Bersiap Menghadapi Baligh
Sore itu, menjelang
magrib terjadi percakapan seorang ibu dengan anaknya yang kala itu sedang asyik
dengan permainannya. “Nak, ayo bermainnya berhenti dulu sudah masuk waktu
magrib, ke masjid ya!” Kata ibu itu. Anak yang sudah duduk di kelas enam itu
menjawab dengan nada yang lembut , “Sebentar ibu shalatnya, lagian kan aku juga belum balig. Kata guruku di
sekolah kalau belum baligh belum wajib untuk shalat.”
Kisah di atas
tersebut mungkin pernah terjadi di kehidupan di rumah kita. Nah, bagaimana kita
sebagai orang tua menyikapi hal tersebut? Ada kisah yang akan ditemui pada
waktu yang akan datang, kisah ini bermula dari ada seorang bapak yang tertatih-tatih
berjalan di atas shirathal mustaqim,
dan akhirnya tergelincir, namun terselamatkan berkat doa tulus dari anaknya. Rabbighfirlii waliwaalidayyaa warhamhumma
kamaa rabbayaanii shaghiiraa. Subhanallah.
Sebaliknya ada juga
kisah di jaman Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam ketika ada seorang anak yang hendak dihukum karena
mencuri, namun anak tersebut menginginkan keadilan dengan meminta ibunya yang
dihukum, karena ibunyalah yang mengajarkan ia untuk mencuri. Na’udzubillah.
Dari latar belakang
kisah di atas orang tua diajak untuk membimbing anaknya ke dalam kebaikan. Dalam
Islam, anak adalah fase pemula dalam rentang kehidupan manusia. Ada dua fase
yang harus diperhatikan para orang tua yaitu pertama : fase pra baligh (belum dewasa ) dan kedua adalah fase baligh (dewasa). Setiap orang tua mempunyai tugas
untuk mempersiapkan dan mendampingi anak-anaknya dalam menghadapi masa akil
baligh. Orang tua juga harus membimbing anak-anaknya mengenal Allah dan belajar
disiplin pada fase pra balig untuk persiapan di usia baligh. Banyak orang tua
yang tidak menyadari datangnya masa baligh anaknya. Tiba-tiba para orang tua
sudah mendapati putranya berubah suaranya, berubah penampilannya. Pada fase
baligh seseorang sudah bertanggung jawab secara langsung terhadap seluruh
ucapannya, sikap, tindakan yang dia lakukan, baik kepada Allah Ta’ala maupun kepada manusia.Orang tua
harus tahu kapan masa itu terjadi pada anaknya, sehingga bisa menjelaskan
tentang apa saja yang akan mereka alami dan apa-apa pula yang mereka harus
lakukan pada masa itu. Melihat kondisi pada zaman sekarang ini, dengan berbagai
macam tantangan ,terutama dari segi teknologi modern, yang anak-anak sering
terpapar hal- hal pornografi yang tidak layak konsumsi, dimana usia baligh pada
anak sekarang bisa datang lebih awal dari umumnya terjadi pada masa yang lalu. Jadi
orang tua harus jeli dan memahami tanda-tanda baligh yang terjadi pada anaknya
sehingga bisa terjadi komunikasi lanjutan.
Saya kagum dengan
cerita teman, pada saat itu anaknya yang laki-laki memasuki usia baligh dengan
membuka sebuah percakapan “ Nak, kini sudah tiba saatnya bagimu untuk
bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kau sudah baligh dan dewasa. Dan Ibu
tidak bisa membantumu dalam mempertanggungjawabkan semua ucapan dan
perbuatanmu. Allah Ta’ala selalu
mencatat apapun amalan yang kamu perbuat, maka berhati-hatilah dalam melakukan
sesuatu.” Subhanallah... Seperti kisah Usamah bin Zaid, pemuda hebat yang pada
usia belianya 13 tahun sudah dipercayakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memimpin pasukan Islam menakhlukkan
bangsa Quraisy, Persia, dan Romawi.
Umar bin Khatab RA,
menjelaskan pendidikan anak dalam tiga bagian. Untuk 0-7 tahun yang pertama orang tua harus
memberikan kasih sayang yang tulus serta disiplin, dengan mengajarkan adab
makan, minum, istinja’,tidur, dan lain-lain. Pada 7 tahun yang kedua, kenalkan
Allah dalam segala kehidupannya. Penjelasan surga dan neraka, halal dan haram,
baik dan buruk, jelaskan perbuatan yang pertama kali akan dihisab di alam
kubur, ajarkan dan biasakanlah anak dengan Alquran, jelaskan hak-hak dan
kewajibannya, dan tumbuhkan sikap percaya diri dan tanggung jawab atas apa yang
diperbuatnya. Pada 7 tahun yang ketiga, perlakukanlah anak sebagai seorang yang
dewasa,menjaga agar selalu berteman dengan orang-orang yang shalih dan shalihah.
Wallahua’lam bis shawab.
Iin Sulastri, Guru
SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta
Post a Comment