Anakku, Engkau Harus Bangga Menjadi Muslim



Aulia, Hasany, dan Rasikh sayang, tahu nggak, kenapa kita harus bersyukur dan bangga menjadi seorang muslim? Misalnya begini. Kalau Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh ingin pergi berlibur ke rumah kakek-nenek di Ciamis, kira-kira apa yang diperlukan dan harus dipersiapkan, sehingga rencana liburannya terlaksana dan berlangsung sebagaimana yang diinginkan? Yang pasti, pertama, tempat yang akan dituju harus jelas. Tahu pasti di mana lokasinya. Ketidakjelasan tujuan membuat Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh tidak tahu harus naik kendaraan yang mana, turunnya di mana, berapa lama waktu tempuhnya, dan seterusnya.
Nah, Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh sayang, dengan menjadi seorang muslim, insya Allah, kalian tidak akan mengalami peristiwa kebingungan seperti itu. Alhamdulillah, Allah Ta’ala memberi kita semacam peta yang sangat lengkap dan detail tentang apa yang harus dituju atau apa yang harus menjadi tujuan dalam hidup bagi setiap muslim dan bagaimana cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Lebih keren lagi Allah Ta’ala melalui Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara jelas dan detail memberitahukan dan menganjurkan sikap-sikap terbaik apa yang harus kita tunjukkan dan pegang teguh ketika dalam perjalanan menuju tujuan terjadi hal-hal yang tidak terduga, tidak dikehendaki dan lain sebagainya.
Dan satu hal yang pasti, insya Allah, Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh akan tetap bersemangat untuk melanjutkan perjalanannya sampai ke tujuan akhir, meskipun harus melalui hal-hal yang dianggap tidak menyenangkan. Lillaahi Ta’ala, keridhaan, kecintaan, dan karunia Allah Ta‘ala terbukti secara empiris ilmiah menjadi alasan yang sangat kuat dan tidak tertanding  oleh motivasi apa pun bagi manusia dalam memulai, memelihara, dan melanjutkan sebuah perilaku atau usaha.  
Karena Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh tahu dan percaya bahwa apa yang dilakukan akan diapresiasi dan dicatat oleh Allah Ta’ala sebagai sebuah kebaikan di sisi-Nya, maka ketiadaan pujian, penghargaan, dukungan, atau persetujuan dari orangtua, guru, teman, dan lingkungan tidak akan mengurangi kesungguhan dan keajegan  kalian dalam berusaha. Karena Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh tahu dan percaya bahwa Allah Ta’ala senantiasa menghendaki kebaikan, kemudahan, kebahagiaan, dan keselamatan bagi setiap hamba-Nya, maka kesulitan, persoalan, dan hambatan yang ditemui tidak akan menyebabkan Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh jadi gampang menyerah dan berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala.
Jadi, dengan menjadi seorang muslim artinya Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh insya Allah akan terhindar dan terlindungi dari hal-hal yang tidak perlu dan tidak penting untuk dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan. Contohnya, ketika Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh melakukan sesuatu, apa pun bentuk dan jenis kegiatan yang dipilih, dengan tujuan ingin mendapatkan pengakuan, penghargaan, dukungan, atau persetujuan dari orangtua, guru, teman, dan lingkungan, maka Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh akan sangat rentan untuk mengalami kecewa, kesal, marah, curiga, dan emosi-pikiran negatif lainnya ketika apa yang menjadi tujuan tidak tercapai.
Akan berbeda ceritanya ketika Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh melakukan segala sesuatu, apa pun pilihan kegiatan yang dilakukan, karena mengharapkan rahmat, cinta, karunia, dan ridha Allah Ta’ala. Ketiadaan pengakuan, penghargaan, dukungan, atau persetujuan dari orangtua, guru, teman, dan lingkungan tidak akan mempengaruhi kesungguhan  Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh untuk tetap dan terus menerus mempersembahan amalan yang terbaik karena memang bukan untuk itu Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh melakukannya. Dengan senantiasa melibatkan Allah Ta’ala dalam setiap pilihan kegiatan yang dilakukan, sejak awal, proses, sampai akhir kegiatan, maka insya-Allah pasti Mbak Lia, Mas Hasany, dan Mas Rasikh akan senantiasa antuasias dan bersungguh-sungguh mempersembahkan amalan yang terbaik.||

Irwan Nuryana Kurniawan, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Foto : Anak-anak MI Darussalam Selokerto, Sleman
Powered by Blogger.
close