Rezeki Barakah untuk Keluarga

Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Mari kita renungkan sejenak sabda Nabi Muhammad shallaLlahu 'alaihi wa sallam, khususnya bagi saudara-saudaraku yang sedang bergemuruh ambisinya untuk segera kaya. Sesungguhnya beliau bersabda:

ÙŠَØ£ْتِÙŠ عَÙ„َÙ‰ النَّاسِ زَÙ…َانٌ لاَ ÙŠُبَالِÙŠ الْÙ…َرْØ¡ُ Ù…َا Ø£َØ®َØ°َ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُ Ø£َÙ…ِÙ†َ الْØ­َلاَÙ„ِ Ø£َÙ…ْ Ù…ِÙ†ْ الْØ­َرَامِ

"Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika) seseorang tidak lagi memperdulikan dari mana ia mengambil hartanya; apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram." (HR Bukhari).

Bekerja keras itu baik. Terlebih untuk menafkahi keluarga atau memenuhi fardhu kifayah. Apalagi jika dua-duanya. Tetapi... Keras kepala dalam bekerja, justru dapat menggugurkan kebaikan. Apalagi jika keras kepala dalam perkara syubhat atau jelas haram.

Ingin menambah kemakmuran itu sungguh sah-sah saja. Tapi jangan abaikan masalah barakah. Dan tandanya bukan harta yang terus bertambah. Rezeki barakah menenangkan jiwa. Tak sekedar menyenangkan. Betapa banyak kesenangan yang tak menenangkan.

Yang menyenangkan tak dengan sendirinya membahagiakan. Kadang hiburan itu hanya melupakan penatnya jiwa sesaat. Bukan menghapuskan. Berapa banyak orang yang hidupnya bergelimang hiburan, bahkan ia hidup di dunia hiburan, tapi jiwa gersang dan hamba sehingga lari ke narkoba.

Di zaman yang semakin mendekati akhir ini, periksalah darimana rezekimu engkau peroleh; dari jalan halal ataukah haram. Berhati-hatilah agar tidak terjatuh ke dalam money game, meski terkesan syar'i. Sesungguhnya yang dimaksud syar'i bukanlah banyaknya orang yang tampak faham agama terlibat di dalamnya. Syar'i itu adalah kesesuaian antara sesuatu, termasuk bisnis, dengan prinsip-prinsip syari'ah.

Money Game itu bombastis. Selalu menggiurkan orang yang berpanjang angan. Tetapi ia selalu menyimpan bom waktu. Kadang mengerikan. Terlebih ketika berkait dengan orang-orang yang dianggap sebagai panutan
Powered by Blogger.
close