Budaya Konsumtif dan Budaya Baca
Oleh Testiani Makmur
Mengawali tulisan ini teringat dengan masa-masa pelesiran ke Hongkong, Malaysia dan Singapura tentang perilaku masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif. Hampir pula terbawa arus dahsyat konsumtif dinegara orang lain dan Alhamdulillah tidak jadi karena bekal “Money cash” sengaja dibawa pas-pasan. Walaupun waktu itu ada kartu kredit untuk wanti-wanti saja. Tetap tidak dipergunakan karena niat kesana bukan untuk shopping melainkan belajar.
Mengawali tulisan ini teringat dengan masa-masa pelesiran ke Hongkong, Malaysia dan Singapura tentang perilaku masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif. Hampir pula terbawa arus dahsyat konsumtif dinegara orang lain dan Alhamdulillah tidak jadi karena bekal “Money cash” sengaja dibawa pas-pasan. Walaupun waktu itu ada kartu kredit untuk wanti-wanti saja. Tetap tidak dipergunakan karena niat kesana bukan untuk shopping melainkan belajar.
Apa yang dialami, teman-teman pada borong-borong dengan gila-gilaan baik di Malaysia, Hongkong, dan Singapura. Mulai borong barang barending hingga makanan biasa-biasa saja. Mungkin sangat lumrah dan wajar saja karena mereka beralasan kapan lagi bisa kesana!!! It’s okey whatever opinion, right because your life is choice. Dari sanalah berkesimpulan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia sangat konsumtif.
Budaya konsumtif hanya berlaku pada barang-barang tertentu tidak berlaku pada konsumtif membeli buku dan bersedekah. Baik dikalangan pendidikan maupun dikalangan awan, baik dikalangan akademis maupun diarea public, baik dikalangan orang tua, dewasa maupun anak-anak. Budaya baca itu hilang dan tidak terbiasa ditumbuhkan dari kalangan keluarga. Kurangnya budaya baca di Indonesia sekan-akan mencermin dan menegaskan bahwa Indonesia Negara tertinggal. Dan baru-baru ini disalah satu jurnal internasional menjelaskan bahwa Indonesia termasuk Negara minat baca paling rendah yaitu diperingkat ke 29 sangat jauh ketinggalan dengan Negara tetangga “Malaysia dan singapura”.
Jika minat baca rendah otomatis akan susah mengajak masyarakat Indonesia untuk maju, berkompetisi dan bagaimana bisa setara dengan Negara-negara barat yang hampir setiap jam penduduknya menghabiskan waktu untuk membaca dimana dan kapanpun. Padahal kita hidup dunia peradaban ilmu berkompentisi dengan skill dan ilmu. Bahkan agama islam sangat jelas mempaparkan tentang penting membaca “iqro” karena dengan mencintai membaca seakan-akan sedang mempelajari sejarah masa lalu, sekarang dan masa mendatang. Seakan-akan membaca bisa menganalisa apa terjadi dikemudian hari. Termat sering pula kita mendengar bahwa membaca adalah jendela dunia. Kenapa masih banyak rakyat Indonesia tidak tertarik untuk membaca agar bisa bertarung dipentas pemikiran. Seperti dijelaskan seorang ustad bahwa untuk kemajuan bangsa atau agama dengan perang pemikiran bukan dengan senjata.
Atau bisa jadi kenapa kita tidak tertarik membaca karena tidak ingin mengetahui banyak hal, atau bisa jadi terindikasi kita bukan petarung ulung sehinga tidak membutuh bacaan, atau bisa jadi dahulu hingga sekarang kepemimpin bangsa Indonesia tetap sebagai Negara hedonism/konsumtif. Padahal jiwa konsumtif menghancurkan peradaban bangsa. Seperti dijelaskan Prof disuatu pertemuan serahsehan regenerasi kepemimpinan antara lain (1) berdampak pada etika maupun perilaku atau psikologis, (2) terjangkitnya virus hedonism diseluruh kampus Indonesia sudah level akut, (3) terbentuknya jiwa-jiwa nepotisme dan korupsi. Kesemua itu bermuara dari budaya konsumtif. Lebih bahaya lagi para perilaku komsuntif jauh dari keyakinannya, maka akhir dari segala itu emosionla, hilangnya jiwa toleransi dan pedangkalan pemikiran.
Bagi kita sebagai berpendidikan, akademis, pemimpin bangsa dan orang-orang cerdas terus meningkatkan budaya baca agar tidak terjadi pendangkalan pikiran. Jangan asyik dengan gadget maupun smarphone belaka.
Selamatkan bangsa Indonesia, majukan bangsa Indonesia dan harumkan nama bangsa Indonesia dikencah internasional dengan pemikiran global yang terlahir dari budaya baca bukan sebaliknya mengharumkan bangsa Indonesia dengan prestasi korupsi, konsumtif, pergaulan bebas, anarkis dan narkoba
Secara pribadi mengapresiasi bagi pegiat rumah baca, taman baca masyarakat, perpustakaan keliling, rumah pintar dan sahabat-sahabat penggerak budaya baca dengan terus menerus berkarya tanpa meminta penghargaan dari siapapun, hanya tujuan membangkit anak-anak bangsa untuk literasi informasi.
Tulisan : Testiani Makmur Twitter Testiani Makmur
Post a Comment