebagai baitullah.
Menyebut Asma Allah di masjid adalah pilar memakmurkan masjid. Mengumandangkan azan penanda shalat lima waktu, menyerukan iqomah tanda segera dilaksanakan shalat, penegakkan shalat jama’ah nan khusyuk. Membaca kitabullah, mengajarkan cara membaca Alquran yang benar. Penelaahan makna firman Allah Ta’ala dan tentu saja seruan untuk meninggalkan segala bentuk kemusyrikan.
Di dalam masjid itu ada orang-orang yang bertasbih memujinya di pagi dan sore hari. Karena hati mereka selalu terpaut dengan masjid. Mereka mengetahui kedudukan dan hak-hak rumah Allah ini. Mereka senantiasa menjaga apa yang harus ditegakkan di dalamnya.
Orang-orang yang tidak beriman tidak patut memakmurkan masjid. Hati mereka sama sekali tidak menghormat kepada pemiliknya. Tidak menyakini adanya balasan kebaikan pada segala bentuk upaya memuliakan masjid.
Yang sepatutnya memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah: 18)
Iman menjadikan mereka terdorong memakmurkan masjid. Demikian juga sebaliknya, ketekunan memakmurkan masjid semakin menjaga dan menguatkan iman.
Mereka beriman bahwa Allah sebagai Rabb, Pencipta, Pemberi rezeki, Pemberi nikmat dan Pemberi karunia. Dia beriman kepada nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang mulia. Dia beriman bahwa Allah-lah satu-satunya sesembahan yang berhak disembah, tak ada sesembahan lain yang berhak disembah selain dia. Dia tunduk dan bersandar kepada-Nya. Dia pun meminta segala kebutuhan dan keinginan kepada-Nya, yakin bahwa tidak ada jalan keluar kecuali kepadaNya, tidak berdoa kecuali kepada-Nya, tidak meminta kecuali kepadaNya, tidak beristighatsah kecuali kepada-Nya, tidak berkurban kecuali untuk-Nya, tidak meminta pertolongan dan perlindungan kecuali dari Allah.
Maka generasi berakidah yang rusak, madzhab yang rusak, pemikiran yang menyimpang, sejatinya dia tidaklah suka memakmurkan masjid. Demikian juga generasi pencinta syahwat dunia mesti sulit menjadikan dirinya betah di masjid. Pantatnya bagaikan dicocok duri dan kulitnya seperti digerah api ketika di masjid.

Generasi yang tumbuh terasing dari lingkungan masjid akan mudah mendekat kepada majelis senda gurau dan hiburan. Merasa jengah dan kurang nyaman mendekat kepada baitullah. Tentunya kita sepakat untuk tidak mendapat penerus macam begini. Jika begitu tidak ada jalan lain kecuali memberi teladan, membiasakan, memotivasi, dan mementingkan upaya pendidikan kader masjid bagi anak-anak kita. 

Bagus Priyosembodo, Redaktur Senior Majalah Fahma
gambar : islampos.com
Powered by Blogger.
close