Membentuk Mindset Positif
Mindset adalah cara berpikir, yakni keyakinan seseorang yang mempengaruhi perilaku
(behavior) dan sikap (attitude) seseorang, yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidup (baca: nasib) seseorang. Karenanya mindset sering dimaknai
dengan kepercayaan (belief), atau sekumpulan kepercayaan (set of
belief). Mindset, baik yang disadari ataupun tidak, akan menentukan cara berpikir,
berkomunikasi, dan bertindak. Membentuk belief
atau mindset positif menjadi
kebutuhan bagi setiap orangtua/guru yang menghendaki kesuksesan bagi
anak-anaknya.
Betapa pentingnya membentuk mindset positif, karena akan membentuk perilaku yang positif, dan betapa berbahayanya jika mindset negatif yang terbentuk pada seorang anak, karena akan
membentuk prilaku yang negatif. Allah Ta’ala berfirman dalam Alquran, QS Ar Ra’du ayat 11, yang artinya “Sesungguhnya
Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa-apa yang pada diri mereka”.
Mengubah apa-apa yang pada diri mereka, dapat diartikan merubah mindset atau belief, dan mengubah mindset
berarti mengubah nasibnya. Setelah diketahui betapa
pentingnya mindset positif bagi
kesuksesan seseorang dan betapa berbahayanya mindset negatif jika terbentuk pada diri anak, maka perlu adanya
upaya-upaya untuk membentuk mindset positif
sejak masa usia dini.
Untuk mempermudah pemahaman tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan
oleh pendidik atau orangtua, perlu diketahui terlebih dahulu tiga masa penting
dalam pembentukan mindset sebagai
berikut:
Pertama, masa dalam kandungan. Banyak kasus-kasus
trauma mental dalam praktek-praktek hypnosis dan hipnotherapi diketahui
penyebabnya adalah sejak masa dalam kandungan/prenatal. Hal ini dimungkinkan
karena memori
secara utuh telah terbentuk sejak usia kehamilan 3 bulan. Hal-hal yang dapat
diupayakan untuk membentuk mindset positif pada masa ini antara lain: menjaga
kestabilan emosi ibu, memberi
stimulasi pendidikan, antara lain: diperdengarkan musik yang memiliki
ritme-irama baroque, atau jenis stimulan audio lainnya seperti lantunan bacaan
Alquran,
atau bahkan, lagu nina bobok, hafalan, dasar-dasar bahasa dan lain-lainnya. Rangsangan
pendidikan lainnya dapat diberikan melalui sentuhan secara fisik.
Kedua, Masa Kritis I Pembentukan Mindset
(masa lahir
sampai usia 3 tahun). Pada masa ini
fungsi pikiran sadar anak belum terbentuk, sehingga filter mental terhadap
segala rangsangan dari luar sama sekali belum berfungsi. Hal ini menyebabkan
hampir seluruh pengalaman inderawi yang melibatkan emosi intens
sepenuhnya diserap dan disimpan di pikiran bawah sadar. Maka dapat dipastikan
pengalaman postif maupun negatif yang diterima anak-anak pada masa ini akan
membentuk belief.
Upaya yang
dapat dilakukan agar terbentuk belief/mindset
positif pada anak, antara lain: 1) menerima anak apa adanya dengan segala
keunikan yang dimilikinya; 2) menjalin komunikasi yang positif dan hangat; 3) tidak
menuntut anak secara berlebihan; 4) memahami setiap tahap dalam perkembangannya,
serta 5) mendoakannya selalu.
Ketiga, Masa Kritis kedua Pembentukan Mindset (usia 3 sampai 8
tahun). Pada
masa ini telah terbentuk fungsi pikiran sadar anak yang berimplikasi pada
pembentukan filter mentalnya. Dalam
pembentukan nilai
dan keyakinan, masa ini termasuk dalam fase tanam,
yaitu fase dimana terjadi penyerapan pengalaman inderawi yang melibatkan emosi
intens ana-anak terutama dari orangtuanya sebagai pendidik pertama dan utama.
Pada fase ini
upaya pembentukan belief positif
mulai menghadapi perlawanan dari pikiran bawah sadarnya, terutama setelah anak
berusia 3 tahun. Untuk mengurangi perlawanan tersebut, proses stimulasi perlu melibatkan emosi yang sangat intens atau
dalam suasana tenang
dan menyenangkan.
Beberapa upaya
yang bisa dilakukan dalam membentuk belief
positif pada masa ini antara lain: 1) Melibatkan anak-anak dalam
kegiatan hoby, 2) membacakan cerita-cerita
imajinatif dan inspiratif, 3) menciptakan
lingkungan literacy dengan gambar, simbol, maupun tulisan,
4) membangun
forum diskusi keluarga,
5) membiasakan diri melakukan aktivitas sesuai prinsip dan aturan yang dibuat
bersama dalam keluarga, 6) menerapkan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) secara
proporsional,
7) terapi dengan ahlinya.
Besarnya pengaruh belief dalam kehidupan kita, menuntut kita untuk benar-benar mengerti dan memahami mekanisme atau
cara kerjanya. Beberapa prinsip kerja belief sebagai berikut: a) Begitu belief terbentuk, maka semakin lama akan
semakin kuat efeknya, b) Subconscious/otak
bawah sadar akan menjalankan apa yang telah tertulis dalam belief saja, c) Belief akan mempertahankan eksistensinya atau kehidupannya
dengan segala cara, d) Beberapa belief
mengkristal menjadi value, yakni apa
yang kita yakini sabagai sesuatu yang berharga, bernilai, penting atau
signifikan dalam hidup kita. Penting dan berharga ini bersifat sangat
subyektif, sehingga setiap orang bisa memiliki value yang berbeda-beda pula. Value disebut juga sebagai core belief.
Dari uraian di atas, makin jelaslah bahwa pendidikan anak usia dini
(PAUD) memiliki peran yang sangat kuat dalam membentuk karakter dan kepribadian
anak, bahkan menuntun pada pencapaian kesuksesan nasib mereka. Dengan
pembiasaan-pembiasaan yang positif, dari ucapan, tindakan dan penampilan, akan
membentuk cara berfikir mereka sampai pada akhirnya membentuk karakter dan
kepribadian mereka.||
Umi Faizah, S.Ag., M.Pd, Ketua STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta.
Post a Comment